Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Pedagang "Ogah" Menempati Kios Pasar Gembrong

Kompas.com - 08/12/2012, 19:18 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi Pasar Cipinang Besar Selatan atau dikenal dengan Pasar Gembrong, kian memprihatinkan. Bukan karena kondisi fisiknya, namun karena para pedagang enggan menempati bangunan baru tersebut dan memilih berjualan di lokasi liar. Alhasil, pasar resmi tersebut sepi pembeli. Lalu, apa alasan para pedagang mainan itu enggan menempati lahan yang telah disediakan Pemerintah Kota Jakarta Timur?

Maduri, salah seorang pedagang mengungkapkan, alasannya karena faktor tempat baru yang sepi pembeli.

"Di dalam enggak terlalu ramai pembelinya, beda sama tempat yang dulu. Kalau jualan di dalam lebih habis sabarnya, Mas," ujar Maduri saat ditemui Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Pria yang telah berjualan aneka mainan boneka dan karpet selama satu tahun itu mengatakan, saat relokasi pertama 2011 lalu, para pedagang sempat menempati kios di bangunan baru yang terletak di Jalan Basuki Rahmat tersebut. Namun, karena sepi pembeli, para pedagang memilih untuk kembali berjualan secara liar.

"Tempat yang di dalam akhirnya cuma buat gudang. Kalau habis, ngambil dari sana. Di dalam saja saya punya empat kios. Tapi enggak ada yang saya buka," tuturnya.

Menurutnya, pasar yang baru hanya ramai pembeli pada momen tertentu, misalnya, musim liburan sekolah atau seusai hari raya agama. Hal itu pun dianggap tak berbanding lurus dengan keuntungan yang didapat.

Hal senada juga diungkapkan Alifah Arjuna, salah seorang pedagang mainan lainnya. Dari sisi laba yang diraih, para pedagang dapat meraup laba lebih besar meski berjualan di lokasi tidak resmi. Ia mengungkapkan, keuntungan yang diperoleh rata-rata Rp 1 juta per hari. Oleh karena itu, sekitar September 2011, atau dua bulan setelah merasakan tempat baru, ia memilih mengontrak sebuah kios untuk menjual berbagai mainan anak-anak.

"Di sini ngontrak. Mending di sini daripada di pasar baru, kayak kuburan. Biayanya juga dihitung murah," ujarnya.

Sementara itu, Melatian, Kepala Marketing PT Bintang Indah, perusahaan yang mengelola Pasar Gembrong yang resmi, mengaku tak khawatir dengan pilihan para pedagang. Ia yakin, para pedagang lama kelamaan akan pindah ke pasar resmi dengan alasan fasilitas yang nyaman serta harga yang bersaing.

"Karena di sini nyaman, suasananya bagus. Barangnya juga pasti murah. Cuma memang karena faktor tertentu saja yang membuat mereka memilih liar. Nanti juga mereka k esini," ujar Melatiana.

Pasar Gembrong merupakan salah satu pasar di Ibu Kota yang khusus menjual mainan anak-anak. Namun, keberadan kios-kios semi permanen di sepanjang jalan tersebut rupanya tergolong liar. Sejak Juni 2010, Pemerintah Kota Wilayah Jakarta Timur, telah menghapus JT 22-23, yakni kode bahwa pasar itu binaan Wailkota dan memindahkan pedagang ke bangunan yang baru. Meski telah memiliki gedung baru, di Jalan Basuki Rahmat, para pedagang tidak juga menempati bangunan tersebut. Para pedagang lebih memilih menempati kios seadanya. Alhasil, Pasar Gembrong yang resmi pun sepi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com