Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Pondok Bambu Keluhkan Bau Tak Sedap Air Limbah

Kompas.com - 02/07/2013, 17:07 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Warga RT 08/RW 04 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, mengeluhkan adanya banjir dan air berbau tak sedap. Gangguan itu diduga berasal dari PT IU, sebuah perusahaan importir daging yang terletak tak jauh dari permukiman penduduk.

Anisa Sunyoto (46), warga Jalan Taruna RT 08/RW 04, Pondok Bambu, mengatakan, banjir disertai berbau tak sedap dari PT IU itu sudah lama mengganggu kenyamanan warga. "Warnanya putih kaya cucian beras, ada lemak-lemak minyaknya gitu. Baunya amis," kata Anisa saat ditemui wartawan, Selasa (2/7/2013).

Anisa menuturkan, air yang disebut sebagai limbah dari PT IU tersebut tidak setiap hari keluar. Saat air limbah itu keluar, aroma tidak sedap dapat tercium jelas, terlebih pada siang hari saat matahari terik. Pada saat hujan datang, air yang keluar bercampur hujan semakin mengganggu kenyamanan warga.

"Air limbahnya kalau banjir masuk ke dalam rumah, terus nempel ke perabotan susah diilangin, kayak lemak gitu," ujar Anisa.

Ia menuturkan, berdasarkan penuturan warga setempat, kejadian itu sudah terjadi sejak sebelum ia tinggal di wilayah tersebut pada 2004. Menurutnya, ada saluran air dari PT IU yang membuang air berbau tak sedap tersebut sampai ke saluran air di permukiman warga.

"Bayangkan kalau hujan itu debit airnya besar, dibuang tanpa ada saluran," katanya.

Ketua RT 08/RW 04 Anas Bakri (58) membenarkan adanya aduan warga di wilayahnya tentang kondisi itu. Dia mengatakan, ada sekitar 8 kepala keluarga (KK) yang pasti terkena banjir di wilayah tersebut. Namun, sebanyak 24 KK termasuk warga penghuni rumah kontrakan terkena dampak dari masalah tersebut.

"Warga merasa resah karena khawatir lambat laun air tanah akan tercemar dan berdampak terhadap kesehatan warga. Selain itu, mereka (PT IU) tidak mempunyai saluran pembuangan sendiri, tapi malah menumpang ke saluran air warga," ujarnya.

Anas menyebutkan, pada awal tahun 2012, tembok PT IU pernah jebol. Akibatnya, lumpur kiriman membanjiri rumah warga. Lumpur itu mengenai satu rumah warga dan mengendap hingga setinggi lutut.

Ia mengatakan, ada bangunan sekolah yang tak luput dari masalah ini. Ada sekitar tiga sekolah dan satu yayasan yang terkena air berbau tak sedap dari PT IU. "SMU 61, SMP 117, SD 11 Pondok Bambu, Yayasan Pusaka SMK SMA. Ini yang ikut tanda tangan menggugat bahwa kita daerah banjir supaya IU bikin saluran air," ujar dia.

Upaya menyampaikan kejadian tersebut juga pernah dilakukannya kepada Kelurahan Pondok Bambu, dua tahun lalu. Namun, menurutnya, aparat kelurahan mengatakan hal itu sudah ditangani Bidang Tata Air Suku Dinas Pekerjaan Umum Jakarta Timur.

Lurah Pondok Bambu Budi Novian yang dikonfirmasi wartawan mengatakan pernah merapatkan hal tersebut berdasarkan laporan RT dan RW sekitar. "Kalau hujan besar, memang tidak menampung. Ada yang dikeluarkan ke jalan," ujar Budi.

Ia mengatakan, warga meminta kepada kelurahan agar air dari PT IU disalurkan pada saluran tersendiri sehingga tidak sampai ke jalan. Namun, Budi mengatakan belum mengecek laporan warga terkait dengan adanya limbah dari pembuangan PT IU. Ia berjanji akan mengecek masalah itu.

"Sepengetahuan kita itu pabrik besar. Enggak mungkin menyalurkan limbah ke aliran warga. Dia mengalirkan ke bak pengolahan. Kalau benar menyalahi amdal, itu akan ditindak, akan kami laporkan ke BPLHD," ujar Budi.

Terkait hal ini, wartawan sudah mencoba mengonfirmasikan hal tersebut kepada pengelola PT IU. Namun, petugas keamanan di perusahaan itu mengatakan bahwa pimpinan perusahaan sedang tidak ada. "Pimpinan sedang tidak ada di tempat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dimintai Keterangan, Hasto: Kader Harus Berani Menyuarakan Kebenaran

Usai Dimintai Keterangan, Hasto: Kader Harus Berani Menyuarakan Kebenaran

Megapolitan
Ibu di Tangsel Cabuli Anaknya, Kakak Ipar: Hidup Pelaku dan Keluarganya Normal

Ibu di Tangsel Cabuli Anaknya, Kakak Ipar: Hidup Pelaku dan Keluarganya Normal

Megapolitan
Ibu yang Cabuli Anak Kandung di Tangsel Kaget Videonya Viral di Media Sosial

Ibu yang Cabuli Anak Kandung di Tangsel Kaget Videonya Viral di Media Sosial

Megapolitan
Bocah di Bekasi yang Tewas Dalam Lubang Galian Air Disebut Juga Jadi Korban Pelecehan

Bocah di Bekasi yang Tewas Dalam Lubang Galian Air Disebut Juga Jadi Korban Pelecehan

Megapolitan
Cabuli Anaknya Sendiri di Tangsel, Keluarga Suami Minta Pelaku Menyerahkan Diri ke Polisi

Cabuli Anaknya Sendiri di Tangsel, Keluarga Suami Minta Pelaku Menyerahkan Diri ke Polisi

Megapolitan
Tukang Pelat di Matraman Akui Pernah Terima Pesanan Pelat Nomor Cantik, Kini Tak Berani Lagi

Tukang Pelat di Matraman Akui Pernah Terima Pesanan Pelat Nomor Cantik, Kini Tak Berani Lagi

Megapolitan
Dapat Pesan dari Prabowo, Aji Jaya Diminta Terjun ke Masyarakat Saat Kampanye Pilkada Bogor 2024

Dapat Pesan dari Prabowo, Aji Jaya Diminta Terjun ke Masyarakat Saat Kampanye Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Keluarga Ibu yang Cabuli Anaknya di Tangsel Tak Terima, Tuntut Suaminya Jadi Tersangka

Keluarga Ibu yang Cabuli Anaknya di Tangsel Tak Terima, Tuntut Suaminya Jadi Tersangka

Megapolitan
Polisi Bakal Turunkan Anjing Pelacak untuk Menyisir Rumah Pembunuh Bocah di Bekasi

Polisi Bakal Turunkan Anjing Pelacak untuk Menyisir Rumah Pembunuh Bocah di Bekasi

Megapolitan
Kebakaran di Cibubur Hanguskan Enam Kios dan Dua Mobil Pikap, Kerugian Capai Rp 216 Juta

Kebakaran di Cibubur Hanguskan Enam Kios dan Dua Mobil Pikap, Kerugian Capai Rp 216 Juta

Megapolitan
Dinkes Kota Bogor: Makanan yang Diduga Membuat Puluhan Warga Keracunan Dibuat Sehari Sebelum Acara Haul

Dinkes Kota Bogor: Makanan yang Diduga Membuat Puluhan Warga Keracunan Dibuat Sehari Sebelum Acara Haul

Megapolitan
Ibu yang Cabuli Anak di Tangsel Kerja sebagai Pengamen, Bertemu dengan Sang Suami di 'Jalanan'

Ibu yang Cabuli Anak di Tangsel Kerja sebagai Pengamen, Bertemu dengan Sang Suami di "Jalanan"

Megapolitan
Motor Warga di Medan Satria Bekasi Dicuri, Pelaku Beraksi Saat Siang Hari

Motor Warga di Medan Satria Bekasi Dicuri, Pelaku Beraksi Saat Siang Hari

Megapolitan
Warga Jaktim Bakal Kena Denda Maksimal Rp 50 Juta jika Ditemukan Jentik Nyamuk DBD di Rumahnya

Warga Jaktim Bakal Kena Denda Maksimal Rp 50 Juta jika Ditemukan Jentik Nyamuk DBD di Rumahnya

Megapolitan
Hasto Mengaku Tak Kenal dengan Orang yang Laporkan Dirinya ke Polisi

Hasto Mengaku Tak Kenal dengan Orang yang Laporkan Dirinya ke Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com