Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dul Pergi Malam Hari, Bagaimana Kewajiban Ahmad Dhani?

Kompas.com - 09/09/2013, 10:44 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Putra bungsu musisi Ahmad Dhani, AQJ alias Dul, terlibat kecelakaan yang menewaskan enam orang dan menimbulkan korban luka lainnya di Tol Jagorawi Km 8+200, Minggu (8/9/2013) dini hari. Karena usianya masih 13 tahun, semestinya kepergian Dul harus sepengawasan orangtua.

Pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar, menilai aparat penegak hukum perlu menyelidiki hal tersebut. Bambang mengatakan, polisi perlu mendengar keterangan dari orangtua, dalam hal ini Ahmad Dhani, bahkan hingga mengarah ke penyelidikan mengenai tanggung jawab dan pengawasan Ahmad Dani terhadap putranya tersebut.

"Itu harus diusut. Artinya, jangan kemudian pernyataan dari orangtua tidak mengizinkan terus dipercayai begitu saja. Itu harus diselidiki," kata Bambang saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/9/2013) pagi.

Ia menilai, lepasnya pengawasan dari orangtua terlihat bagaimana Dul dapat keluar dari rumah dengan membawa kendaraan sendiri. Terlebih lagi, putra Ahmad Dhani itu bepergian dengan kendaraan pada malam hari.

"Pergi malam hari, jelas itu lepas dari kewajiban orangtua untuk mengawasi. Kemudian mengapa sampai dia bisa setir?" ujar Bambang.

Bambang menyatakan, meski Dul masih di bawah umur, proses hukum terhadapnya harus tetap berjalan. Terlebih lagi, dalam kasus ini diduga ada unsur kelalaian yang mengakibatkan kematian sehingga termasuk dalam pelanggaran pidana.

Menurut Bambang, ada perlakuan berbeda yang akan dilalui seorang anak yang masih di bawah umur, dalam proses hukum tersebut. Dalam penyidikan kepolisian, pemeriksaan terhadap anak di bawah umur mesti dilakukan oleh polisi wanita yang tidak menggunakan seragam.

Apabila masuk ke ranah persidangan, Bambang mengatakan, baik hakim maupun pengacara yang hadir tidak perlu mewujudkan simbol hukum, misalnya tidak mengenakan atribut toga saat proses persidangan berlangsung. "Kemudian untuk putusan hukum, bisa saja dia dibina oleh negara di tempat rehabilitasi anak atau bisa dikembalikan ke orangtua," ujarnya.

Namun, mengenai putusan hukum, hal itu menurutnya mesti dilihat dari besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan seseorang. Apabila pengadilan memutuskan untuk menahan seorang di bawah umur, maka terpidana tidak boleh dicampur dengan tahanan dewasa.

Mobil Mitsubishi Lancer yang dikemudikan putra ketiga musisi Ahmad Dhani itu mengalami kecelakaan di ruas tol Jagorawi Km 8+200, Minggu (8/9/2013) dini hari. Mobil tersebut menabrak dua minibus.

Lancer bernomor polisi B 80 LAS tersebut melaju dari arah Bogor menuju Jakarta dan kehilangan kendali sehingga menabrak pagar pembatas dan berpindah jalur ke arah Jakarta menuju Bogor. Mobil itu menabrak Daihatsu Gran Max, kemudian menabrak mobil Toyota Avanza.

Kecelakaan maut tersebut menewaskan enam orang penumpang Grand Max, yaitu Agus Surahman (31), Agus Wahyudi Hartono (40), Rizki Aditya Santoso (20), Komaruddin (42), Nurmansyah, dan Agus Komara (45). Korban luka berat berjumlah sembilan orang, yaitu Ahmad Abdul Qodir Jaelani, Zulheri (44), Abdul Qodir Mufti (17), Robi Anjar, Roejo Widodo (30), Pardumuan Sinaga (35), Noval Samudra (14), Nugroho Brury Laksono (34), dan Wahyudi (35). Korban luka saat ini dirawat di RS Meilia Cibubur dan RS Mitra Keluarga Cibubur.

Meski Dul masih remaja, polisi menyatakan bahwa dia dapat dikenakan hukuman pidana. "Pengemudi Lancer nantinya bisa dikenakan Pasal 310 UU Lalu Lintas. Ancaman hukumannya enam tahun penjara," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (8/9/2013).

Rikwanto menjelaskan bahwa kelalaian pengemudi akan terlihat dari hasil olah TKP. Dari olah TKP juga akan diketahui penyebab pengemudi lepas kendali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Megapolitan
Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Megapolitan
Kronologi Kecelakaan Mobil Yaris di Tol Cijago Depok yang Tewaskan Petugas Kebersihan

Kronologi Kecelakaan Mobil Yaris di Tol Cijago Depok yang Tewaskan Petugas Kebersihan

Megapolitan
Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior Belum Dibawa ke Rumah, Keluarga Hindari 'Beban Mental'

Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior Belum Dibawa ke Rumah, Keluarga Hindari "Beban Mental"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com