Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Kecolongan, DPRD DKI Akui Banyak "Mark Up" Anggaran

Kompas.com - 18/10/2013, 08:53 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kegusaran Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama karena anggaran yang dicoret muncul lagi ternyata beralasan. Wakil Ketua Komisi C DPRD DKI, komisi yang membidangi anggaran, Cinta Mega, mengakui banyaknya terjadi pembengkakan (mark up) anggaran.

"Iya, memang banyak mark up harga. Makanya, perlu ada efisiensi dalam perumusan anggaran," kata Cinta di DPRD DKI Jakarta, Jumat (18/10/2013).

Kendati demikian, ia menyangkal apabila pihak DPRD DKI melakukan permainan anggaran dengan memunculkan kembali pos-pos anggaran yang telah dihapuskan. Sebab, selama ini, DPRD tidak memiliki kewenangan untuk menambah program-program baru di dalam pos anggaran APBD.

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu menjelaskan, penambahan program di dalam pos anggaran APBD menjadi kewenangan Pemprov DKI, termasuk yang berada di dalamnya, antara lain para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) DKI.

DPRD, melalui hak budgeting-nya, hanya berwenang menyetujui dan mengevaluasi program-program yang akan dijalankan atau dihapuskan. "Program-program dinas yang sudah tidak realistis dijalankan ya perlu dihapus, dan diganti dengan program prioritas lain yang lebih relevan," kata Cinta.

Terkait pos anggaran yang telah dihapus, menurutnya, hal tersebut harus disertai dengan pengalihan kepada pos anggaran yang lain untuk menjaga tingkat serapan anggaran. Rendahnya serapan anggaran juga mengindikasikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang tidak optimal.

Basuki sebelumnya memang menyorot kinerja penyelenggaraan pemerintahan di Pemprov DKI masih buruk. Ia melihat tingkat penyerapan anggaran oleh SKPD DKI masih rendah. Selain itu, menurut pria yang akrab disapa Ahok tersebut, banyak proyek di DKI yang bernilai terlalu mahal, tetapi dengan hasil tidak sebanding dengan nilai proyek tersebut.

Misalnya saja dalam proyek pembangunan rumah sakit. Ia mengungkapkan, anggaran yang dibutuhkan di Jakarta mencapai Rp10 juta per meter persegi. Kemudian, ia membandingkan dengan pembangunan rumah sakit di Solo, di mana NJOP (nilai jual objek pajak)-nya rendah di bawah Jakarta, hanya membutuhkan anggaran Rp 6 juta per meter persegi untuk bisa membangun rumah sakit dengan kondisi yang lebih baik.

Di samping itu, ia menyoroti banyaknya kontraktor yang "bermain" di dalam lelang tender proyek-proyek Pemprov DKI. Selain hanya kontraktor "itu-itu saja" yang memenangkan proyek, sebagian dari mereka mengalihkan pekerjaan kepada subkontraktor sehingga mutu pekerjaannya lebih rendah.

Hal yang sama juga terjadi di SKPD yang lain, di antaranya Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI. Tidak hanya pembengkakan nilai anggaran, Basuki juga menyoroti "permainan" anggaran yang kerap terjadi di antara SKPD dan DPRD.

Menurutnya, Dinas Pekerjaan Umum DKI menjadi salah satu SKPD yang banyak memiliki pos-pos anggaran tidak diperlukan. Oleh karena itu, lanjutnya, Pemprov DKI telah meminta Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) untuk segera menyelesaikan sistem penganggaran elektronik (e-budgeting). Sistem e-budgeting memungkinkan tidak dapat dimasukkannya kembali pos-pos anggaran yang telah dihapus.

Tidak hanya melalui e-budgeting, ia juga telah menggandeng lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pengawasan Keuangan (BPK), dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), untuk meningkatkan pengawasan anggaran Pemprov DKI.

Kinerja Pemprov DKI yang masih buruk ini ditengarai menjadi penyebab turunnya peringkat laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah (LPPD) sejak tahun 2007. Berdasarkan pemeringkatan LPPD yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri, DKI hanya menempati posisi ke-15 dari 33 provinsi di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Megapolitan
Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Megapolitan
Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Kuasa Hukum Bantah Pegi Pakai Nama Samaran “Robi’ dan “Perong”

Kuasa Hukum Bantah Pegi Pakai Nama Samaran “Robi’ dan “Perong”

Megapolitan
Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton 'Baku Hantam Championship'

Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton "Baku Hantam Championship"

Megapolitan
Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com