Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebulan Sudah, Warga Rorotan Harus Beli Air Pikulan

Kompas.com - 27/12/2013, 05:39 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 150 keluarga di Kampung Sepatan, RT 03/05 Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, kesulitan air bersih sejak sebulan lalu. Aliran air bersih tak sampai lagi ke sana. Kebutuhan air mereka penuhi dari para penjual air pikulan.

Warga yang terpaksa mandi menggunakan air tanah membuat banyak di antara mereka yang mengalami gatal-gatal. Kondisi ini dikeluhkan warga yang sebagian besar adalah buruh.

Sarman (37), salah satu warga, mengatakan terpaksa mengeluarkan uang ekstra untuk mendapatkan air bersih. Air dari tukang pikul air dia beli setidaknya setiap dua hari sekali. "Minimal saya beli 4 pikul air dalam dua hari, per pikul Rp 6.000," sebut dia, Kamis (26/12/2013).

Menurut Sarman, harga air pikulan itu naik dibandingkan saat aliran bersih masih mengalir ke rumah warga. "Setelah tahu air kami mati, tukang air menaikkan harga. Biasanya cuma Rp 4.000 (per pikul)," keluh dia.

Sehari-hari Sarman bekerja sebagai buruh las. Berniat menghemat uang, keperluan mandi dia penuhi dengan air tanah. Untuk dapat memakai air kekuningan tersebut, dua kali penyaringan harus dia lakukan, ditambah pengendapan satu malam.

"(Tapi) saya bukannya ngirit malah jadi tambah banyak keluar uang. Sudah dua kali saya ke dokter mengobati tangan dan kaki saya yang bernanah karena gatal-gatal," lanjut Sarman soal penggunaan air tanah itu.

Bila aliran air pam lancar, kata Sarman, pengeluarannya per bulan untuk air adalah Rp 40.000. Namun dengan kondisi sekarang, kebutuhan air jelas menggerus kantongnya ratusan ribu rupiah per bulan. Sarman pun berharap aliran air bersih ke permukimannya dapat segera kembali lancar.

Ketua Kelompok Kampung Sepatan, Tohir (41), membenarkan bahwa sebanyak 150 rumah di wilayahnya mengalami kesulitan air bersih. Menurut Tohir, aliran air sudah berhenti sejak 24 November 2013.

"Sempat hidup satu hari, lalu mati lagi," kata Tohir. Keluhan soal hal ini, ujar dia, sudah disampaikan secara resmi pada Kamis (12/12/2013) tetapi sampai sekarang tak kunjung ada tanggapan maupun aliran air.

"Setelah datang air tiga truk, sempat mengalir satu hari. Lalu mati lagi sampai sekarang. Saya khawatir anak-anak terserang gatal-gatal," papar Tohir.

Manajer Komunikasi PT Aetra Air Jakarta, Rija Anjulika, mengatakan sempat terjadi kebocoran di 10 titik saluran air menuju wilayah Rorotan, Cilincing. Namun, kata dia, pada akhir November seluruh kebocoran sudah ditambal.

"Di daerah tersebut rawan saluran ilegal," ujar Rija soal penyebab tak sampainya aliran air ke permukiman warga di Sepatan. Untuk membantu warga, kata Rija, perusahaannya menerjunkan tiga truk tangki air.

Soal masih adanya keluhan warga ini Rija mengaku belum tahu detil persoalannya. "Nanti kami cek lagi di lapangan seperti apa," janji dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Megapolitan
Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com