Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasokan BBG untuk Transjakarta Cukup, tetapi SPBG Kurang

Kompas.com - 30/01/2014, 17:50 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com —Kepala Unit Pelaksana Transjakarta Pargaulan Butarbutar mengatakan, pasokan bahan bakar gas (BBG) untuk 310 bus baru transjakarta sebenarnya sudah mencukupi. Namun, jika tidak disertai dengan penambahan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG), antrean pengisian BBG akan lebih panjang serta berimbas mengganggu pelayanan.

Pargaulan mengatakan, ada tujuh SPBG aktif di Jakarta, yakni Pinang Ranti, Kampung Rambutan, Jalan Pemuda, Jalan Pesing, Jelambar, Pancoran, dan Jalan Perintis Kemerdekaan. Adapun bus transjakarta yang saat ini beroperasi berjumlah 579 unit. Sekitar 10 persen di antaranya tidak beroperasi karena diperbaiki atau dicadangkan. Jumlah tersebut belum ditambah 310 bus yang rencananya dioperasikan seluruhnya pada Februari 2014.

"Ditambah berapa pun, sebenarnya pasokan gas tidak masalah karena, kan, kalau SPBG habis, ya tinggal minta lagi. Masalahnya itu ada di antreannya. Kalau bus tambah, tapi SPBG-nya enggak nambah, ya antreannya pasti panjang, pelayanan di lapangan terganggu," kata Pargaulan kepada Kompas.com, Kamis (30/1/2014).

Tahun ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menambah 310 bus transjakarta. Namun, hingga akhir Januari 2014, baru 90 bus yang beroperasi. Sisanya menunggu kesiapan administrasi beserta ketersediaan pengemudi bus.

Pargaulan mengatakan, penambahan 90 bus baru memperpanjang antrean bus di tujuh SPBG tersebut. Oleh sebab itu, kini UP Transjakarta menerapkan pola pengisian BBG baru bagi seluruh bus yang beroperasi. Pola baru itu adalah dengan membagi waktu pengisian BBG tidak dalam satu waktu, tetapi dibagi berdasarkan jam operasional tiap-tiap transjakarta.

"Jadi bus yang beroperasi pagi, malam hari itu harus sudah penuh 200 bar BBG. Begitu juga yang beroperasi malam hari, pagi hari harus sudah full. Kita bagi-bagi saja supaya seminimal mungkin tidak menyebabkan antrean bus di jalan," kata dia.

Pargaulan mengatakan, idealnya setiap koridor memiliki satu unit SPBG. Jadi SPBG tersebut melayani bus-bus yang beroperasi di koridor itu saja. Jika demikian, pelayanan penumpang diyakini akan lebih optimal.

Pargaulan menyerahkan percepatan penambahan SPBG tersebut kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pertamina, dan Perusahaan Gas Negara. "Kita pahamlah masalahnya banyak. Susah dapat lahan dan lain-lain. Makanya kita tunggu yang lebih tinggi saja," kata Pargaulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com