Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joko Widodo Bilang "Aku Rapopo"

Kompas.com - 25/03/2014, 03:32 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

"Mau nyerang silakan, mau ngejek silakan, toh, masyarakat sudah bisa menyaring mana yang benar dan mana yang tidak benar. Mau dukung silakan, mau tidak dukung silakan. Aku rapopo, aku rapopo, he-he-he," kata Jokowi, di Balaikota Jakarta, Senin (24/3/2014).

Entahlah, apakah Jokowi sedang terkena wabah "Aku Rapopo" yang sedang ramai di media sosial, atau spontan mengucapkan kalimat tersebut untuk menanggapi situasi yang sedang berlangsung di tengah-tengah masa kampanye saat ini.

"Aku rapopo", artinya: "Aku tidak apa-apa". Dari kalimat tersebut, beragam kesan pun muncul. Ada perasaan nelangsa, sedih, ironi, dan pasrah. Mulanya, konon ungkapan ini dipakai oleh mereka yang jomblo atau tidak memiliki pasangan.

Di Path, gambar yang paling banyak diunggah untuk menunjukkan "Aku Rapopo" ini adalah seorang pria yang memeluk sebatang pohon, sedangkan pria lain berpegangan tangan dan memeluk pujaan hatinya.

Ungkapan "Aku Rapopo" sebenarnya melengkapi ungkapan-ungkapan sebelumnya yang telah menjadi bagian dari perjalanan budaya negeri ini yang kian masif semenjak media sosial menjadi bagian gaya hidup. Pada dekade 1970-an kita mengenal ungkapan "Eng Ing Eng" dari Benyamin saat mempromosikan iklan mobil, "Asoyyy" dari lagunya Elvie Sukaesih, "salome" yang merupakan akronim dari satu lobang rame-rame, hingga tahun lalu muncul kalimat "Isih penak zamanku tho" untuk mengungkapkan betapa zaman Presiden Soeharto lebih enak ketimbang zaman Presiden SBY, dan pada awal tahun 2014 muncul ungkapan "Aku Rapopo" dan "Dipikir karo mlaku" yang artinya dipikir sambil berjalan lantaran belum mendapatkan solusi atas masalah yang sedang dihadapi, maka solusinya dicari sambil berjalan berbarengan dengan berjalannya waktu.

Untuk contoh jargon terakhir, foto-foto yang muncul di media sosial pun beragam. Mulai dari seorang pria lusuh yang mendorong mobil-mobilan terbuat dari kaleng bekas, hingga orang gila yang berjalan sambil memegang kepalanya, menunjukkan dia sedang berpikir keras.

Ungkapan-ungkapan itu bisa juga disebut sebagai meme. Meme (dibaca mim) adalah neologi yang di dalamnya terdapat gagasan, perasaan, ataupun perilaku (tindakan). Teori meme menjelaskan bahwa meme berkembang dengan cara seleksi alam (mirip dengan prinsip evolusi biologi yang dijelaskan oleh penganut Darwinian) melalui proses variasi, mutasi, kompetisi, dan warisan budaya yang mana memengaruhi kesuksesan reproduksi di setiap individu. Maka, meme menyebar melalui ide, dan bila tidak berhasil, dia akan mati, sedangkan yang lain akan bertahan, menyebar, dan (untuk tujuan yang lebih baik bahkan lebih buruk) akan bermutasi.

Sebagai ide, "Aku Rapopo" rasanya lebih berkemungkinan untuk terus menyebar dan akan lebih lama bertahan. Unsur personal yang melibatkan kata "Aku" membuat ungkapan itu terasa "gue banget" karena semua orang tentulah pernah mengalami situasi "aku rapopo" itu.
 
Pada ucapan Joko Widodo di atas, terasa benar kepasrahan di sana. Meski dalam konteks yang berbeda, ungkapan Joko Widodo yang Gubernur DKI Jakarta itu sama dengan ungkapan seorang pemilik akun "Aku Rapopo" di jejaring sosial Facebook yang menulis begini: "pokoe aku rapopo,, kowe ono sik duwe,, aku rapopo,,, kowe emoh karo aku,, aku rapopo, kowe nglarani aku,, aku rapopo.. sumpah pokoe aku rapopo,, tenan!!!" Artinya, pokoknya aku enggak apa-apa, kamu ada yang punya, aku enggak apa-apa, kamu ogah sama aku, aku enggak apa-apa, kamu menyakiti aku, aku enggak apa-apa. Sumpah, pokoknya aku enggak apa-apa."

Sebagai sikap pasrah, "Aku Rapopo" juga bisa dimaknai sebagai upaya untuk menguatkan diri. Sikap ini ternyata memang ampuh digunakan oleh Joko Widodo selama ini, sikap nothing to lose, sikap yang tak punya beban sehingga memunculkan ekspresi polos. Dan dari kepolosan itulah, masyarakat yang sudah muak dengan sikap penuh kepura-puraan pun jadi bersimpati kepada Jokowi.

Namun, kepada para jomblo, makna ironi agaknya lebih menonjol. Simaklah beberapa gambar yang memperlihatkan seorang pria yang menangis ketika melihat truk gandeng lewat di depan matanya, sementara seorang anak kecil mengatakan, "Truk aja gandengan, masa om enggak?" Atau gambar orang sudah hampir tenggelam lalu melambaikan tangan dan diberi tulisan "Aku Rapopo".

Sejalan dengan situasi pemilu legislatif dan pemilu presiden, tampaknya ironi "Aku Rapopo" akan mencapai puncaknya. Sindir-menyindir antar-pendukung partai dan presiden lewat gambar dan tulisan "Aku Rapopo" bisa jadi muncul secara masif.

Misalnya, seorang pemuda miskin sedang bengong, sementara pikirannya melayang membayangkan seorang calon presiden yang sedang bersenang-senang dengan seorang artis di Maladewa, dan di dalamnya terdapat tulisan "Aku Rapopo".

Atau, gambar seorang anak miskin yang sedang mengempit boneka butut seraya membayangkan boneka Teddy Bear yang sedang dipeluk oleh beberapa tokoh partai.  

Mungkin juga akan muncul gambar Satinah yang akan dihukum gantung di Arab Saudi pada 3 April 2014, sementara gambar di sebelahnya seorang tokoh politik membagi-bagikan uang kepada peserta kampanye yang jumlahnya mencapai Rp 21 miliar, sebuah bilangan yang bisa untuk menebus diri Satinah dari jerat gantungan.

Hmmm... atau bisa juga muncul gambar Anas Urbaningrum yang sedang berada di balik jeruji besi, sementara kawan-kawan separtainya yang sebetulnya terlibat tindak korupsi ternyata kini masih bebas.

Atau... pembaca tentu lebih canggih menerjemahkan situasi yang sedang berlangsung. Sebab, waktu senantiasa memiliki caranya sendiri untuk memberi solusi bagi kemampatan situasi yang sedang berlangsung. Tatkala masyarakat tak bisa melakukan apa-apa menyaksikan ketimpangan dan kejanggalan yang dilakukan oleh para pemimpinnya, maka mereka pun mengungkapkan melalui kata-kata atau gambar ironi. Sebab, cuma dengan ungkapan ironi itulah masyarakat bisa sedikit terhibur.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Megapolitan
Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Megapolitan
BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim 'Selamatkan' 830.000 Jiwa

Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim "Selamatkan" 830.000 Jiwa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com