Pembersihan itu akan dilakukan dengan cara tradisional dengan menggunakan jeruk nipis. Ahli konservatori dari UP Balai Konservasi, Hubertus Sadirin, menjelaskan, jeruk nipis mengandung asam sitrat yang dapat mengakumulasi endapan kotoran.
Jeruk nipis yang dibutuhkan adalah sebanyak 25-30 kilogram untuk Patung Dirgantara dan 10-15 kilogram untuk Patung Diponegoro. "Jeruk nipisnya akan diblender, kemudian airnya akan dioles di obyek. Dibiarkan selama lima menit, baru kemudian disikat secara hati-hati," kata Sadirin, di Balaikota Jakarta, Selasa (12/8/2014).
Menurut Sadirin, tujuan dari penggunaan jeruk nipis tersebut ialah untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia. Bahan kimia tetap digunakan, tetapi pada dosis yang rendah dan hanya pada bagian-bagian tertentu.
Ia mengklaim dilakukannya pembersihan dengan menggunakan jeruk nipis berdasarkan proses penelitian dan telah pernah diuji coba di Istana Bogor.
Adapun dana yang dibutuhkan untuk pembersihan kedua patung tersebut adalah sebesar Rp 566 juta. "Kami menggunakan bahan-bahan yang tidak akan menimbulkan dampak kerusakan pada obyeknya," ujar Sadirin.
Lebih lanjut, Sadirin menjelaskan, masa pembersihan Patung Pancoran akan dilakukan pada 11 Agustus-19 September 2014, sedangkan Patung Diponegoro pada 17 September-2 Oktober.
Khusus untuk Patung Pancoran, pembersihan akan dilakukan pada malam hari agar tidak menimbulkan kemacetan arus lalu lintas di sekitarnya. "Pembersihan akan dilakukan oleh 12 orang pekerja, didampingi satu tenaga ahli," kata dia.
Data dari UP Balai Konservasi menunjukkan, Patung Dirgantara belum pernah dibersihkan sejak selesai dibangun pada 1965. Sementara itu, Patung Diponegoro, yang juga selesai dibangun pada 1965, terakhir kali dibersihkan pada 2007.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.