Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicil Sampah, Bisa untuk Pinjam Uang dan Bayar Listrik...

Kompas.com - 16/09/2014, 07:33 WIB

KOMPAS.com - Umumnya orang menganggap sampah sebagai benda yang merepotkan sekaligus menjijikkan. Namun, tidak demikian halnya bagi orang-orang kreatif. Di tangan warga RT 001 RW 001, Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, sampah malah menjadi sumber berkah.

Sampah yang sudah diolah dari sumbernya atau rumah tangga dapat menjadi tabungan bagi warga. Dengan sampah itu pula warga bisa meminjam uang dalam kondisi darurat.

Ketua Umum Bank Sampah Gawe Rukun RT 001 RW 001, Kelurahan Kunciran, Supadmi (48) mengatakan, pembagian hasil tabungan sampah warga yang tercatat sebagai anggota dilakukan setiap kali menjelang Lebaran. Hal itu berdasarkan kesepakatan bersama dari anggota. Akan tetapi, warga yang memiliki kebutuhan sangat mendesak bisa meminjam uang dari tabungannya.

Proses menabung sampah diawali dengan cara warga menyetorkan sampah yang sudah diolah kepada pengurus. Selanjutnya, sampah ditimbang, lalu diperoleh besaran nilai uang sampah yang ditabung. Rata-rata dalam sebulan hasil dari pengumpulan sampah antara Rp 2 juta dan Rp 4 juta.

Dari uang sampah tersebut pengurus hanya menerima 10 persen untuk kas lembaga dan upah bagi pengurus. Uang kas itu sebagai dana simpan-pinjam, dan biasanya kelebihan dana tersebut akan dibagikan sebagai bonus kepada anggotanya. Dari kas itu, anggota bisa meminjam uang dalam keadaan mendesak dan darurat, seperti kematian dan kelahiran.

Supadmi menjelaskan, saat ini pihaknya berencana menjalin kerja sama dengan PT PLN untuk menggunakan sampah sebagai alat pembayaran tagihan listrik. Uang tabungan sampah dapat digunakan untuk membayar listrik.

Tidak hanya kemudahan itu, dari hasil mengolah sampah dari sumbernya atau rumah tangga, tempat tinggal warga juga menjadi hijau, asri, dan bersih. Situasi ini terlihat saat Kompas menelusuri gang sempit RT 001 RW 001, Sabtu (13/9/2014) siang.

Gang itu tampak hijau, asri, dan bersih. Meski bangunan rumah berdiri di atas lahan sempit dan nyaris tak tersisa lahan kosong, warga tetap antusias menanam tanaman hias. Jejeran pot tertata rapi di dekat pagar rumah.

Penghijauan yang dilakukan itu merupakan hasil dari upaya warga mengolah sampah basah menjadi kompos atau pupuk. Kompos yang diolah selama tiga bulan tersebut dibagikan buat anggota, yakni warga setempat.

Menular

Bank Sampah Gawe Rukun dibangun oleh warga sejak pertengahan tahun 2011. Hal itu merupakan prakarsa dari Tukidi (49), pegawai koperasi yang juga suami Supadmi.

Dibantu pengurus RT setempat, suami istri ini membangun bank sampah. Mereka memanfaatkan lahan kosong di samping rumah mereka sebagai lokasi tempat pengolahan sampah. Lahan kosong itu tadinya sudah dipatok untuk dibanguni beberapa unit rumah kontrakan.

”Awalnya, tempat kami merupakan daerah banjir. Kotor karena sampah menumpuk. RT kami ini sering telantar dan segala keluhan kami tidak pernah ditanggapi. Muncullah ide membangun bank sampah,” papar Supadmi.

Tiga bulan setelah berdiri, pimpinan Gawe Rukun mendatangi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang. Gayung bersambut. Sejak itu, bank sampah yang dikelola secara swadaya ini menjadi binaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang.

Perilaku mencintai sampah ini menular hingga ke RW lainnya di sekitar kelurahan itu. Sebanyak 9 dari 15 RW yang ada di kelurahan itu sudah membentuk bank sampah di wilayah masing-masing setelah menjadi anggota koperasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com