Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjaga Makam yang Diberangkatkan Umrah oleh Ahok Itu Kini Kena Stroke Ringan

Kompas.com - 27/09/2014, 14:29 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hadi Doyo (64), penjaga makam Pangeran Wijaya Kusuma yang pernah diberangkatkan umrah oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama, kini menderita stroke ringan.

Penyakit itu baru dideritanya sekitar tiga pekan lalu. Akibat penyakit yang dideritanya, Hadi sudah kesulitan untuk berbicara. Tangan dan kaki sebelah kirinya sudah sulit untuk digerakkan sehingga ia sulit berdiri serta berjalan. [Baca: Cerita Hadi, Penjaga Makam yang Diberangkatkan Umrah oleh Ahok]

Ia juga terkadang sulit mengingat sesuatu. Beruntung, istrinya, Marni (29), setia berada di sisi Hadi dan membantu terapi penyembuhan.

"Bapak sempat dirawat di RSUD Cengkareng delapan hari. Alhamdulillah sekarang sudah bisa pulang. Kami minta terapi penyembuhan belajar berjalan di rumah saja. Sebenarnya ditawarkan pihak rumah sakit terapi di sana, tetapi mau bagaimana, ekonomi kami terbatas," kata Marni, kepada Kompas.com, di pelataran Makam Wijaya Kusuma, Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jakarta Barat, Sabtu (27/9/2014).

Marni bercerita, selama dirawat di rumah sakit, Hadi mendapat pelayanan yang baik dari RSUD Cengkareng. Pengurus RT juga telah memberikan Hadi dan keluarga jaminan kesehatan, berupa Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan BPJS Kesehatan.

Marni bersyukur, dengan menggunakan BPJS Kesehatan, ia tidak perlu mengeluarkan biaya perawatan rumah sakit. Ia hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 6.000 untuk menebus obat darah tinggi bagi sang suami.

Pihak rumah sakit juga memberikan sebuah buku menu makanan bagi Hadi. Sang dokter yang merawat Hadi mengimbau agar Hadi diterapi rutin di rumah sakit, tiga kali dalam satu pekan.

"Tetapi, untuk ke rumah sakit, biaya transportasi untuk naik taksi butuh Rp 80.000. karena kondisi bapak seperti ini, jadi lebih baik naik taksi. Itu saja sudah susah karena uangnya kan juga disisihkan untuk makan anak di rumah," kata Marni yang juga membuka lapak asongan di Makam Wijaya Kusuma itu.

Jerih payah Hadi selama puluhan tahun menjaga makam pahlawan Jakarta itu dihargai oleh Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat Rp 1.000.000 tiap bulannya. Jumlah itu meningkat setelah Basuki berziarah pada medio Juni 2013 lalu.

Sebelumnya, Hadi hanya mendapat upah Rp 750.000 tiap bulannya dan dibayar tiap triwulan. Terkadang, karena sistem administrasi keuangan Pemprov DKI yang masih buruk, dalam waktu tiga bulan itu, upah Hadi belum turun.

Apabila peziarah makam sedang ramai, misalnya saat malam Jumat atau jelang Lebaran, Hadi mendapat santunan dari para peziarah. Meski hidup sederhana, Hadi tetap berusaha mampu untuk membiayai sekolah anak-anaknya.

Dua anak dari istrinya yang telah meninggal dunia, yakni Mulyani (18) dan Agung Wijaya (8), kini masih menuntut ilmu. Sementara anaknya yang ketiga bersama Marni, Muhamad Rizky Wijaya (3), dititipkan kepada sang nenek di Sukabumi, Jawa Barat.

"Biar beban bapak semakin ringan saja, jadi (anak) ketiga dititip ke nenek. Karena sekarang saya juga lagi mengandung anak Bapak (Hadi) 2 bulan. Jadi, kasihan sama bapak, sudah sedang sakit nanti tambah anak lagi. Tetapi, anak itu rezeki dari Allah, kita bertawakal saja," kata Marni.

Selama Hadi dirawat di RSUD Cengkareng, Hadi tak pernah lupa dengan Basuki yang telah memberangkatkannya umrah. Saat Basuki berziarah ke Makam Wijaya Kusuma lalu, Basuki sempat memberikan kartu nama kepada Hadi.

Berbekal kartu nama itu, Hadi pun mencoba mengirim pesan singkat ke salah satu nomor telepon genggam Basuki dan mengabarkan keadaannya yang sedang dirawat di rumah sakit.

"Enggak sangka, ternyata SMS-nya dibalas Pak Ahok. Dibalasnya, 'terima kasih informasinya, semoga cepat sembuh'. Saya juga tidak tahu itu SMS-nya dari Pak Ahok atau asistennya yang membalas. Yang penting, bapak bisa senang dan tersenyum lagi," kata Marni sambil menatap sang suami yang berada di sisinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Si Kribo Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Si Kribo Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com