Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jasa si Bendungan Tua

Kompas.com - 19/01/2015, 14:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Pintu Air 10 di Jalan KS Tubun, Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Banten, nyaris tenggelam seandainya tak ada rencana membuat sodetan Ciliwung-Cisadane akhir Januari 2014 lalu. Kala itu, Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah, dan Plt Gubernur Banten Rano Karno menolak keras rencana tersebut.

Ketiga pejabat tersebut justru mendesak agar normalisasi Sungai Cisadane dan perbaikan Pintu Air 10 diprioritaskan. Kondisi pintu air tersebut memang sangat memprihatinkan, hanya dua dari 10 pintu air yang masih berfungsi. Itu pun tidak maksimal.

Pintu Air atau Bendungan 10 juga dikenal dengan sebutan Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane karena letaknya di wilayah Pasar Baru, Kota Tangerang. Masyarakat sekitar juga menyebut bendungan itu dengan nama Bendungan Sangego.

Disebut Pintu Air 10 karena bendungan ini memiliki sepuluh pintu air dengan 11 tiang penopang. Konstruksi bangunan terbuat dari beton bertulang.

Pada sisi utara dan selatan bangunan terdapat rel lori yang berfungsi membawa pintu air pengganti jika ada pintu air yang rusak.

Masing-masing pintu air di bendungan ini memiliki lebar 10 meter. Semua pintu airnya digerakkan mesin Hemaaf buatan Belanda. Mesin berkekuatan 6.000 watt itu berusia sama dengan bangunan, yakni 87 tahun. Hingga kini mesin itu masih digunakan untuk mengoperasikan pintu yang masih berfungsi.

Bendungan ini memiliki panjang sekitar 125 meter dan membentang di atas Sungai Cisadane, salah satu sungai utama yang mengalir dari Provinsi Jawa Barat (Gunung Salak, Pangrango, Bogor) hingga hilir di Provinsi Banten, yakni di kawasan Tanjung Burung, Kabupaten Tangerang.

Kawasan di sekitar bendungan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda ini memang kawasan bersejarah. Tak jauh dari bendungan ini, dalam radius 4,5 kilometer, terdapat berbagai bangunan bersejarah lain, seperti Masjid 1.000 Pintu, Kelenteng Boen San Bio, Masjid Raya Al A’zhom, dan Kelenteng Boen Tek Bio.

Dalam bukunya, Ziarah Budaya Kota Tangerang Menuju Masyarakat Berperadaban Akhlakul Karimah, mantan Wali Kota Tangerang Wahidin Halim menulis, pintu air ini dibangun Pemerintah Kolonial Belanda selama enam tahun, yakni pada 1925-1931. Pembangunan waktu itu mendatangkan para pekerja dari Cirebon, Jawa Barat.

Awalnya, pintu air ini berfungsi sebagai pengatur air untuk aliran irigasi dari Sungai Cisadane. Tujuannya, menjadikan Tangerang sebagai kawasan pertanian yang subur.

Selain memiliki nilai sejarah dan kaya akan fungsi, bangunan Pintu Air 10 ini memiliki pesona yang bisa dikembangkan sebagai potensi wisata. Selain memiliki nilai arsitektur tinggi, dari lantai atas bendungan ini kita juga bisa melihat indahnya pemandangan alam dan berbagai aktivitas penduduk di sekitarnya.

Tentu saja dibutuhkan izin khusus dari penjaga bendungan untuk bisa ke lantai dua ini. Semua itu sebenarnya bisa dikembangkan menjadi potensi wisata Tangerang.

Fungsi bertambah

Seiring dengan berkembangnya wilayah Tangerang menjadi Kabupaten dan Kota Tangerang, bendungan tersebut difungsikan juga untuk mengatur dan menjaga ketinggian air Sungai Cisadane saat datang hujan dan kemarau.

Ketika musim hujan, pintu air ini berfungsi mengatur debit air yang keluar menuju hilir, saluran air untuk irigasi ke wilayah utara, dan Sungai Mookevart di Jakarta Barat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Petugas Gabungan Tertibkan Parkir Liar di Senen, 25 Motor Diangkut

Petugas Gabungan Tertibkan Parkir Liar di Senen, 25 Motor Diangkut

Megapolitan
Warga di Pondok Aren Mengaku Tak Bisa Tidur Usai Temukan Mayat di Toren Air Rumahnya

Warga di Pondok Aren Mengaku Tak Bisa Tidur Usai Temukan Mayat di Toren Air Rumahnya

Megapolitan
Sebelum Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren Ditemukan, Warga Sempat Dengar Suara Jeritan

Sebelum Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren Ditemukan, Warga Sempat Dengar Suara Jeritan

Megapolitan
Kemen PPPA Beri Pendampingan Hukum untuk Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres

Kemen PPPA Beri Pendampingan Hukum untuk Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres

Megapolitan
Tuntut Pembatalan Bintang Empat Prabowo, Koalisi Masyarakat Sipil: Punya Rekam Jejak Buruk

Tuntut Pembatalan Bintang Empat Prabowo, Koalisi Masyarakat Sipil: Punya Rekam Jejak Buruk

Megapolitan
2 Anggota Satgas Pelajar Jadi Korban Tawuran di Bogor

2 Anggota Satgas Pelajar Jadi Korban Tawuran di Bogor

Megapolitan
Polisi Tangkap 11 Pelajar yang Terlibat Tawuran di Bekasi

Polisi Tangkap 11 Pelajar yang Terlibat Tawuran di Bekasi

Megapolitan
Polisi Lacak Penadah Sindikat Pencurian Motor di Palmerah

Polisi Lacak Penadah Sindikat Pencurian Motor di Palmerah

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Palmerah Incar Motor Warga yang Diparkir di Gang

Sindikat Pencuri di Palmerah Incar Motor Warga yang Diparkir di Gang

Megapolitan
Gugat Kenaikan Pangkat Prabowo, LBH Jakarta: Rawan Konflik Kepentingan

Gugat Kenaikan Pangkat Prabowo, LBH Jakarta: Rawan Konflik Kepentingan

Megapolitan
Soal Dugaan Mayat Dalam Toren Terkait Penggerebekan Kasus Narkoba, Polisi: Fokus Identifikasi Dulu

Soal Dugaan Mayat Dalam Toren Terkait Penggerebekan Kasus Narkoba, Polisi: Fokus Identifikasi Dulu

Megapolitan
Ponsel Pria Dalam Toren di Pondok Aren Hilang, tetapi Masih Aktif

Ponsel Pria Dalam Toren di Pondok Aren Hilang, tetapi Masih Aktif

Megapolitan
Satu Pelajar Kritis Usai Terlibat Tawuran di Bekasi

Satu Pelajar Kritis Usai Terlibat Tawuran di Bekasi

Megapolitan
Sindikat Curanmor di Palmerah Bobol 4 Motor Tiap Semalam Selama Tiga Bulan

Sindikat Curanmor di Palmerah Bobol 4 Motor Tiap Semalam Selama Tiga Bulan

Megapolitan
Agenda Pemeriksaan SYL dalam Kasus Firli Besok Terhalang Jadwal Sidang

Agenda Pemeriksaan SYL dalam Kasus Firli Besok Terhalang Jadwal Sidang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com