Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbaiki Manajemen Lintas Wilayah

Kompas.com - 27/01/2015, 16:30 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Perbaikan manajemen di segala bidang menjadi kebutuhan mendesak untuk mengantisipasi persoalan yang timbul akibat pertumbuhan penduduk di Jabodetabek. Kemacetan merupakan salah satu imbas lemahnya manajemen lintas batas wilayah di Jabodetabek.

Taimur Samad, Ahli Ekonomi Perkotaan Bank Dunia (World Bank) Indonesia, Senin (26/1/2015), mengatakan, pertambahan jumlah penduduk merupakan keniscayaan kota besar dan dialami kota lain di seluruh dunia.

”Bukan pertambahan penduduk ini yang menjadi persoalan. Tetapi, bagaimana manajemen atas beragam kebutuhan warga agar tidak muncul ekses, seperti kemacetan dan polusi udara,” katanya dalam konferensi pers di kantor World Bank Indonesia.

Manajemen bidang transportasi yang mendesak dilakukan, menurut Taimur, adalah penyatuan koordinasi lintas kabupaten, kota, dan provinsi di Jabodetabek. Tanpa koordinasi ini, sulit disediakan transportasi massal yang layak untuk mengakomodasi perjalanan komuter di Jabodetabek.

”Koordinasi lintas wilayah ini menjadi kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan aneka persoalan perkotaan di Indonesia. Sebab, perkotaan yang ada di Indonesia sebagian besar terdiri dari beberapa kota, kabupaten, dan provinsi,” kata Taimur.

Selain itu, koordinasi lintas sektor juga diperlukan untuk mengintegrasikan berbagai moda transportasi massal yang ada, seperti bus transjakarta, KRL, dan kelak MRT. Integrasi antarmoda ini mutlak dibutuhkan untuk memudahkan pengguna angkutan massal mencapai tempat tujuan. Integrasi yang baik antarmoda transportasi massal ini juga merupakan daya tarik terbesar bagi pengguna kendaraan pribadi.

Apabila penggunaan kendaraan pribadi sudah berpindah ke transportasi massal, kemacetan di jalan akan berkurang. ”Kita tak bisa mengatasi persoalan kemacetan ini dengan menambah panjang jalan, karena ini bukan solusi yang baik,” ucapnya.

Di sejumlah negara, pertambahan penduduk di perkotaan telah meningkatkan pendapatan per kapita secara signifikan. Bank Dunia mencatat, setiap 1 persen urbanisasi di Tiongkok telah menyumbangkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 6 persen.

Di Vietnam, tingkat urbanisasi yang sama bahkan menyumbang 8 persen pertumbuhan PDB, dan di Thailand bahkan menyumbang hingga 10 persen. Namun, di Indonesia, pertambahan urbanisasi 1 persen hanya menyumbang 2 persen pertumbuhan PDB.

Kerja sama Swedia

Terkait penataan transportasi tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperkuat kerja sama dengan Pemerintah Swedia, terutama dalam sistem jalan berbayar elektronik (ERP) dan meteran parkir, serta pengembangan smart city.

”Kami berharap secepatnya memfinalisasi kerja sama ini supaya kesepakatan bisa ditandatangani dan sistem tersebut bisa diterapkan di Jakarta,” kata Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog seusai bertemu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota Jakarta, Senin.

Teknologi Swedia dalam bidang ERP dan meteran parkir, kata Basuki, sudah teruji lebih dari 60 tahun dan dipraktikkan di beberapa negara di dunia. ”Kami tak ingin menggunakan alat yang baru muncul 5 tahun, 10 tahun. Syarat kami, teknologi itu harus (sudah muncul) di atas 50 tahun,” ujarnya. (ART/FRO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jenazah Salim Said Dimakamkan di TPU Tanah Kusir

Jenazah Salim Said Dimakamkan di TPU Tanah Kusir

Megapolitan
'Ada Mayday, Mayday, Habis Itu Hilang Kontak...'

"Ada Mayday, Mayday, Habis Itu Hilang Kontak..."

Megapolitan
Awak Pesawat yang Jatuh di BSD Sulit Dievakuasi, Basarnas: Butuh Hati-hati

Awak Pesawat yang Jatuh di BSD Sulit Dievakuasi, Basarnas: Butuh Hati-hati

Megapolitan
Ini Identitas Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD Tangerang

Ini Identitas Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD Tangerang

Megapolitan
Jenazah Korban Kecelakaan Pesawat Latih di BSD Dievakuasi ke RS Polri

Jenazah Korban Kecelakaan Pesawat Latih di BSD Dievakuasi ke RS Polri

Megapolitan
Kondisi Terkini Lokasi Pesawat Jatuh di Serpong, Polisi-TNI Awasi Warga yang Ingin Saksikan Evakuasi Korban

Kondisi Terkini Lokasi Pesawat Jatuh di Serpong, Polisi-TNI Awasi Warga yang Ingin Saksikan Evakuasi Korban

Megapolitan
Saksi: Pesawat Tecnam P2006T Berputar-putar dan Mengeluarkan Asap Sebelum Jatuh

Saksi: Pesawat Tecnam P2006T Berputar-putar dan Mengeluarkan Asap Sebelum Jatuh

Megapolitan
Dua Korban Pesawat Jatuh di BSD Telah Teridentifikasi

Dua Korban Pesawat Jatuh di BSD Telah Teridentifikasi

Megapolitan
Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Serpong Menyisakan Buntut, Bagian Depan Hancur

Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Serpong Menyisakan Buntut, Bagian Depan Hancur

Megapolitan
Ratusan Warga Nonton Proses Evakuasi Pesawat Jatuh di BSD Serpong

Ratusan Warga Nonton Proses Evakuasi Pesawat Jatuh di BSD Serpong

Megapolitan
Pesawat yang Jatuh di BSD Sempat Tabrak Pohon sebelum Hantam Tanah

Pesawat yang Jatuh di BSD Sempat Tabrak Pohon sebelum Hantam Tanah

Megapolitan
Saksi: Pesawat Latih Jatuh di BSD Serpong Bersamaan dengan Hujan Deras

Saksi: Pesawat Latih Jatuh di BSD Serpong Bersamaan dengan Hujan Deras

Megapolitan
Polres Tangsel Evakuasi 3 Korban Tewas Pesawat Latih yang Jatuh di BSD

Polres Tangsel Evakuasi 3 Korban Tewas Pesawat Latih yang Jatuh di BSD

Megapolitan
PSI Terima Pendaftaran 2 Bakal Calon Wali Kota Bekasi, Salah Satunya Kader PDI-P

PSI Terima Pendaftaran 2 Bakal Calon Wali Kota Bekasi, Salah Satunya Kader PDI-P

Megapolitan
Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Terbang dari Tanjung Lesung menuju Pondok Cabe

Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Terbang dari Tanjung Lesung menuju Pondok Cabe

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com