Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Ibu Masih Mampu Tidak Jualan di Sana, kalau Tidak Dipindah ke Panti Jompo

Kompas.com - 15/04/2015, 13:30 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat "blusukan" ke kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak henti-hentinya mendapat keluhan warga maupun pedagang di sana. Salah satu contohnya adalah sekumpulan ibu yang menetap di bangunan liar di atas lahan PLN, dan dekat gardu listrik.

Wanita paruh baya itu merengek pada Basuki karena rumah mereka digusur tanpa pemberitahuan sebelumnya. 

"Pak ayo Pak sini Pak. Ini kami digusur belum punya tempat (rumah) dan tempat dagang," kata ibu-ibu di sana sambil merengek pada Basuki, di samping Stasiun Tanah Abang, Rabu (15/4/2015). 

Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede yang berdiri di samping Basuki langsung membisikinya. Mangara mengatakan ibu-ibu tersebut merupakan warga yang mendirikan bangunan liar di atas lahan negara.

Kemudian, Basuki mengatakan bahwa Pemprov DKI sedang membangun sebuah rusunawa besar di Jalan KS Tubun, Jakarta Barat.

Warga hanya dikenakan retribusi untuk listrik sebesar Rp 15 ribu per harinya. Di rusunawa itu pula, warga relokasi juga bisa berdagang.

"Ibu-ibu masih mampu enggak kalau bayar segitu di sana dan jualan juga di sana? Kalau enggak mampu, ya mending saya data terus dimasukin ke panti jompo biar dirawat di sana," kata Basuki kepada ibu-ibu itu.

Sontak ibu-ibu langsung menggelengkan kepala dan menolak permintaan Basuki. Mereka mengaku mau dipindah ke rusunawa KS Tubun dan berjualan di sana.

"Ih bapak, saya enggak mau ke panti," kata seorang ibu sambil mencolek Basuki.

Sejumlah pejabat yang mendampingi Basuki pun tertawa mendengar ancaman halus pria yang biasa disapa Ahok itu kepada ibu-ibu itu. 

"Saya masih mau dagang kopi di sini boleh, Pak," tanya seorang ibu. "Boleh Bu. Tetapi Ibu harus bertanggung jawab urusin sampahnya, jangan buang sampah sembarangan," kata Basuki.

Kemudian dia menginstruksikan Camat Tanah Abang Hidayatullah dan Mangara untuk mendata warga yang akan direlokasi ke rusunawa KS Tubun.

Pada kesempatan itu, Basuki juga membagi-bagikan kartu nama kepada para ibu itu. "Ibu-ibu kasih tahu saya kalau Pak Camat atau Pak Wali Kota-nya khilaf, laporin saya. Ini kartu nama saya, jangan sampai hilang ya," kata Basuki.

Mereka terlihat senang setelah mendapat solusi dan kartu nama Basuki. Setelah itu, Basuki dan jajaran pejabat DKI kembali melanjutkan tinjauannya ke Blok G Tanah Abang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com