Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ponsel Pasangan Tiba-tiba Disembunyikan, Bisa Jadi Sinyal Awal KDRT

Kompas.com - 26/06/2015, 10:43 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kerap terlambat diketahui. Sehingga, korbannya telah mengalami dampak yang serius dari kasus tersebut.

Seperti yang dialami LE (42) di Tangerang Selatan belum lama ini. Sejak 2014, ia dipaksa suaminya agar mau melakukan threesome. Ia juga dihina karena berat badannya sehingga dipaksa menurunkannya dari 90 kilogram menjadi 50 kg.

Namun tekanan terus diterimanya sehingga LE pun perlu dirawat di rumah sakit. Bahkan LE pernah melakukan percobaan bunuh diri.

Sebetulnya, KDRT bisa diungkap lebih dini sehingga mencegah korbannya mengalami hal-hal fatal. Caranya, dengan pandai-pandai membaca situasi yang terjadi dalam rumah tangga.

"Untuk para korban harus bisa membaca situasi. Kalau ada sesuatu yang tidak sesuai kesepakatan awal pernikahan atau ada pemaksaan untuk melakukan sesuatu, itu bisa jadi tanda-tanda awal kekerasan," ucap Komisioner Komisi Nasional Perempuan Indriyati Suparno kepada Kompas.com, Kamis (25/6/2015).

Tanda-tanda kekerasan bahkan bisa menjadi sangat ringan seperti tadinya berkomunikasi dengan baik, lalu tiba-tiba handphone-nya disembunyikan. Tanda-tanda itu, kata dia, merupakan awal dari kekerasan. Maka, ia mengimbau untuk mewaspadai indikasi kekerasan yang mungkin terjadi.

Untuk memudahkannya, Indri menyarakan supaya anggota rumah tangga memperkaya diri dengan informasi.

"Mencari informasi tentang KDRT itu penting. Untungnya sekarang pengetahuan seputar KDRT bisa diperoleh dari mana saja, misalnya dari pusat informasi di kelurahan, puskesmas, internet, dan lain-lain," ujar Indri.

Bila tanda-tanda KDRT telah tampak di depan mata, Indri menyarankan untuk segera melapor atau bicara dengan orang yang dipercaya. Pelaporan secara dini merupakan cara supaya kasus tidak akan bertambah besar nantinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Megapolitan
Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Megapolitan
Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Megapolitan
DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Megapolitan
Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Megapolitan
Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Megapolitan
Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Megapolitan
Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Megapolitan
Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Megapolitan
Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Megapolitan
APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com