Gunawan mengatakan, modal pedagang sapi untuk belanja daging mencukupi. Namun, harga daging terlampau tinggi dan stok daging sendiri terbatas.
"Saya kasihan sama mereka. Kalau kondisi begini, pedagang (daging) sapi pasti disalah-salahin. Padahal, dari sananya sendiri, harga sudah tinggi. Kalau mereka beli banyak, tapi konsumen enggak beli, mereka rugi juga dagingnya enggak kejual, lama-lama jadi busuk," kata Gunawan saat berbincang-bincang dengan Kompas.com, Kamis (13/8/2015).
Terkait dengan operasi pasar, kata Gunawan, pengelola pasar telah mengomunikasikan hal itu dengan pedagang daging sapi di sana dan tidak ada masalah.
Pelaksanaan operasi pasar berlangsung tertib. Hanya lokasi operasi pasarnya yang digeser ke depan pasar, bukan di dalam pasar. Hal itu dilakukan untuk mencegah timbulnya kekecewaan yang semakin menjadi dari para pedagang sapi yang menyayangkan adanya operasi pasar itu.
Menurut tren pada umumnya, harga daging sapi menjelang Lebaran akan naik karena kebutuhannya meningkat, namun harga akan kembali turun usai Lebaran. Akan tetapi, setelah Lebaran selesai, harga daging sapi malah semakin naik, bukannya turun atau stabil.
Stok daging yang biasanya diberikan cukup banyak oleh pihak rumah pemotongan hewan (RPH) kepada pedagang pun jadi menurun.
"Pedagang seakan-akan jadi pihak yang disalah-salahin karena harga daging yang dijual mahal. Tapi, harga tinggi memang dari sananya. Saya harap, polisi bisa segera ketemu siapa mafia yang nimbun daging sapi itu," ujar Gunawan.
Gunawan meyakini, pedagang daging sapi dianggap bukanlah pihak yang bisa disebut sebagai mafia. Sebab, pedagang daging hanya berpikir untuk bisa berjualan setiap harinya dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Pedagang sapi di Pasar Grogol sendiri berharap agar harga daging sapi bisa cepat turun di bawah angka Rp 100.000.
"Dari hasil ngobrol-ngobrol sama kita, maunya per kilogram Rp 95.000. Sekarang masih mahal, satu kilogram Rp 120.000," ujar Gunawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.