Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

686 Galian di Bogor Akan Ditutup

Kompas.com - 21/09/2015, 21:46 WIB

BOGOR, KOMPAS — Pertambangan emas liar di Bogor yang membahayakan pekerja dan merugikan negara ditertibkan. Hingga Sabtu (19/9), 108 lubang dari target 686 lubang galian emas liar di area PT Aneka Tambang (Persero) Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor, Bogor, ditutup.

Penutupan lubang galian liar itu hasil kerja 2.799 petugas gabungan, termasuk polisi, polisi hutan, dan TNI, yang terlibat dalam operasi pemberantasan pertambangan emas tanpa izin (PETI). Tujuan operasi yang dimulai pada Jumat lalu itu ialah menutup liang ilegal buatan petambang tanpa izin (gurandil) di area Aneka Tambang (Antam), tepatnya di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kawasan itu sekitar 60 kilometer barat daya Kota Bogor dan sebagian berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Dari pendataan, dari 686 lubang, yang aktif dipakai sebagai akses oleh gurandil sebanyak 117 lubang atau lekuk tanah. Petugas juga menutup akses gurandil ke lokasi galian liar. "Sikat habis," kata Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar Suyudi Ario Seto, selaku pemimpin operasi gabungan, saat dihubungi, Sabtu.

Sabtu, petugas gabungan juga membongkar Kampung Ciguha, tempat tinggal gurandil sekaligus basis operasi PETI selama 22 tahun terakhir. Ciguha berada di dalam kawasan eksploitasi emas, 21 km dari kantor PT Antam Pongkor.

Di Ciguha, petugas membongkar 742 saung pengolahan emas dan 20 warung sekaligus tempat pelacuran. Petugas menyita 3.803 mesin gelundung (pengolah bongkah material emas yang menggunakan merkuri), 6 tabung elpiji ukuran 3 kilogram, 2 kompor gas, dan 1 generator set.

352 orang tewas

Dari laporan Antam, menurut Suyudi, PETI menimbulkan kerugian material Rp 1 triliun per tahun. "Dahulu mereka leluasa mencuri, bahkan berani melawan petugas, karena bisa minta dukungan pihak tertentu. Sekarang, saya didukung penuh Kepala Polda Jabar, Kepala Polri, Menteri BUMN, dan Wakil Presiden. Mereka melawan, saya tindak tegas," katanya.

Sesuai data, selama 22 tahun gurandil beroperasi, sudah 352 orang tewas tertimbun lubang galian atau kehabisan oksigen. Banyak juga korban terluka. Mereka mengabaikan keselamatan diri demi menghidupi keluarga. Praktik PETI di area Antam juga dianggap pencurian aset negara.

General Manager PT Antam UBPE Pongkor I Gede Gunawan mengatakan, liang itu dibuat pada malam hari melalui jalur yang berbatasan dengan permukiman warga. Saat dihalau, gurandil tak segan melukai petugas. Kawasan operasi seluas 6.000 hektar menyulitkan petugas mengantisipasi PETI.

Arif Firmanto, Juru Bicara Antam UBPE Pongkor, menambahkan, di Ciguha diperkirakan ada 57.000 mesin gelundung. Menjelang operasi, sekitar 51.000 gelundung diamankan. (BRO)

____________________

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 September 2015, di halaman 15 dengan judul "686 Galian Akan Ditutup".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Sadar Jarinya Digigit Sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit Sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com