Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Kasih Tahu Pengamat, Saya Lulusan Geologi Paling Cepat di Angkatan Saya

Kompas.com - 12/10/2015, 10:47 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menantang para pengamat lingkungan atau ahli tata kota untuk berdebat terkait betonisasi Sungai Ciliwung dan pembangunan jalan inspeksi pasca-pelebaran sungai tersebut. Menurut Basuki, pembetonan tidak dilakukan sampai dasar sungai. 

"Makanya, saya bisa berdebatlah sama mereka. Sekarang saya tanya sama kamu, ini kota sudah jadi. Kalau kamu enggak mau (bangun) sheetpile (dinding turap) itu sungai yang ada di kota, berarti kamu butuh 60 meter lebarnya pakai alam," kata Basuki di Balai Kota, Senin (12/10/2015). 

Basuki mengatakan, lebar Sungai Ciliwung seharusnya sekitar 20 meter-30 meter. Pendiri bangunan liar di bantaran kali menguruk Sungai Ciliwung dan lebarnya kini hanya tinggal 5 meter. Basuki mengaku bingung melihat banyak pengamat yang menentangnya ketika menggusur permukiman liar di bantaran kali.

"Saya bersihin (bangunan liar) 15 meter hasil urukan saja marah, dibilang saya melanggar HAM. Lalu, Anda mau ngotot pakai sistem yang alami? Ya mana bisa? Kalau kamu mau posisi alami, roboh enggak diinjek mobil?" kata Basuki. 

Basuki mengaku telah mencoba normalisasi tanpa pembangunan sheetpile. Namun, tepi sungai tidak kuat menahan mobil-mobil yang terparkir di sana. Salah satu contoh normalisasi alami tanpa pembetonan sheetpile adalah Sungai Ciliwung di bagian Condet.

Semakin ke wilayah hulu, kata Basuki, Pemprov DKI tidak akan membangun sheetpile sehingga ia memberikan bantuan dana hibah kepada Kabupaten Bogor untuk membereskan normalisasi Ciliwung di bagian hulu.

"Makanya, kasih tahu ke dia (pengamat), saya lulusan (Jurusan) Geologi tercepat di angkatan saya. Saya lulus Geologi tidak terlalu jelek. Enggak terlalu jelek ilmu geologi saya," kata Basuki. 

Komunitas Ciliwung Condet sebelumnya mengkritik betonisasi di Sungai Ciliwung. Ketua Komunitas Ciliwung Abdul Kodir mengaku pernah menggugat masalah ini ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dengan obyek surat keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Namun, gugatan mereka kalah di PTUN.

Betonisasi Sungai Ciliwung sepanjang 19 kilometer dari mulai kawasan TB Simatupang hingga Manggarai dinilai merusak ekosistem. Rencana ini juga ditentang karena dinilai bukan solusi penangkalan banjir.

Komunitas Ciliwung Condet salah satu yang menolak rencana ini. Analisis dampak lingkungan (amdal) yang tak pernah dibeberkan menjadi salah satu alasannya. Jika sasarannya penangkalan banjir, Abdul menilai pemerintah tidak tepat sasaran.

Masalah banjir, lanjutnya, ada di hulu Sungai Ciliwung di Puncak Bogor, yang telah banyak beralih fungsi.

"DAS atau daerah aliran Sungai Ciliwung sudah rusak. RTH (ruang terbuka hijau) jauh berkurang. Benerin dulu situ, RTH ditambah, dan dilindungin (tepian) yang ada. Itu di daerah hulu sudah terjadi okupasi besar-besaran," kata Abdul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Megapolitan
Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Megapolitan
Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Megapolitan
DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Megapolitan
Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Megapolitan
Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com