Jumlah tersebut didapat dari kasus pelecehan seksual yang pelakunya tertangkap.
Meski pelakunya tertangkap, Manajer Komunikasi PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan, tidak ada dari mereka yang diproses hukum.
Penyebabnya, karena korban yang tidak bersedia melaporkannnya ke pihak berwajib. Padahal, kata dia, laporan dan keterangan dari korban sangat dibutuhkan untuk memproses pelaku.
"Korban tidak bersedia melanjutkan ke proses hukum. Alasannya tidak ada waktu atau terburu-buru dan malu," kata Eva saat dihubungi, Selasa (1/12/2015).
Oleh karena korban tidak bersedia melaporkannnya ke pihak berwajib, Eva mengatakan, pihaknya hanya bisa memberikan teguran tertulis ke para pelaku.
"Tindakan dari KCJ pelaku didata dan dipanggil pihak keluarga. Setelah itu, dia diminta membuat pernyataan bahwa beliau mengakui perbuatannya," kata Eva.
Salah seorang penumpang KRL, sebut saja Fifi, mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual di KRL. Kejadiannnya berlangsung pada sekitar akhir 2014.
Fifi menyebut saat itu kondisi gerbong tengah penuh. Sehingga penumpang harus berdesak-desakan.
Dia mengaku ada seorang pria yang memeluknya dari belakang. Kemudian, dia merasakan sesuatu yang tak nyaman di belakangnya.
"Gue enggak bisa lihat orangnya karena penuh banget. Tapi kayaknya bapak-bapak karena waktu itu di sekitar gue bapak-bapak semua," ujar dia.
Dia mengaku tidak melaporkan kejadian itu kepada petugas. Sebab, dia tidak tahu pasti siapa pelakunya.
Semalam, salah seorang penumpang KRL, sebut saja Andi, mengatakan melihat salah seorang penumpang perempuan yang diduga menjadi korban pelecehan seksual.
Kejadiannnya terjadi pada Senin (30/11/2015) sekitar pukul 20.00. Saat itu, dia berada di gerbong campuran jurusan Jatinegara-Bogor.
Pada saat berada di Stasiun Lenteng Agung, Andi mendengar jeritan "iiih..." dari seorang perempuan yang terdengar jijik. Rupaya, kata dia, perempuan itu baru menyadari ada cairan di belakang rok dan tasnya.
"Ributlah orang sekitar dia. Ternyata di rok dan tasnya kayak basah dipeperin ingus gitu, dan di lantai juga ada cairan yang sama," kata Andi kepada Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.