Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri-ciri "Cyber Troops" di Media Sosial

Kompas.com - 31/03/2016, 13:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengerahan pasukan dunia maya atau cyber troops, adalah salah satu strategi yang oleh sejumlah pihak dianggap efektif untuk menggiring opini masyarakat.

Penggiringan opini itu dilakukan dengan cara menyerbu dunia maya melalui opini-opini yang menguntungkan sang majikan.

Strategi itu juga diduga akan ditemukan pada perhelatan pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta kali ini.

Kordinator Jokowi Ahok Social Media Volunteers (JASMEV), Kartika Djoemadi, yang pada pilkada 2012 lalu sukses mengawal pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, menyebut bahwa aksi pasukan cyber itu bisa dikenali.

"Biasanya bahasanya berulang, dengan akun-akun yang anonim atau psuedonim," ujarnya kepada wartawan, di Veteran Coffee and Resto, Gambir, Jakarta Puaat, Rabu (30/3/2016).

Akun anonim adalah akun "sampingan" milik seseorang baik yang terdapat di media sosial (medsos), maupun situs lainnya yang memungkinkan sang pemilik menyusupkan opini.

Pada kolom profile, sang pemilik akan menyamarkan identitas aslinya. (Baca juga: Kampanye di Jakarta Efektif Melalui Medsos ).

Sementara itu,  akun psuedonim adalah akun yang kurang lebih sama, namun pada kolom profile sang pemilik akan mengisinya dengan data-data yang sama sekali bertentangan dengan pemiliknya

"Kalau anonim, misal nama dia Joni, jadinya J aja. Kalau psuedonim namanya diganti jadi Bambang," kata dia.

Akun "sampingan" atau yang juga akrab disebut sebagai "klonengan" di sejumlah forum itu, berguna agar si pemilik dapat menyusupkan opini beberapa kali di laman situs yang sama, dengan akun berbeda.

Pelaku berharap masyarakat melihat opini tersebut, sebagai opini yang dilontarkan oleh orang yang berbeda.

Kartika mencontohkan, di media berbasis daring, terdapat kolom komentar di setiap berita yang disajikan.

Kolom tersebut adalah salah satu sasaran pasukan cyber untuk dibanjiri dengan komentar. "Mereka biasanya seragam (pernyataannya), dan berulang-ulang," terangnya.

Strategi tersebut menurut Kartika, pernah terendus dalam sejumlah pemberitaan mengenai ketua umum salah satu organisasi olah raga, yang tengah dirudung masalah.

Ia menduga sang ketua umum memanfaatkan pasukan cyber untuk menjaga citranya.

Untuk urusan pilkada, pasukan cyber juga bisa dimanfaatkan untuk menjatuhkan elektabikitas salah seorang kandidat, melalui kampanye hitam atau black campaign.

Ia mengatakan, apabila aksi tersebut terendus, justru dampaknya akan negatif. Karena pemilih di Jakarta yang mayoritasnya adalah pemilih rasional, yang sangat menghargai orisinalitas.

"Seharusnya biar saja masyarakat komentar apa adanya, jangan memobilisasi komentar-komentar itu," ujarnya.

(Nurmulia Rekso Purnomo).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Megapolitan
Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustasi Dijauhi Teman...

Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustasi Dijauhi Teman...

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, 'Bekingan' Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, "Bekingan" Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Megapolitan
Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com