Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Belum Tahu Kasus Sengketa Lahan di Meruya Selatan

Kompas.com - 10/05/2016, 12:41 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komnas HAM Roichatul Aswidah mengaku belum mengetahui persis kasus sengketa lahan di Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, antara PT Porta Nigra dengan warga setempat. Padahal, sengketa lahan ini bukanlah kasus baru.

"Saya tidak tahu, kami belum tahu pasti (kasusnya)," kata Roichatul kepada Kompas.com di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (10/5/2016).

Meski begitu, kata Roichatul, Komnas HAM bisa membantu warga Meruya Selatan dalam kasus sengketa lahan tersebut. Dia menyebut Komnas HAM dapat membantu menangani masalah itu melalui dua subkomisinya.

"Komnas HAM kan untuk penanganan kasus agraria semacam itu akan ditangani oleh dua subkomisi, subkomisi pemantauan atau subkomisi migrasi, tergantung pada kasusnya, masalahnya seperti apa," kata dia.

Saat ditanya apakah warga harus melapor terlebih dahulu kepada Komnas HAM, Roichatul mengatakan penanganan kasus tidak selalu berawal dari pengaduan warga.

"Enggak juga (selalu pengaduan). Komnas HAM juga bisa proaktif. Proaktif ada juga beberapa kriteria. Kasus yang belum pernah ditangani oleh pemerintah atau pemerintah menanganinya secara tidak memadai, berdampak luas bagi kehidupan masyarakat, atau bahkan kemudian menimbulkan keganjilan," papar Roichatul.

Namun, dia belum memastikan apakah Komnas HAM akan proaktif dalam kasus sengketa lahan tersebut atau tidak. (Baca: Ahok Sindir Aktivis HAM dalam Sengketa Lahan Meruya Selatan)

"Belum tahu (akan proaktif atau tidak), karena barusan saya denger kasusnya dari Mbak. Biasanya kalau beberapa hal yang urgent atau memiliki dampak yang luas, Komnas HAM akan membantu," tuturnya.

Sengketa lahan di Meruya Selatan bermula ketika PT Porta Nigra membeli tanah kepada seseorang bernama Juhri yang mengaku mandor sekitar tahun 1971-1972. Kemudian, Juhri menjual kembali tanah tersebut kepada pihak lain menggunakan sertifikat/girik palsu.

Juhri juga disebut menjual lahan dengan girik palsu tersebut kepada Pemprov DKI Jakarta. Lahan itulah yang kini menjadi lahan yang dimiliki warga. Pada 2007, PT Porta Nigra sudah melakukan mediasi dengan warga.

Warga yang berdamai dengan PT Porta Nigra kemudian memiliki akta perdamaian atau dading. PT Porta Nigra disebut telah melepaskan lahan kepada warga yang memiliki dading tersebut. Sementara lahan yang tidak memiliki dading dipatok dan dipasang pagar kawat sejak 31 Maret 2016 lalu.

Puluhan warga kemudian mengadukan pematokan lahan tersebut kepada Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, Senin (9/5/2016) kemarin. (Baca: Puluhan Warga Meruya Selatan Datangi Ahok, Laporkan Aksi Penyerobotan Tanah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Megapolitan
Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustasi Dijauhi Teman...

Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustasi Dijauhi Teman...

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, 'Bekingan' Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, "Bekingan" Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Megapolitan
Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com