Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Akui Masih ada Ketimpangan Ekonomi di Jakarta

Kompas.com - 06/08/2016, 14:40 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengakui masih ada ketimpangan ekonomi di Jakarta. Namun, ketimpangan itu menurutnya tidak hanya terjadi d DKI tapi juga di seluruh Indonesia.

Hal itu diungkapkan Ahok dalam sebuah forum diskusi di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (6/8/2016).

Sebelumnya, dalam acara yang sama, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, Sri Adiningsih mengatakan, Provinsi DKI Jakarta termasuk ke dalam salah provinsi terkaya di Indonesia.

Hal itu, kata Sri terlihat dari pendapat per kapita Provinsi DKI pada tahun 2015 yang mencapai angka194 juta dollas AS.

Jika dimasukan dalam kriteria Bank Dunia, kata Sri, dengan pendapatan sebesar itu, DKI masuk ke dalam middle income country.

"Sehingga kalau orang Jakarta yang hidup di sini jika dimasukan dalam kriteria Bank Dunia, berada di batas middle income country jadi, bapak ibu tinggal di kawasan kaya," ujar Sri, Sabtu (6/8/2016).

Namun, meski memiliki pendapatan per kapita yang tinggi, Sri mengatakan bahwa ketimpangan di Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan sejumlah daerah lain di tanah air.

Ahok yang hadir membenarkan pernyataan Sri. Untuk mengurangi ketimpangan itu, Ahok mengatakan pihaknya telah mengupayakan kenaikan subsidi terhadap sejumlah fasilitas umum untuk masyarakat, seperti subsidi transportasi untuk bus transjakarta, rumah susun sewa sederhana atau rusunawa dan Kartu Jakarta Pintar (KJP).

"Itu syaratnya supaya ketimpangan itu hilang. Itu kuncinya," ujar Ahok.

Pada Juli lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa angka kemiskinan di Jakarta meningkat 0,14 poin. Berdasarkan data BPS itu, pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin di Jakarta mencapai 384.300 orang atau 3,75 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Ibu Kota.

Jumlah penduduk miskin itu lebih tinggi dari data pada September 2015 yang mencapai 368.670 orang atau 3,61 persen dari jumlah penduduk DKI.

Sementara itu, berdasarkan data BI, yang mengacu pada kondisi pada bulan Maret 2016 dibandingkan Maret 2015 --bukan pada bulan September seperti yang dilakukan BPS--  angka kemiskinan di Jakarta turun sebesar 4.71 persen.

BI menyatakan kemiskinan di Jakata terus mengalami penurunan sejak 2013 dengan data tahun 2013 sebesar 7,49 persen, tahun 2014 9,91 persen, 2015 8,84 persen, dan pada Maret 2016 sebesar 4,71 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Relakan Dagangan Basah, Nanang Bersyukur Kiosnya di Pasar Poncol Tak Ikut Terbakar

Relakan Dagangan Basah, Nanang Bersyukur Kiosnya di Pasar Poncol Tak Ikut Terbakar

Megapolitan
Langkah PDI-P Untuk Pilkada 2024 di DKI dan Sumut Dinilai Tak Ringan

Langkah PDI-P Untuk Pilkada 2024 di DKI dan Sumut Dinilai Tak Ringan

Megapolitan
Akhir Pelarian Caleg PKS Asal Aceh yang Terlibat Bisnis Narkoba, Buron sejak Maret 2024

Akhir Pelarian Caleg PKS Asal Aceh yang Terlibat Bisnis Narkoba, Buron sejak Maret 2024

Megapolitan
Runutan Polemik Kampung Susun Bayam yang Dimulai sejak Pembangunan JIS

Runutan Polemik Kampung Susun Bayam yang Dimulai sejak Pembangunan JIS

Megapolitan
FBJ Deklarasikan Dukungan untuk Anies Baswedan Maju Jadi Calon Gubernur Jakarta 2024

FBJ Deklarasikan Dukungan untuk Anies Baswedan Maju Jadi Calon Gubernur Jakarta 2024

Megapolitan
Diperkosa Ayah Tiri, Anak di Kemayoran Diberi Rp 5.000 Sambil Diancam Dicelakai jika Mengadu

Diperkosa Ayah Tiri, Anak di Kemayoran Diberi Rp 5.000 Sambil Diancam Dicelakai jika Mengadu

Megapolitan
Perkosa Anak Disabilitas, Pemilik Warung di Kemayoran Beri Rp 10.000 agar Korban Tutup Mulut

Perkosa Anak Disabilitas, Pemilik Warung di Kemayoran Beri Rp 10.000 agar Korban Tutup Mulut

Megapolitan
3 Kios di Pasar Poncol dan Satu Rumah Warga Terbakar, Diduga akibat Korsleting

3 Kios di Pasar Poncol dan Satu Rumah Warga Terbakar, Diduga akibat Korsleting

Megapolitan
Polisi Tetapkan Eks Staf Kelurahan di Tangsel sebagai Tersangka Pemerkosaan Remaja

Polisi Tetapkan Eks Staf Kelurahan di Tangsel sebagai Tersangka Pemerkosaan Remaja

Megapolitan
Terkait Dorongan ke Pilkada Sumut, Pengamat: Ahok Digunakan PDI-P buat Pusat Pemberitaan

Terkait Dorongan ke Pilkada Sumut, Pengamat: Ahok Digunakan PDI-P buat Pusat Pemberitaan

Megapolitan
Saat DPRD DKI Kritik Penyelenggaraan PPDB, Berujung Permohonan Maaf Disdik

Saat DPRD DKI Kritik Penyelenggaraan PPDB, Berujung Permohonan Maaf Disdik

Megapolitan
Setelah 1,5 Tahun Dilaporkan, Pelaku Pemerkosaan Remaja di Tangsel Akhirnya Ditangkap Polisi

Setelah 1,5 Tahun Dilaporkan, Pelaku Pemerkosaan Remaja di Tangsel Akhirnya Ditangkap Polisi

Megapolitan
Penolakan Revisi UU Penyiaran Menguat, Kebebasan Pers Terancam dan Demokrasi Dikhawatirkan Melemah

Penolakan Revisi UU Penyiaran Menguat, Kebebasan Pers Terancam dan Demokrasi Dikhawatirkan Melemah

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 28 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 28 Mei 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 28 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 28 Mei 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com