Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Apa yang Saya Lakukan "Shameful and Dishonorable", tetapi...

Kompas.com - 13/08/2016, 12:02 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pilihan Basuki Tjahaja Purnama meninggalkan pilihan maju Pilkada DKI 2017 melalui jalur independen dipertanyakan seorang muda di dalam konferensi nasional Young on Top 2016 di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Sabtu (13/8/2016).

Dia mempertanyakan integritas seorang Basuki, atau Ahok, yang telah memilih jalur partai politik.

Ahok yang menjadi pembicara buka-bukaan untuk menjawab pertanyaan itu. Di depan ribuan anak muda, Ahok mengatakan, melepas pilihan jalur independen adalah hal yang sulit dan menjadi pergolakan batin baginya.

"Anda bisa lihat seminar saya di Gereja Reformed, saya ngomong ini shameful (memalukan) and dishonorable apa yang saya lakukan itu. Tapi ini demi orang banyak, semua dilakukan," ujar Ahok.

Dia juga mengatakan bahwa memilih jalur partai politik sebenarnya telah menurunkan levelnya. Andai Ahok memilih jalur independen, kemudian kalah karena dicurangi saat proses verifikasi, Ahok tidak merasa hal itu adalah sebuah masalah. Dia bisa menyelesaikan tugasnya sebagai gubernur DKI sampai Oktober 2017.

Setelah itu, dia bisa keliling Indonesia selama beberapa bulan. Tidak lama kemudian, proses Pilpres 2019 dimulai. Seperti Susilo Bambang Yudhoyono dahulu, Ahok bisa muncul dengan partai baru yang memikat semua orang.

Ahok yakin dukungan akan melimpah kepadanya. Sebab, orang akan melihat dia sebagai orang yang dicurangi ketika Pilkada DKI 2017. Dia akan menjadi simbol perlawanan bagi semua orang yang tidak percaya dengan partai politik.

"Tapi apa itu tujuan hidup saya? Bukan. Tujuan hidup saya adalah mengadministrasi keadilan sosial. Saya sekarang sudah menukar beras jadi ubi, emas jadi perak sebetulnya," ujar Ahok.

"Sekarang nilai saya agak turun sedikit. Kenapa turun? Tadinya saya simbol perlawanan semua orang. Tiba-tiba saya ikut parpol, saya enggak bisa jualan lagi parpol keroyokin saya," ucap dia.

Kepentingan lebih besar

Ahok mengaku melihat ada kepentingan yang lebih besar sehingga dia tidak jadi memilih jalur perseorangan. Ahok mengatakan, sejak awal dia tidak antiparpol. Dia memilih jalur perseorangan karena menilai parpol bisa menyanderanya.

Ketika proses pengumpulan KTP oleh Teman Ahok semakin banyak, satu per satu partai mendukungnya.

"Saya tanya, kenapa Anda mendukung? Mereka jawab, 'Kami takut terjadi deparpolisasi. Seandainya kami (parpol) semua melawan Anda dan Anda menang melalui jalur independen, di situlah deparpolisasi. Orang tidak percaya kepada partai'," ujar Ahok menirukan pendapat partai pendukungnya.

Ahok tidak mau hal itu terjadi. Bagaimanapun, partai politik merupakan pilar demokrasi yang harus dijaga.

Ketika ada tiga partai yang memastikan untuk mendukungnya tanpa syarat, Ahok pun memilih ikut partai. Semua itu demi kepentingan yang lebih besar yaitu mencegah deparpolisasi. Meskipun, secara pribadi, dia lebih memilih maju melalui jalur perseorangan.

Kompas TV Ahok Memilih Parpol, Netizen Kecewa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com