Salin Artikel

Kembalinya Tawuran Mematikan Gangster Sekolah Setelah Dibubarkan Ahok

Namun, lima tahun kemudian, tepatnya 27 Oktober 2017, tawuran mematikan kembali terjadi. Kali ini di Kebayoran Baru, salah satu kawasan elite Ibu Kota.

Indra Fajaruddin (17), mantan siswa SMAN 46, tewas setelah terlibat tawuran di kawasan Gandaria pada 27 Oktober 2017. Peristiwa itu terjadi pada dini hari, diduga melibatkan pelajar SMAN 46 dengan SMAN 29. Indra dibacok hingga akhirnya meninggal seminggu kemudian.

"Masih dalam penyelidikan. Anggota telah cross check ke SMAN 29," kata Kanit Reskrim Polsek Metro Kebayoran Baru Kompol Subowo, Selasa (7/11/2017).

Wakil Bidang Humas SMAN 29 Risma membenarkan pihak kepolisian telah datang memeriksa siswanya.

"Cuma kami kurang tahu siapa saja yang dicari kepolisian," kata Risma.

Menurut Risma, hingga saat ini pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan untuk mengambil tindakan terhadap siswa yang diduga terlibat atau bahkan bertanggung jawab atas kematian Indra. Siswa yang terlibat akan langsung dikeluarkan.

"Poinnya langsung 100 itu sudah maksimal dan segera dikeluarkan," ujar Risma.

Benarkah gangster bubar?

Wakil Bidang Humas SMAN 46 Jakarta Subki menilai tawuran yang terjadi pada 27 Oktober itu bukanlah tawuran antarsekolah, melainkan tawuran geng. Pasalnya, Indra sendiri sudah dikeluarkan dari SMAN 46 setahun lalu dan kini menjalani pendidikan di tempat lain.

"Itu sudah dunia malam. Sebetulnya lebih condong tawuran antargeng," kata Subki.

"Saya dapat kabar yang lain dari orangtua bahwa ada anak yang punya keberanian melakukan tawuran menggunakan berbagai senjata tajam karena mereka ada 'pegangan'," ujar Subki.

Subki mengaku pernah menerima sebuah ransel yang tertinggal di lokasi tawuran. Bukannya berisi buku pelajaran, tas tersebut malah berisi berbagai macam jimat. Pegangan atau jimat itu membuat banyak pelajar percaya diri dan nekat mencari perkelahian fisik.

"Mereka ada level kekebalannya," ujar Subki.

Meski tak bersekolah lagi di SMAN 46, Indra nyatanya memang masih dikenal sebagai anak "Texas", sebutan bagi SMAN 46. Subki mengakui SMAN 46 memang dikenal karena ulah siswanya. Seperti pada Oktober 2013, puluhan siswanya dikeluarkan setelah membajak Metromini S610 untuk tawuran.

Selang setahun lagi, Ahok menerbitkan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanganan Bullying serta Kekerasan di Lingkungan Sekolah.

Dalam instruksi gubernur itu, siswa yang terlibat kekerasan, baik pada jam sekolah maupun di luar jam sekolah, tidak diperkenankan melanjutkan pendidikan gratis di sekolah negeri di Jakarta.

Perkara geng yang telah dibubarkan Ahok, Subki mengatakan, sejak di bangku kelas 1 SMA, pihaknya sudah memantau siapa-siapa saja yang bermasalah atau menjadi leader di kelompoknya. Sayangnya, sulit sekali menembus geng-geng yang mengatasnamakan sekolah ini.

"Mereka solidaritasnya kuat sekali. Kami panggil satu-satu tidak pernah ada yang mau mengaku sehingga susah kalau mau menindak," ujar Subki.

Menurut Subki yang sering menangani siswa-siswa SMAN 46 yang bermasalah, sanksi tegas ini seharusnya cukup untuk mencegah aksi kekerasan terjadi lagi. Jika sudah dikeluarkan dari SMA negeri Jakarta karena bermasalah, susah mencari tempat lagi di SMA negeri.

"Contoh buruk sudah ada, sosialisasi sudah kami lakukan. Hampir setiap minggu mengundang pihak kepolisian yang menyampaikan kalau tawuran ada yang meninggal, itu kenanya pembunuhan berencana," ujar Subki.

Sayangnya, masih ada sebagian kecil siswa yang tak acuh pada konsekuensi ini. Mereka tawuran tak lagi di sekolah dan dilakukan pada malam hari. Padahal, jumlah siswa bermasalah ini tak sampai belasan di antara hampir 1.000 siswa. Namun, sebagian besar energi sekolah habis untuk mengurus siswa bermasalah ini.

Selain kesulitan menyadarkan siswa, Subki juga mengatakan kesulitan ada pada orangtua bahwa orangtua juga mengemban tanggung jawab mengawasi anak setelah jam belajar habis. Subki menyayangkan banyak orangtua tak bisa melarang anaknya keluar malam, bahkan dini hari.

"Begitu anaknya kena masalah, tidak terima anaknya dikeluarkan, langsung mengadu ke sana-sini," ujar Subki.

Subki mengatakan, pihaknya tak akan berusaha melindungi siswa-siswanya yang diduga terlibat tawuran. Menurut dia, tindakan ini sudah termasuk kriminal murni dan pantas ditindak tegas kepolisian.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/09/11113341/kembalinya-tawuran-mematikan-gangster-sekolah-setelah-dibubarkan-ahok

Terkini Lainnya

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke