Salin Artikel

Untuk Naik Angkot, Beberapa Warga Lebih Suka Pakai Uang Tunai Dibanding Kartu OK Otrip

Selama masa uji coba, warga bisa naik angkot, lalu naik transjakarta atau sebaliknya dengan hanya satu kali bayar, yaitu Rp 3.500 untuk perjalanan maksimal 3 jam.

Untuk bisa menikmati program ini, warga harus memiliki kartu OK Trip. Namun, pada masa uji coba, warga yang tidak memiliki kartu OK Otrip tetap bisa tap in maupun tap out kartu dengan bantuan petugas.

Meski demikian, beberapa warga menilai penggunaan kartu untuk pembayaran angkot cukup ribet. Warga Pondok Kopi, Ari menilai penggunaan kartu untuk naik angkot juga tidak sesuai dengan karakter penggunanya.

"Rata-rata yang pakai angkot masyarakat bawah dan belum begitu mengerti soal transaksi non tunai. Jadi menurut saya akan terlalu ribet, belum lagi nanti disuruh isi ulang. Yang pakai angkot juga biasanya untuk jarak pendek, jadi jarang yang bayar sesuai tarif," kata Ari, Senin (15/1/2018).

Ari mencontohkan beberapa kebiasan warga yang ketika naik angkot. Salah satunya seperti pembayaran setengah tarif.

"Contoh dari sini (Kampung Melayu) turun di lampu merah Otista, itu kan dekat jadi rata-rata tidak bayar penuh. Misal harusnya ongkos jauh-dekat Rp 3.000 paling penumpang kalau dekat cuma kasih Rp 2.000," ucap dia.

Hal senada dikatakan Santi. Warga Matraman ini mengaku lebih suka membayar pakai uang tunai untuk naik angkot.

"Kalau saya lebih suka bayar pakai uang (tunai) saja karena lebih jelas. Jadi kalau angkot harga Rp 3.500 kita bayar Rp 5.000 ada kembaliannya, kalau pakai kartu kan yah uang kembalian masuk di dalam kartu," ucap Santi. 

Lantas timbul pertanyaan warga apakah nantinya ada minimal sisa saldo pada kartu OK Otrip jika ingin digunakan.

"Kalau sistem pembayaran pakai kartu apakah sisa saldo bisa dihabiskan semua, atau sama seperti kartu e-Toll yang jadinya mengendap saja," ucap Novi (39) warga yang sedang menunggu Mikrolet jurusan Kramatjati di Kampung Melayu.

Menurut Novi, meski nominalnya kecil tapi pengendapan saldo dianggap merugikan. Ia menilai justru tidak efektif karena secara tidak langsung mendorong masyarakat untuk konsumtif mengisi ulang saldo.

"Mungkin nilainya receh, tapi bagi sebagain orang apalagi seperti saya ibu rumah tangga yang biasa ke pasar, uang receh juga bermanfaat. Nah, kalau saldo kurang, mau tidak mau kita harus top up jadi seperti dipaksa," kata dia.

Berbeda dengan warga lainnya bernama Rika, ia menilai, naik angkot tanpa uang tunai justru lebih praktis karena tak perlu repot jika tidak ada uang kecil atau uang kembalian. Menurut dia, sistem pembayaran menggunakan kartu pada angkot tak ada salahnya karena mengikuti perkembangan zaman.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/16/20265321/untuk-naik-angkot-beberapa-warga-lebih-suka-pakai-uang-tunai-dibanding

Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke