Salin Artikel

Mengenal "Robur", Bus yang Pernah Jadi Primadona di Ibu Kota pada Masanya...

Bagaimana ceritanya?

Pada 1965, Presiden Soekarno menghapus keberadaan trem sebagai alat transportasi warga Ibu Kota.

Alasan Bung Karno, kondisi Jakarta yang semakin padat dan ramai membuat keberadaan trem tak sesuai lagi. 

Akhirnya, pemerintah membuat terobosan baru dengan mendatangkan bus yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Bus ini dikenal dengan nama "Robur". Bus Robur merupakan produk dari Volkseigener Betrieb/VEB Robur-Werke Zittau yang berasal dari Jerman Timur.

Kedatangan bus Robur

Pada Juli dan Agustus 1965, sebanyak 200 badan (body) bus Robur kiriman tahap pertama diberangkatkan dari pabriknya di Kota Halle, Jerman.

Penerimaan bus-bus ini di Indonesia ditangani oleh PT Imermotors Djakarta sebagai pihak pengelola importir.

Sekilas, bentuk bus ini disebut seperti roti tawar dan hampir sama dengan Volkswagen Samba Bus/VW Combi.

Pada 4 Januari 1967, Harian Kompas memberitakan, sebanyak 50 bus Robur siap melayani warga Ibu Kota.

Penyerahan secara simbolis dilakukan oleh Menteri Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga, Mayjend M Jusuf kepada Menteri Dalam Negeri, Letjend Basuki Rachmat.

Setelah itu, penyaluran bus Robur secara bertahap menyebar ke daerah-daerah lain seperti Jatim, Jateng, Makasar, Aceh, Yogyakarta, dan lain-lain.

Perkembangan bus Robur di Ibu Kota

Pada awal Januari 1967, 50 bus Robur mulai melayani berbagai trayek yang dipilih PT Tavip, perusahaan pengelolanya.

PT Tavip membagi 50 bus ke beberapa trayek.

Untuk jalur Grogol-Lapangan Banteng sejumlah 25 bus; Jembatan Semanggi-Harmoni-Lapangan Banteng 5 bus; Stasiun Jatinegara 5 bus, dan untuk cadangan PT Tavip menyediakan 5 bus.

Dengan beroperasinya bus Robur, maka operasional bus-bus lama akan disalurkan untuk jalur di Kebayoran Baru dan Tanjung Priok.

Tarif bus Robur

Bus Robur yang berkapasitas 29 penumpang itu, beroperasi saat pemerintah baru memberlakukan kebijakan moneter berupa penerbitan uang baru dan pemotongan nilai tukar rupiah sebesar 1.000 persen.

Dengan adanya kebijakan tersebut, pecahan Rp 1.000 sama dengan Rp 1.

Selaku penyelenggara transportasi saat itu, PT Tavip memasang tarif jauh-dekat Rp 20 sen untuk uang baru dan Rp 200 untuk nilai pecahan lama.

Pada tahun yang sama, tarif Robur naik menjadi Rp 50 sen dan kemudian naik lagi menjadi Rp 5.

Pada April 1968, pemerintah menaikkan lagi tarif ini menjadi Rp 10.

Namun, kenaikan tarif tidak dibarengi dengan fasilitas yang memadai. Bus Robur memiliki ventilasi kendaraan yang tidak sesuai dengan kondisi iklim Indonesia.

Jendela pada samping kanan-kiri tidak dapat dibuka. Kondisi tersebut menyebabkan penumpang merasa pengap dan kegerahan karena tidak leluasanya udara yang masuk ke bus.

Para warga Ibu Kota mulai mengeluhkan kondisi bus Robur.  

Pada tahun 1980-an, eksistensi bus Robur mulai meredup. Setelah hampir 20 tahun beroperasi di Ibu Kota dan sejumlah daerah di Indonesia, keberadaan bus Robur mulai ditinggalkan. Berganti dengan metromini yang dianggap lebih layak. 

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/01/15255431/mengenal-robur-bus-yang-pernah-jadi-primadona-di-ibu-kota-pada-masanya

Terkini Lainnya

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke