Selasa (13/11/2018), Kompas.com bertemu dengan dua orang petugas UPK Badan Air Kecamatan Penjaringan yang bertugas di sekatan Kali Cagak.
Malik dan Musa, nama kedua petugas tersebut, yang mengatakan bahwa penanganan sampah di musim hujan jauh lebih sulit dari hari-hari biasa.
"Kalau musim hujan, sampah itu padat, susah ditangani. Apalgi bukan sampah organik gitu, sampah campuran punya lah. Mau gamau kita nyebur," ujar Musa.
Musa menuturkan, bukan perkara mudah menceburkan diri di kencangnya arus sungai dan tumpukan sampah sambil mengumpulkan sampah. Malik, rekan Musa, memgamini pernyataan itu.
Walau dibekali pelampung dan alat pengaman lainnya, Malik merasa pekerjaannya itu bak mempertaruhkan nyawanya.
"Sulitnya itu kalau hujan petir kemampuan kan terbatas ya, jadi manusiawi ya. Kalau dari segi fisik manusia, kalau membahayakan ya kami enggak memaksakan," kata Malik.
Malik mengatakan, dirinya punya persiapan khusus jelang musim hujan ini dengan cukup istirahat dan mengonsumsi asupan bergizi.
Menurutnya, petugas UPK Badan Air wajib memiliki kondisi yang fit karena mereka harus bersiaga 24 jam setiap harinya.
"Tiap malam siaga banjir baik di placement atau keliling di setiap sekatan-sekatan. Setiap orang pasti kebagian, tiap malam 26 orang di Penjaringan," ucap Malik.
Dengan segala tantangan itu, Musa berharap masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan sehingga tidak menyulitkan pekerjaan para petugas UPK Badan Air.
"Kami jangan dibilang mentang-mentang wah gaji Rp 5,7 juta tapi kalau dinilai gaji segitu dengan pengorbanan kami di lapangan ya besar banget itu resikonya," katanya.
Sementara itu, Malik menilai air di sungai harus bersih dari sampah karena air itulah yang nantinya akan digunakan oleh masyarakat.
"Masyarakat harus lebih aware lagi dengan sungai kita, karena sungai ke laut lalu menjadi air hujan yang kita pakai bersama-sama," tutupnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/11/13/15575011/curhat-petugas-badan-air-menjelang-musim-hujan-di-jakarta