Hal itu terjadi karena kapalnya kini tak bisa bersandar di babakan, sehingga harus menjangkarkan kapal di tengah laut.
"Kalau di tengah laut, kan, jalannya susah, harus berenang dulu, pakai apalagi?," kata nelayan Muara Angke tersebut saat ditemui di Jalan Dermaga Baru, Kali Adem, Jakarta Utara, Kamis (20/6/2019).
Ia mengaku kebingungan mencari dermaga lain untuk melabuhkan kapalnya. Sebab, rata-rata babakan lain sudah terisi kapal milik nelayan lain.
"Tadinya hari ini mau melaut, kalau begini susah. Mesti cari tempat sandar dulu, cuma kalau ke tempat sandar lain bisa diusir kita," ucapnya.
Sementara itu, ibu Mahmud, Suwati (50) mengaku menghabiskan Rp 40 juta untuk membangun babakan sepanjang 35 meter yang ditabrak tongkang tersebut.
Babakan itu ia bangun untuk melabuhkan dua kapal penangkap cumi milik anak dan warga lain.
Selain itu, kata dia, hingga kini pemilik kapal tongkang belum memberikan klarifikasi terkait ditabraknya babakan tersebut pada Rabu (19/6/2019) sore.
"Saya waktu itu sedang shalat, sedangkan mereka tidak ada memberi tahu bahwa tongkang mau mundur, tahu-tahu ditabrak begitu saja," ujar Suwati.
Adapun, babakan milik Suwati hancur ditabrak kapal tongkang yang tengah memasang pancang beton di pinggir laut.
Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Kamis siang di lokasi, ujung babakan yang terbuat dari bambu tersebut tampak berantakan setelah dihantam tongkang.
Bambu yang mengarah ke ujung babakan juga tidak bisa lagi dipijak karena kerusakan membuat struktur rangkaian bambu goyah.
Tongkang itu memuat dua unit alat berat dan sejumlah pancang benton. Terlihat beberapa orang petugas berseragam biru.
Alat berat tersebut dioperasikan untuk memasang pancang-pancang di perairan yang ada di lokasi tersebut.
Tak terlihat satu pun identitas yang terpasang di tongkang tersebut.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/06/20/16001831/babakan-hancur-ditabrak-kapal-tongkang-nelayan-terpaksa-berenang-ke