Salin Artikel

Cerita Ayah Korban Pencabulan Pengurus Gereja di Depok, Tersangka Tak Minta Maaf, Malah Mau Ajak "Damai"

Pada 15 Maret lalu, putra Guntur yang berusia 12 tahun menjadi korban kesekian seorang predator seksual anak berinisial SPM. SPM merupakan pembina kegiatan misdinar di Gereja Paroki Santo Herkulanus, Depok, Jawa Barat.

Guntur berkisah, pertengahan Maret itu serangkaian pencabulan yang dilakukan SPM terhadap anaknya sejak Januari terbongkar. Januari lalu, SPM mulai melancarkan pencabulan dengan memegang kemaluan anaknya.

Pertengahan Maret itu, tindakan predator seksual itu sudah begitu jauh terhadap anak Guntur.

SPM akhirnya ditangkap polisi pada awal Juni lalu, setelah Guntur bersama tim investigasi internal gereja bersusah-payah mengumpulkan alat bukti di tengah pandemi Covid-19.

Bukan perkara mudah mencari alat bukti dari insiden kejahatan seksual yang kerapkali tak meninggalkan jejak. Selain itu, peristiwa terakhirnya sudah lewat tiga bulan lamanya.

Bagi sebagian orang, ditangkapnya seorang penjahat oleh polisi mungkin dianggap bahwa kasus sudah tuntas.

Akan tetapi, hal itu tak berlaku buat Guntur dan keluarganya. Perjalanan masih panjang. Ia, istri, dan anaknya masih dilanda trauma hebat karena dampak kejahatan SPM yang bahkan juga mencabuli puluhan anak misdinar lain sejak awal 2000-an.

“Saya mau dia dihukum seberat-beratnya. Saya setiap hari, setiap saat, kalau korban bertambah, saya selalu takut kelak korban-korban ini akan jadi seperti dia,” kata Guntur ketika berbincang dengan Kompas.com, hari Minggu (12/7/2020) lalu.

“Anak-anak lain belum tentu seperti anak saya yang bisa membuka semua kejadian yang dialami. Ada beberapa orangtua tidak seperti kami dalam hubungannya dengan anak. Ada beberapa anak tidak berani cerita ke orangtuanya,” ujar dia.

Tersangka tak minta maaf

Guntur mengaku, sebelumnya ia tak pernah bersua dengan SPM. Dari kabar yang dia dengar sebelum kasus itu jadi terkuak ke publik, beberapa orang menaruh respek pada SPM yang dikenal sebagai salah satu pengurus senior di gereja tersebut.

Guntur kini menilai apa yang dianggap sebagai reputasi SPM hanyalah kedok agar kejahatannya terhadap anak-anak misdinar tidak tercium.

“Ada orangtua misdinar juga yang otaknya sepertinya juga tampak ikut tercuci, menganggap dia (SPM) baiklah atau apalah,” kata dia.

“Saya kenal salah satunya, kasihan sekali orangtuanya. Akhirnya dia menyadari,” ungkap Guntur.

SPM, dalam pandangan Guntur, sama sekali bukan orang yang layak diberi hormat. Setelah kasus kejahatan seksual itu terungkap, Guntur melihat SPM bahkan tampak tak merasa bersalah.

“Sombong pelaku ini. Arogan. Mentang-mentang dia punya latar belakang hukum (sebagai pengacara),” kata Guntur.

“Tidak ada (SPM meminta maaf),” ujar dia.

Sabtu, 6 Juni 2020. Waktu itu, SPM sudah dilaporkan ke polisi. Namun, belum ada alat bukti yang cukup untuk membuatnya ditangkap.

Tim investigasi internal gereja, termasuk Pastor Paroki Gereja Herkulanus, Yosep Natet, mengajak SPM untuk hadiri sebuah pertemuan di Ciawi, Bogor.

Guntur hadir waktu itu sebagai perwakilan korban. Di forum itu Guntur pertama melihat tampang SPM.

Di situ, SPM diminta untuk menjelaskan soal tudingan dia mencabuli anak-anak di gereja. Pengakuan SPM itu akhirnya juga dijadikan alat bukti untuk disodorkan ke polisi.

Di sana, SPM membenarkan pengakuan anak Guntur bahwa ia telah mencabuli anak itu. Malahan, SPM memberikan pengakuan lain, yaitu dia telah mencabuli anak Guntur pada 14-15 Maret 2020 di perpustakaan gereja.

Lebih dari itu, SPM juga mengakui kejahatan serupa terhadap anak-anak lainnya.

“Dia ceritakan semua dengan gampang. Dia bilang, ada sampai 11 korban menurut pengakuan dia. Di situ, dia bicara bahwa ‘si A saya lakukan ini, si B saya lakukan ini, si C saya lakukan ini....’. Itu dengan gampang dia bilangnya,” kata Guntur.

“Aduh, manusia itu. Kalau saya tidak ingat anak saya, saya tidak tahu lagi. Saya habisi kali dia di situ. Tapi saya harus kuat, saya harus tahan emosi,” ungkapnya.

“Saya sampai keluar ruangan itu, karena saya ngeri saya pukul dia, saya apain dia, dan akhirnya bisa berbalik ke saya. Saya sampai keluar, saya masuk kamar mandi, seperti orang gila saya teriak,” kisah Guntur.

Pertemuan perdana Guntur dengan SPM akhirnya sekaligus jadi perjumpaan terakhirnya.

Guntur tak mau lagi bertemu dengan orang yang telah mencabuli anaknya, apalagi mendapati perangai predator seksual anak itu seperti merasa tak berbuat salah.

“Dia tidak pernah minta maaf,” kata Guntur.

Didekati dan diajak damai

Bukan permintaan maaf yang mampir ke Guntur. Kerabat SPM justru berupaya untuk mendekatinya setelah SPM mendekam di tahanan dan terancam hukuman di atas 5 tahun.

Guntur bilang, mereka mendekatinya karena ingin mengajak damai. Ia mengaku tak mengerti apa “damai” yang dimaksud.

Dalam hematnya, ajakan itu tentu bermaksud mendorongnya mencabut laporan polisi agar SPM batal diproses hukum buat mempertanggungjawabkan pencabulannya.

“Ada yang mau bertemu saya..... Saya tidak mau. Mereka berusaha cari jalan damai,” ujar Guntur.

Permintaan maaf dari SPM saja mungkin belum tentu akan diterima oleh Guntur. Apalagi ajakan damai.

“Indikasinya ke sana (untuk mencabut laporan). Saya tidak mau bertemu,” tambahnya.

Guntur bertekad memproses kasus itu hingga tuntas di pengadilan. Ia berpesan kepada anaknya yang berupaya bangkit dari trauma, “Kamu harus kuat.”

Ia menjadi garda terdepan bagi puluhan anak dan keluarga lain yang juga jadi korban pencabulan oleh SPM selama menahun.

Beberapa korban tak mungkin melapor karena kekurangan alat bukti, mengingat pencabulan itu sudah terjadi bertahun-tahun lampau.

“Saya mau pelaku dihukum berat,” ujar Guntur.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/15/06000031/cerita-ayah-korban-pencabulan-pengurus-gereja-di-depok-tersangka-tak

Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke