Salin Artikel

Berkali-kali Lamaran Kerja Ditolak Saat Pandemi Covid-19, Amadea Rintis Usaha Kuliner ala Jepang

DEPOK, KOMPAS.com – Bak mencari jarum di tumpukan jerami, kalimat ini terasa tepat bagi mereka yang tengah berupaya untuk mencari pekerjaan di tengah pandemi Covid-19.

Pengajuan lamaran hingga proses wawancara berkali-kali dilakukan oleh para pencari kerja.

Namun, apa yang sudah diupayakan itu tak semuanya membuahkan hasil.

Banyak dari para pencari kerja yang tak kunjung diterima oleh perusahaan, sampai akhirnya mencari alternatif lain untuk mengumpulkan pundi-pundi uang di tengah pandemi Covid-19.

Seperti yang dilakukan oleh Amadea Fahdinda, warga Depok, Jawa Barat.

Mantan social media specialist perusahaan ternama ini membulatkan tekadnya untuk merintis usaha sendiri dengan berjualan varian makanan khas Jepang secara daring.

Usaha kuliner mulai dilakoni mantan pegawai perusahaan ternama di Jakarta ini setelah berulang kali gagal mendapatkan kerja di tengah pandemi.

Padahal, terdapat beberapa perusahaan yang sudah dilamarnya. Tetapi, belum ada satupun yang membuahkan hasil.

“Ini sekarang jadi mata pencarian utama ya. Karena kan saya juga belum mendapatkan kerja lagi. Lowongan yang buka saat ini pun sedikit. Jadi ya ini sumber penghasilan utama saya,” kata Amadea saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (8/10/2020) malam.

Sejak Februari lalu, Amadea memutuskan mengajukan pengunduran diri dengan maksud mencari pekerjaan di tempat lain.

Namun, ketika dia resmi keluar dari perusahaannya pada awal Maret 2020, muncul kasus Covid-19 dan penetapan status darurat bencana wabah virus corona di Tanah Air.

Akibatnya, perusahaan yang kala itu tengah dilamarnya pun menghentikan proses seleksi. Padahal, dia sudah memasuki tahap akhir perekrutan.

Keinginan Amadea mencari tantangan baru di tempat kerja incarannya itu pun melayang.

“Istilahnya orang-orang di LinkedIn mah di-ghosting HRD. Diberi harapan palsu,” kata Amadea.

Semangatnya tak patah sampai di situ.

Amadea tetap mencoba peruntungan dengan melamar pekerjaan di sejumlah perusahaan lain yang menurutnya laik dicoba.

Namun, pandemi Covid-19 hingga pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seakan menjadi benteng besar bagi Amadea untuk segera mendapatkan pekerjaan.

Sampai akhirnya pada Mei 2020 Amadea memutar otak untuk mendapatkan penghasilan dari hobinya memasak dan berwisata kuliner.

Memanfaatkan sisa tabungannya, Amadea pun mulai merintis usaha makanan ala Jepang yang dinamainya Maymentai.

“Bahasa kulinernya fusion food gitu lah. Produknya semacam rice box ala-ala Jepang gitu. Sebenarnya sudah lama memang mau buka usaha kuliner kayak gini. Cuma niatnya belum bulat aja gitu. Nah, terus kebetulan pandemi dan saya juga kesulitan cari kerja, ya saya pikir ini waktu yang pas buat memulai,” ungkapnya.

Dengan memanfaatkan media sosial, Amadea mulai menawarkan menu makanan yang dijualan secara daring dengan sistem pre-order.

Untuk satu porsi makanan, dia membanderolnya dengan harga Rp 35.000 sampai Rp 45.000 per porsi.

Pada awal memulai usahanya, Amadea bisa menerima pesanan sebanyak lima sampai 10 porsi.

Seiring berjalannya waktu, usaha kulinernya pun kian laris dengan rata-rata pesanan yang masuk sebanyak 20-27 porsi.

“Pas awal kalau sepi banget itu paling dua porsi. Sekarang kalau dihitung-hitung sebulan itu pendapatannya, enggak nentu sih, tapi kisaran Rp 2.500.000 sampai Rp 5.000.000 juta lah,” kata dia.

“Sebenarnya lebih besar gaji pas kerja, tapi balik lagi kalau dimaksimalin jualannya saya yakin bisa lebih besar daripada jadi karyawan. Cuma kan untuk sekarang ini kan modal saya juga masih terbatas,” sambungnya.

Membantu sesama terdampak pandemi

Amadea mengatakan bahwa setiap pesanan makanan diantarkan menggunakan jasa ojek online.

Dia memilih untuk tidak mengantarkan sendiri agar para pengendara itu juga bisa mendapatkan penghasilan dari usaha yang dirintisnya.

“Jadi usahanya juga bantuin mereka nyari pemasukan juga. Apalagi abang ojek juga suka cerita katanya pas enggak boleh angkut penumpang karena khawatir Covid-19 itu banyaknya di antar-antar paket ini,” ucap Amadea.

Hal tersebut pun menjadi salah satu motivasinya untuk terus mengembangkan usaha kulinernya dan berupaya menerima pesanan secara konsisten.

Sebab, selain untuk pemasukan pribadi, banyaknya pemasanan yang masuk membuatnya bisa membantu para pengendara ojek daring mendapatkan penghasilan lebih di tengah pandemi Covid-19.

“Ini sih yang kadang bikin semangat untuk terima orderan, tetapi tetap dijaga jumlahnya. Kalau pre-order kan bisa dibatasi, jadi kualitas (makanan) tetap terjaga,” tuturnya.

Meski sudah mulai mendapatkan hasil yang mencukupi dari usaha kulinernya saat ini, Amadea mengaku masih berkeinginan menjadi pekerja kantoran dan tetap mencoba melamar ke sejumlah perusahaan.

Alasannya, upah bulanan yang ia dapat nantinya bisa dipakai untuk modal ekspansi usaha kulinernya. Seperti membuka toko sendiri, sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.

“Harapan ke depannya yang pasti punya toko sendiri, bisa hire orang juga untuk bantu-bantu. Jadi alasan kenapa masih mau nyari kerja buat modal usaha dan nambah pengalaman juga lah,” ungkapnya.

Amadea berharap agar masyarakat, terutama mereka yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) ataupun kesulitan mencari kerja seperti dia, tidak menyerah dan tetap berjuang di tengah pandemi Covid-19 dengan melihat dan memanfaatkan peluang yang ada.

Dia berpandangan bahwa pandemi Covid-19 mengajarkan setiap orang untuk bertahan hidup dengan memaksimalkan keterampilan yang dimiliki. Seperti memberanikan diri menjadi seorang wirausahawan dan tidak hanya bergantung pada lapangan kerja yang ada.

“Memang benar di balik semua kejadian pasti ada hikmahnya. Kayak pandemi ini, ngajarin kita buat survive dengan berwirausaha. Jadi keteremampilannya nanti enggak cuma jadi karyawan saja, tetapi juga bisa buka lapangan kerja sendiri,” kata dia.

“Dan yang pasti perlu ada support juga dari masyarakat luas untuk membantu mereka yang baru merintis usaha. Misalnya beli sesekali atau baru mempromosikan, banyak caranya,” tandasnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/08/16102751/berkali-kali-lamaran-kerja-ditolak-saat-pandemi-covid-19-amadea-rintis

Terkini Lainnya

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke