Mereka tutup usaha dalam kurun waktu empat bulan terakhir karena tak bisa menjual daging sapi dengan harga yang tinggi.
"Kami sudah rugi, pedagang-pedagang dari empat bulan lalu sudah gulung tikar, hampir 40 persen pedagang di Jadetabek," kata Mufti saat dikonfirmasi, Selasa (19/1/2021).
Sejak beberapa bulan lalu, harga daging sudah melejit.
Bahkan, harga daging sapi yang semula Rp 94.000 per kilogram melambung hingga Rp 105.000 per kilogram.
Karena situasi ini, Mufti sudah mengirim surat ke Kementerian Pertahanan, Kementerian Perdagangan, dan Kantor Sekretariat Negara dengan maksud meminta solusi pemerintah.
Namun, Mufti tak mendapatkan respons apa pun.
"Tapi tak ada respons dari pihak terkait. Maka dari itu, tanggal 17 Januari kemarin kami rapat dan menghasilkan kesepakatan bahwa kami mogok berjualan daging, baik itu di pasar maupun di RPH," kata dia.
Dugaan penyebab tingginya harga daging sapi
Menurut Mufti, akar masalah melonjaknya harga daging sapi disebabkan oleh kebijakan pemerintah Australia selaku pihak yang mengekspor daging ke Indonesia.
Pemerintah Australia dinilai menjual sapi dalam jumlah sedikit dan harga yang mahal.
Dengan terbatasnya jumlah sapi impor, harga dagingnya pun menjadi mahal.
"Australia yang market terbesarnya sejak 30 tahun mereka semena-mena menjual dengan harga sapi tertinggi. Sapi yang dikasih Australia ke Indonesia sedikit sekali, tak cukup dengan permintaan pemerintah," kata Mufti.
"Pemerintah kita tidak bisa menekan dan mengintervensi pemerintah Aussie. Yang mana kita dihadapkan pada pandemi, kedua dihadapkan pada nilai tukar rupiah yang lemah," tambah Mufti.
Dengan aksi mogok ini, Mufti berharap pemerintah bisa mencari solusi agar para pedagang bisa menjual daging sapi dengan harga yang terjangkau.
"Kami tuntut solusi konkret untuk para pedagang dan pihak RPH agar sapi stoknya kembali melimpah, harganya kembali terjangkau, bukan sebaliknya, malah naik," kata dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/19/17360381/asosiasi-40-persen-pedagang-daging-sapi-di-jadetabek-gulung-tikar-karena