Salin Artikel

Syarat Perjalanan Diperketat, Warga Tetap Colong Start Mudik

Hal ini terlihat dari sejumlah warga yang mudik melalui Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Jumat (23/4/2021).

Pengetatan syarat perjalanan tak mengurungkan niat warga untuk pulang ke kampung halamannya.

Heni (25), misalnya. Ia tetap memutuskan pulang ke kampungnya di Malang.

Ia mengaku sudah memesan tiket sejak jauh hari saat pemerintah memutuskan melarang mudik pada 6-17 Mei 2021.

"Jadi waktu sudah tahu tanggal larangannya ya langsung pesan tiket kereta di luar tanggal larangan (mudik) itu," kata Heni kepada Kompas.com saat ditemui di Stasiun Pasar Senen, Jumat siang.

Heni memilih hari ini sebagai hari keberangkatan ke kampung halamannya.

Pegawai swasta ini bisa pulang kampung karena kantornya masih memberlakukan kerja dari rumah.

Ia juga sengaja pulang jauh sebelum Lebaran agar bisa melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu saat tiba di rumah.

"Walaupun hasil tes negatif tapi kan kami tetap harus berjaga-jaga," kata dia.

Heni mengaku sempat kaget saat muncul Addendum Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 yang diterbitkan Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Ia sempat mengira addendum itu mengatur perpanjangan masa pelarangan mudik.

Namun, ternyata isinya hanya memperketat syarat perjalanan pada 22 April-5 Mei (sebelum larangan mudik) dan 18-24 Mei (pasca-larangan mudik).


Untuk penumpang kereta, syarat yang diperketat yakni batas waktu pengambilan sampel tes swab PCR atau antigen.

Tes semula bisa dilakukan dalam 3x24 jam sebelum jadwal keberangkatan, tetapi kini dipersingkat menjadi 1x24 jam.

PT KAI sendiri belum menerapkan aturan terbaru ini karena masih menunggu surat edaran dari Kementerian Perhubungan.

Namun, meski aturan pengetatan itu sudah berlaku, Heni tak melihatnya sebagai hambatan untuk melakukan perjalanan ke kampung halaman.

"Enggak masalah kalau cuma diperketat seperti itu. Kalau harus pakai SIKM (surat izin keluar masuk) baru repot," kata dia.

Karsidi (48) juga pulang ke kampung halamannya di Purwokerto, Jawa Tengah, hari ini.

Karsidi bahkan tidak mengetahui bahwa ada pengetatan syarat perjalanan menggunakan kereta api.

Karsidi tak menggunakan tes swab PCR/antigen sebagai syarat perjalanan dengan kereta.

Karsidi lebih memilih menggunakan layanan tes Genose Covid-19 yang disediakan stasiun karena harganya jauh lebih murah, yakni hanya Rp 35.000.

"Tadi sudah tesnya begitu sampai stasiun. Hasilnya juga cepat keluar," kata Karsidi.

Karsidi mengaku tetap colong start pulang kampung karena rindu dengan istri dan anak-anaknya.

Berbeda dengan Heni, Karsidi mengaku tidak akan melakukan isolasi mandiri begitu tiba di kampung halamannya.

Karsidi meyakini dirinya tak membawa virus saat pulang ke kampungnya karena sudah dinyatakan negatif berdasarkan hasil tes Genose.

"Kan di jalan juga pakai masker terus," kata dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/23/16000541/syarat-perjalanan-diperketat-warga-tetap-colong-start-mudik

Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke