Salin Artikel

Anak Buah John Kei Mengaku Lihat Anak Buah Nus Tiba-tiba Keluarkan Pisau di Duri Kosambi

Agenda pertama sidang adalah pemeriksaan saksi dari Jaksa Penuntut Umum (JPU), yakni Henra Yanto, Bony Hasferus dan Semuel Rahanbinan. Ketiganya juga berstatus terdakwa.

Mereka bersaksi atas terdakwa lainnya, yakni John Kei, Deniel Far-Far, Bukonkoko, Yeremias dan Franklyn Resmol.

Di persidangan, Semuel menjelaskan peristiwa pengeroyokan di Duri Kosambi pada 21 Juni 2020, yang menewaskan satu orang anak buah Nus Kei, Yustus Corwing alias Erwin.

Kala itu, Semuel mengaku diperintahkan oleh Deniel Far-Far untuk menagih utang Nus Kei kepada John Kei.

Rencana penagihan dilakukan di kediaman Nus di Green Lake City, Tangerang. Namun, mobil yang ditumpangi Semuel tersasar.

"(di Duri Kosambi) saya dan Yeremias turun (dari mobil) untuk tanya alamat," kata Semuel dalam sidang hari ini.

Semuel dan Yeremias menumpangi mobil Suzuki Ertiga yang dikendarai Bony Hasferus. Di dalam mobil itu ada juga Mario, Bukon Koko, dan Henra Yanto.

Semuel mengaku membawa golok pada saat penagihan.

"Tiba-tiba ada yang keluar bawa motor, pakai helm, masker, lalu tiba-tiba dia mau cabut pisau," kata Semuel.

Semuel mengaku melihat pengemudi motorlah yang hendak mengeluarkan pisau. Pengemudi motor tengah membonceng seorang lainnya.

Menurut Semuel, kejadian tersebut berada persis di hadapannya. Sementara, Yeremias tak melihat langsung hal itu.

Semuel segera memperingati Yeremias.

"Saya bilang awas (ke Yeremias), Yeremias cabut golok," kata Semuel.

Kemudian Yeremias membacok pengemudi motor. Karena dibacok, motor terjatuh. Pengemudi motor kemudian lari.

Semuel mengejar sang pengemudi. Namun, Yeremias tak ikut mengejar. Sementara, Semuel melihat massa bergerombol di belakangnya.

"Mereka kira itu peristiwa begal," kata Semuel.

Selang beberapa waktu, Yeremias menyambangi Semuel dan menyuruhnya kembali ke mobil.

Semuel mengaku tak tahu menahu identitas pengemudi maupun orang yang dibonceng.

Setelah melihat pemberitaan di media, Semuel mengaku baru tahu bahwa dua orang pengemudi motor tersebut adalah anak buah Nus Kei.

Pengemudi motor adalah Frengki Rumatora, sementara penumpang adalah Yustus Corwing alias Erwin.

Sementara keterangan Frengki Rumatora alias Angki di sidang, Rabu (24/2/2021), berbeda dengan keterangan Semuel.

Menurut Angki, pada Minggu, 21 Juni 2020, ia mengendarai motor dengan membonceng Erwin sedang dalam perjalanan menuju kediaman Nus Kei di Green Lake City.

Angki mengungkapkan, saat ia terjebak macet di salah satu pertigaan di Jalan Duri Kosambi, ia melihat Yeremias berdiri dan mengeluarkan parang.

Kemudian, Yeremias menebaskan parang sebanyak dua kali ke lengan kanan Angki.

Selain lengan kanan, kepala Angki yang masih mengenakan helm, serta tangan Angki juga terkena tebasan parang.

Selain Yeremias, Angki juga melihat Samuel membawa parang dan tombak.

Menurut Angki keduanya adalah anak buah John Kei.

Selain Samuel dan Yeremias, ada beberapa orang lain yang tidak ia kenali.

"Ada empat sampai lima orang," ungkap Angki.

Usai diserang, Angki mengaku langsung berlari ke salah satu warung yang berdekatan dengan lokasi penyerangan.

Sementara, Erwin berlari ke arah lainnya.

"Lalu (pelaku) mengejar almarhum (Erwin)," sambungnya.

Setelah lolos dari pelaku, Angki menelepon Nus Kei untuk mengabarkan apa yang terjadi.

Dakwaan Jaksa

John Kei kini terjerat kasus perencanaan pembunuhan dan pengeroyokkan.

JPU mengungkapkan bahwa perkara terbunuhnya Yustus bermula ketika Nus Kei tidak mengembalikan uang yang dia pinjam kepada John Kei pada 2013.

Saat itu, Nus Kei meminjam uang Rp 1 miliar dan berjanji akan mengembalikannya dua kali lipat atau menjadi Rp 2 miliar dalam jangka waktu enam bulan.

Namun, saat tenggat waktu pengembalian uang tiba, Nus Kei tidak mengembalikan uang tersebut.

Kelompok Nus Kei malah menghina John melalui sebuah video live Instagram.

Mengetahui hal tersebut, John Kei bertemu Angkatan Muda Kei (Amkei) untuk membahas video tersebut.

Jaksa juga mengungkapkan bahwa John Kei sempat memberikan uang operasional anak buahnya sebesar Rp 10 juta, satu hari sebelumnya terbunuhnya Yustus, yakni 20 Juni 2020.

Kala itu, John Kei kembali membahas video penghinaan tersebut bersama beberapa anak buahnya.

"Dalam pertemuan itu, John Kei mengatakan, 'Besok berangkat tabrak dan hajar rumah Nus Kei,' dan arahan lain dari John Kei, yaitu 'Ambil Nus Kei dalam keadaan hidup atau mati. Jika ada yang menghalangi, sikat saja,'" kata jaksa membacakan dakwaan.

Keesokan harinya, 21 Juni 2020, anggota kelompok John Kei berkumpul di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, lalu berangkat ke daerah Duri Kosambi, Jakarta Barat; dan Green Lake, Tangerang.

Di Duri Kosambi, Yustus meninggal dunia setelah diserang oleh anak buah John Kei.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/05/04/19071571/anak-buah-john-kei-mengaku-lihat-anak-buah-nus-tiba-tiba-keluarkan-pisau

Terkini Lainnya

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke