Salin Artikel

Sudah Ditolak Keluarga Korban, Pengacara Anak Anggota DPRD Bekasi: Tawaran Pernikahan Tidak Akan Ditarik

BEKASI, KOMPAS.com - Wacana pernikahan yang dilontarkan kubu anak anggota DPRD Bekasi tersangka kasus pemerkosaan, AT (21), telah ditolak pihak keluarga korban berinisial PU (15).

Kendati sudah ditolak, pihak AT tidak akan menarik tawaran pernikahan tersebut.

Hal itu dilontarkan kuasa hukum keluarga AT, Bambang Sunaryo, setelah mendengar penolakan dari ayah korban, D.

Menurut Bambang, pihaknya tidak mempermasalahkan bahwa ide pernikahan itu ditolak keluarga korban.

"Niat untuk tetep menikah tidak pernah diurungkan, tetap, walaupun enggak mau niat itu enggak akan ditarik. Enggak apa-apa, silakan itu hak mereka (menolak), tapi yang kita tawarkan enggak pernah ditarik," ujar Bambang, Sabtu (29/5/2021), dilansir dari Tribun Jakarta.

Dia menekankan, niatan AT menikahi korban tidak bertujuan untuk meringankan hukuman ataupun menghentikan proses hukum.

"Proses hukum tetap berjalan, menikah atau tidak proses hukum tetap berjalan. Jadi enggak ada begitu niat dinikahi terus proses hukum berhenti tidak begitu. Enggak mungkin terjadi," urai Bambang.

Menurut Bambang, pihaknya tidak akan menarik wacana tersebut karena mempertimbangkan kemungkinan keluarga korban berubah pikiran.

"Enggak apa-apa, niat sudah disampaikan sekarang. Mungkin nanti ada perubahan di kemudian hari kan gak apa-apa," tambahnya.

Ayah korban ogah kompromi

D selaku ayah korban sebelumnya menegaskan penolakan pihaknya terhadap wacana menikahkan putrinya dengan pelaku.

"Saya menolak dengan tegas tawaran itu. Tidak ada kompromi," kata D, ayah korban, saat diwawancarai Kompas.com, Minggu (30/5/2021) malam.

Hal serupa D sampaikan kepada media saat ditemui di Mapolresto Bekasi Kota, Sabtu (29/5/2021).

"Wacana nikah adalah hal yang enggak masuk akal. Kedua, saya menolak dengan tegas apa pun tawaran seperti itu," ujar D, dilansir dari WartaKotalive.

D menolak tawaran tersebut karena tidak mau putrinya kembali menjadi korban kekerasan yang lebih parah di kemudian hari.

Ia menekankan bahwa PU masih di bawah umur yang memiliki masa depan yang panjang.

Selain itu, D menilai AT tidak mempunyai akhlak yang baik.

"Sudah jelas pelaku tidak punya akhlak dan moral yang baik. Ke depannya, anak saya akan menjadi korban selanjutnya dan bisa lebih parah lagi," papar D.

D bahkan lebih memilih menanggung dosa putrinya ketimbang menikahkan PU dengan pelaku.

"Dari segi akhlak dan moral enggak bisa ditoleransi. Saya lebih baik menanggung dosa anak dibanding harus menikahkan anak saya dengan pelaku," kata D.

"Saya berani menanggung dosa anak saya dunia akhirat daripada harus menikahkan dia dengan tersangka," imbuhnya.

Adapun "dosa" yang D maksud berkaitan dengan pernyataan Bambang bahwa kasus yang sedang berjalan saat ini adalah "perzinahan".

"Saya berharap ini ya, kalau namanya urusan bahasa saya perzinahan, apakah bisa kalau anak ini kita nikahkan supaya tidak menanggung dosa? Kalau memungkinkan kita nikahkan saja, kan gitu," ucap Bambang, Minggu (23/5/2021).

Tak pernah dihubungi soal pernikahan

D menekankan, pihaknya menghormati Undang-Undang (UU) Perkawinan yang melarang pernikahan anak di bawah umur.

"Karena sama saja menggiring keluarga korban untuk melanggar UU Perkawinan di negara kita. Sudah jelas syarat perkawinan seperti apa, bahasa yang harusnya menyejukkan situasi malah bikin suasana baru menjadi simpang siur. Saya sebagai ortu korban menolak dengan tegas," ucapnya lagi.

D menambahkan, ia menduga tawaran pernikahan dari keluarga pelaku tersebut bertujuan untuk menghentikan proses hukum yang tengah berjalan.

"Ini adalah trik untuk menghilangkan proses hukum. Itu sudah jelas," tegas D.

Menurut D, putrinya juga tidak mau menerima tawaran pernikahan tersebut.

"Saya bersyukur karena korban sinkron dengan saya ortunya, terutama saat rilis pelaku di media dengan menyatakan tidak sayang dengan korban," jelasnya.

Adapun wacana yang digaungkan pengacara tersangka, Bambang Sunaryo, itu belum sampai kepada pihak keluarga korban secara langsung.

Disampaikan D, ide tersebut ia ketahui dari media.

"Tidak ada. Hanya dengung-dengung dari media saja. Apalagi telepon, tidak ada menghubungi saya," ucapnya.

Sebelumnya, AT saat ini telah ditetapkan sebagai tersangka kasus kekerasan seksual sejak 6 Mei 2021 atau sekitar sebulan sejak keluarga PU melaporkannya ke Polres Metro Bekasi Kota pada awal April 2021.

Berdasarkan hasil gelar perkara, AT diduga memerkosa PU di yang masih duduk di bangku kelas IX SMP itu di kamar kos di daerah Kelurahan Sepanjang Jaya, Bekasi Timur.

Selain itu, berdasarkan pengakuan korban kepada Kepala Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi Novrian, PU juga disekap dan dijual oleh tersangka pada rentang Februari hingga Maret 2021.

AT diduga memaksa korban melayani pria hidung belang di kamar kos yang sama.

"Juga kita menemukan temuan baru. Hasil wawancara kita sama korban, ternyata si anak merupakan korban trafficking," ujar Novrian, Senin (19/4/2021).

"Selama beberapa lama, anak (PU) disekap di dalam kos-kosan dan dia dijual pelaku," sambungnya.

Terduga pelaku, Novrian membeberkan, menjual korban lewat aplikasi online MiChat, di mana akunnya dioperasikan sendiri oleh AT.

Oleh AT, PU dipaksa melayani 4-5 orang laki-laki hidung belang per harinya dengan bayaran sekitar Rp 400.000 per pelanggan.

Bayaran yang AT dapat itu tak sepeser pun diberikan kepada korban. Akibat diperkosa dan dijual, PU sempat terkena penyakit kelamin. Ia juga mengalami trauma.

Meski demikian, hingga saat ini, AT belum ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

Sebab, pihak kepolisian masih menyelidiki dugaan kasus TPPO itu. (Yusuf Bachtiar / Tribun Jakarta)

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Ditolak Mentah-mentah, Anak Anggota DPRD Bekasi Tetap Berniat Nikahi Korban Persetubuhan di Bekasi

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/05/31/19061591/sudah-ditolak-keluarga-korban-pengacara-anak-anggota-dprd-bekasi-tawaran

Terkini Lainnya

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke