Salin Artikel

Ketika Jumlah Relawan Pemulasaraan Tak Sebanding dengan Angka Kematian, Jenazah Pasien Covid-19 Antre ke Liang Lahad

DEPOK, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19, tidak seperti kata Menteri Luhut Binsar Pandjaitan, nyata-nyata memang tidak terkendali dan berdampak konkret terhadap korban jiwa yang makin banyak.

Pasien-pasien Covid-19 terpaksa mengantre karena rumah sakit penuh dan sebagian meninggal lantaran tak dirawat dengan layak. Setelah wafat, mereka masih harus mengantre, kali ini menuju liang lahad.

Kota Depok, Jawa Barat, misalnya, kini mulai menghadapi situasi di mana jenazah-jenazah pasien Covid-19 harus antre menuju liang lahad karena jumlah relawan pemulasaraan yang tidak sebanding dengan kematian yang melonjak.

Berikut rangkuman Kompas.com:

Cerita miris di Pancoran Mas

Cerita paling nyata terjadi pada pekan lalu, ketika seorang suspek Covid-19 meninggal di kediamannya di Pancoran Mas pada pagi hari. Korban yang merupakan pengidap down syndrome itu baru bisa dimakamkan sore hari.

Usut punya usut, relawan harus terlebih dulu menyambangi keluarga korban dan meminta pengertian bahwa timnya akan kembali dalam beberapa waktu.

Sebab, pada saat itu, tim yang anggotanya berjumlah sekitar 4 relawan sedang berjibaku mengurusi 11 antrean jenazah pasien Covid-19 yang telah lebih dulu dilaporkan.

"Lima di RS Bhakti Yuda, 6 di rumah (masing-masing)," sebut Kepala Bidang Penanggulangan Bencana pada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, Denny Romulo, kepada Kompas.com, Rabu (14/7/2021).

Angka kematian meroket 10 kali lipat

Di Depok, selama 1 bulan terakhir (15 Juni-14 Juli 2021) sudah terdapat 333 warga yang harus menjadi korban infeksi SARS-CoV-2.

Jumlah ini 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan periode 15 Mei-14 Juni 2021, di mana terdapat 47 kematian akibat Covid-19 dalam sebulan.

Jika dirata-rata, selama sebulan terakhir, 10 warga Depok meninggal setiap hari akibat Covid-19, itu pun belum menghitung jumlah kematian pasien suspek/probabel yang kemungkinan terpapar Covid-19 tetapi meninggal tanpa konfirmasi tes PCR.

Selain meninggal di rumah sakit, kini semakin banyak pasien Covid-19 di Depok yang mengembuskan napas terakhir saat isolasi mandiri.

Menurut data Lapor Covid-19, sejak Juni 2021, sedikitnya peristiwa itu telah terjadi terhadap 24 pasien. Jumlah aslinya kemungkinan lebih besar karena tak semua peristiwa kematian di luar fasilitas kesehatan terpantau dan terlaporkan.

Depok kini harus menambah jumlah relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 dari 20, menjadi 31, hingga sekarang 64 orang.

Dalam sehari mereka harus siaga 24 jam, memulasarakan jenazah, lalu berkeliling lagi menjemput jenazah di lokasi lain. Panggilan tak kenal henti.

Namun, jumlahnya tetap tak cukup. Padahal, telah dibagi-bagi berdasarkan wilayah dengan asas domisili untuk mempersingkat waktu dan jarak.

"Setiap tim pemulasaraan jenazah kan butuh istirahat, kan tidak mungkin hari ini dia kerja, besoknya dia push lagi, untuk menjaga imun," kata Denny.

"Bagi yang misalnya tidak kuat ya besoknya istirahat, saling menginfo," ujarnya.

Kerja keras ini membuat para relawan juga rentan kelelahan dan terpapar Covid-19. Denny menyebutkan, sedikitnya 4 relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di Depok saat ini sedang isolasi mandiri, sehingga kemampuan tim berkurang juga.

Krisis mobil jenazah

Salah satu penyebab antrean jenazah menuju pemakaman adalah krisis armada.

"Kalau mau nunggu mobil TPU, ya tidak mungkinlah, orang mobil TPU (terdiri dari) 2 mobil jenazah dan 1 mobil damkar, bagaimana 3 unit mau keliling se-Depok?" ujar Denny.

"Mobil jenazah yang sekarang agak sulit. Jadi siapa yang ada mobil jenazah di lingkungannya bisa langsung dipakai untuk mengantisipasi. Toh nanti setelah selesai bisa disemprot disinfektan," ia menegaskan.

Lantaran fenomena ini, Denny telah membentuk koordinator per kecamatan yang diharapkan bisa memperpendek rentang koordinasi pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 yang wafat di rumah.

"Dengan adanya koordinator di kecamatan, semua, baik camat, lurah, atau RW sudah sigap juga. Mereka langsung ambil peti terus ke TPU (dengan mobil jenazah sendiri). Semua gotong royong untuk bagi-bagi tugas bawa mobil jenazah," kata Denny.

Warga diharapkan bersabar

Tak mungkin menyalahkan warga atas keadaan ini. Sama mustahilnya dengan melemparkan kekesalan terhadap para relawan pemulasaraan yang sudah bekerja mati-matian dalam pekerjaan yang penuh risiko.

Denny meminta warga tetap bersabar menunggu antrean pemulasaraan.

"Yang penting kan semuanya tertangani. Kita juga harus lihat dedikasi teman-teman, relawan-relawan ini, yang juga bagian dari masyarakat, yang mau bekerja dengan risiko tinggi," kata Denny.

Pemerintah juga telah membentuk hotline per kecamatan untuk pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 dengan harapan agar laporan kematian pasien Covid-19 dapat segera terdata.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/15/06063581/ketika-jumlah-relawan-pemulasaraan-tak-sebanding-dengan-angka-kematian

Terkini Lainnya

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke