JAKARTA, KOMPAS.com - Entah apa yang dicari di tanah Tambora, Jakarta Barat. Api itu kembali lagi, meski tak pernah diharapkan. Melahap puluhan tempat tinggal tanpa permisi.
Si jago merah kembali datang saat orang-orang terlelap dalam tidurnya.
Pada Selasa (26/7/2022) sekitar pukul 03.00 pagi, kebakaran itu melanda permukiman di Jalan Sawah Lio Raya, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat.
Camat Tambora Bambang Sutarna mengatakan, berdasarkan data hingga Selasa siang, api merambat ke 48 rumah di dua wilayah rukun tetangga.
"Kebakaran terjadi di dua wilayah rukun tetangga (RT) di RW 008, yaitu di RT 004 dan RT 005, bangunan yang terdampak itu ada 48 rumah," kata Bambang di lokasi kebakaran, Selasa.
Sebanyak 48 rumah tersebut ditinggali oleh 75 kepala keluarga yang terdiri dari sekitar 300 jiwa.
"Ada 75 kepala keluarga, diperkirakan ada 300 jiwa terdiri dari lansia, orang tua, dan anak-anak," kata Bambang.
Kepala Seksi Operasional Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat, Syarifudin mengatakan, sebanyak 24 unit kendaraan pemadam beserta 120 personel dikerahkan ke lokasi kebakaran seluas 900 meter persegi.
"Sebanyak 24 unit kendaraan diterjunkan dari berbagai pos, 4 dari pemadam kebakaran, sisanya dari pos di Jakarta Barat," kata Sarifudin dalam keterangannya, Selasa.
Petugas memulai proses pemadaman pada pukul 03.20 WIB dan berhasil melokalisasi api 40 menit kemudian.
Api dipadamkan pada pukul 04.20 WIB dan proses pendinginan berlangsung selama dua jam untuk memastikan api tidak kembali tersulut.
Warga jatuh dari atap
Sarifudin juga mengatakan bahwa seorang warga berinisial WW (36) terjatuh dari atap rumahnya, saat terjadi kebakaran.
WW diduga panik dan hendak menyelamatkan diri. Akibatnya, ia mengalami luka ringan dan dievakuasi ke fasilitas kesehatan terdekat.
M
"Korban jatuh dari atas rumah karena panik, mengakibatkan luka ringan di bagian kaki dan pelipis. Korban dibawa ke puskesmas terdekat," kata Sarifudin.
Kepala Kepolisian Sektor Tambora, Komisaris Polisi Rosana Labobar mengatakan, peristiwa kebakaran itu mengakibatkan tiga korban luka-luka.
"Untuk korban meninggal dunia, Alhamdulillah tidak ada. Namun, korban luka ada tiga orang. Luka ringan saja. Tidak ada korban meninggal dunia," kata Rosana, saat ditemui di lokasi kebakaran, Selasa.
Bambang menyebutkan, para korban kebakaran telah dievakuasi ke tempat pengungsian yang berada di kantor Kelurahan Jembatan Lima yang terletak tidak jauh dari lokasi kejadian.
"Mereka kita tempatkan di pengungsian di kantor lurah, di sana ada dua, di aula lantai 1 dan 2. Kenapa di sana, karena memang tempatnya enak dan nyaman," kata Bambang.
"Selain itu, BPBD juga menempatkan pos pengungsian, berupa tenda pengungsian termasuk Baznas, dan tenda kesehatan," lanjut dia.
Untuk kebutuhan para pengungsi disalurkan melalui Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dan beberapa bantuan dari instansi lain seperti Polsek Tambora.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Suprapto mengatakan, pihaknya menyiapkan makanan siap saji selama 7 hari ke depan.
"Kami menyiapkan makanan siap saji sebanyak 300 porsi setiap dua kali sehari. Makanan tersebut disalurkan hingga 7 hari ke depan," kata Suprapto saat dihubungi, Selasa.
Selain itu, bantuan logistik juga diberikan berupa 50 lembar selimut, 30 lembar matras, 50 lembar handuk, 12 lembar perlak bayi, 20 potong daster, 20 potong kaos oblong, 20 set mukena, 20 buah sarung dan sajadah, 3 dus biskuit, dan puluhan set pakaian sekolah.
Diduga akibat korsleting
Sementara itu, berdasarkan pemeriksaan sementara, Rosana menduga, api muncul akibat korsleting di sebuah bangunan kontrakan yang tidak dihuni.
"Diduga, penyebab awal kebakaran akibat korsleting listrik dari salah satu rumah. Pemilik rumah untuk sementara kami mintai keterangan di kantor," kata Rosana.
Kendati demikian, Rosana mengatakan masih akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Warga setempat, Iang (26), mengatakan bahwa rumah yang diduga menjadi lokasi awal kemunculan api merupakan rumah kontrakan kosong.
"Jadi rumah ini dulunya kontrakan dua lantai, semipermanen, atasnya kayu tripleks. Sudah lama kosong, bertahun-tahun," kata Iang yang juga menjadi korban kebakaran.
Saat kejadian, Iang yang tinggal tepat di depan kontrakan tersebut mengatakan mendengar suara percikan api beberapa kali. Namun, Iang menduga itu suara yang dibuat manusia.
"Tiga kali saya tengok, enggak ada orang. Tiba-tiba ada yang teriak kebakaran. Saya keluar rumah, api sudah gede banget di situ," kata Iang menunjuk arah lantai dua kontrakan yang sudah tidak ada tersebut.
Ia mengakui, api muncul dari titik kabel-kabel listrik yang berada di lantai 2 kontrakan tersebut.
Penyelamatan diri
Sementara, saat keluar rumah, Iang melihat api sudah membumbung tinggi tepat di hadapannya.
"Pas buka pintu, api sudah gede bergumul, sudah kayak air ngegolak (mendidih). Tiba-tiba tambah gede," kenang Iang.
Iang pun langsung berteriak untuk mengingatkan 12 anggota keluarga lainnya. Keluarganya kemudian lari menyelamatkan diri ke depan gang, tepat sebelum api menjalar.
"Enggak lama, api itu makin gede ke arah rumah saya. Tapi tiba-tiba api berbelok ke kanan, ke arah belakang kampung, menyambar semua yang di belakang," kata Iang.
Saat peristiwa kebakaran, Iang mengaku sempat menyelamatkan sebuah sepeda motor milik pamannya yang terparkir di bawah sumber api.
"Saya lihat motor om saya tepat di bawah api yang berada di lantai dua kontrakan tetangga. Saya refleks mau belokin motor, mau saya bawa kabur, tapi ternyata kuncinya di dalam rumah," kata Iang.
Entah apa yang dipikirkannya saat itu, tiba-tiba tangan dan kakinya bergerak mencari kunci motor di dalam rumah. Kunci itu bisa ia temukan dalam waktu singkat.
Setelah itu, kakinya masih terus melangkah. Ia melompat ke jok motor tersebut dan memasang kunci. Namun, saat itu api sudah menjilat-jilat benda di sekitar motor.
"Saya langsung tancap gas. Posisinya saya udah dikerubungi api. Saya sudah Lillahita'ala saja. Saya ngebut, gas kencang," ungkap Iang.
"Saat saya maju, beberapa detik kemudian ada balok bara dari rumah lantai dua itu jatuh ke tempat saya tadi. Saya lihat, balok itu di belakang saya. Alhamdulillah masih selamat," kenang Iang.
Puji syukur ia panjatkan, dirinya selamat dari peristiwa itu tanpa luka sedikit pun. Dengan wajah yang cemong, Iang menghitung anggota keluarganya.
"Lengkap," ujar dia dalam hati saat itu.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/07/27/09440371/ketika-api-kembali-ke-tanah-tambora-300-nyawa-terancam-saat-lelap