Sebab, tembok sepanjang dua meter berdiri di depan rumahnya di RT 011 RW 010 Kelurahan Pisangan Timur, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.
Tembok dibangun tepat di depan rumah Anisa. Hanya ada celah kosong antara tembok dan tiang, sekitar 20 hingga 30 sentimeter. Itu pun sulit dibuat akses keluar-masuk dari rumah Anisa ke jalan umum.
Tembok itu bukan dibangun keluarga Anisa, melainkan tetangganya sendiri, Widya (45).
Akumulasi kekesalan penembok
Widya mengaku mendirikan tembok itu karena kesal akan perilaku keluarga Anisa. Kekesalan itu terakumulasi sejak 2019.
Rumah Widya berada di pojok atau di ujung gang buntu. Pintu keluar rumahnya kebetulan tepat di samping rumah Anisa.
Widya pernah memperingatkan keluarga Anisa untuk memarkir kendaraan dengan rapi, agar akses keluar-masuk dari rumah Widya tidak terhalang.
Namun, seiring berjalannya waktu, muncul friksi antara keluarga Widya dan Anisa.
"Sebenarnya bukan masalah parkir motor, bukan. Itu pemicu saja. Ketika ada akses mau ke rumah kami, mengantar barang, (kami) terganggu. Kami tegur dengan baik, tetapi kami dapat ucapan yang tidak layak," ujar Widya di lokasi, Rabu (3/8/2022).
Widya mengeklaim, ia sering mendapatkan perkataan kotor dari keluarga Anisa.
Friksi berkembang hingga Widya memutuskan mendirikan tembok di depan rumah Anisa.
Tembok itu, lanjut Widya, masih berada di atas tanahnya.
Orangtua Widya membeli tanah yang ditempati Widya sekarang, sekalian membeli akses jalannya.
Tembok yang didirikan belakangan ini, masih berada di akses jalan tersebut atau berada di atas tanah Widya. Tanah itu dibeli pada 1978.
Widya mengatakan bahwa dirinya memiliki sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagai bukti.
"Masih tanah saya. Kami sudah memanggil BPN untuk mematok. Kami minta dipertegas (patokan) pada 2019," kata Widya.
Karena kesal akan perilaku keluarga Anisa, Widya memutuskan membangun tembok itu.
Pendirian tembok, lanjut Widya, sudah diusulkan kepada pihak kelurahan sejak 12 Juli 2020. Kemudian, tembok sudah berdiri 29 Juli 2022.
"Pas pembangunan tembok, (keluarga Anisa) enggak protes. Pas sudah berdiri kok protes," kata Widya.
Sebagai bentuk protes, keluarga Anisa sempat membuat konten di YouTube yang menerangkan 'kekejaman' Widya. Namun, kini video itu telah dihapus.
"Akumulasi (kekesalan) dari beberapa tahun lalu, termasuk nekat ya melakukan ini (mendirikan tembok), mungkin kejam kalau kata YouTube," kata Widya mengomentari unggahan video dari keluarga Anisa itu.
Kini, keluarga Anisa mulai menyadari bahwa tembok itu berdiri di atas tanah Widya.
Anisa sempat protes dan bersikukuh bahwa tembok itu berada di jalan umum.
"Tadi kami sudah lihat suratnya, ternyata benar, ini sudah jalanan dia, sudah ada surat sahnya," kata Anisa.
Tiga pilar turun tangan
Unsur tiga pilar pun turun tangan membantu mediasi kasus ini. Kedua belah pihak diajak berdiskusi dengan unsur tiga pilar, Rabu siang.
"Kami tiga pilar, dari Polsek Pulogadung, Kecamatan Pulogadung, Koramil Pulogadung, beserta RT dan RW, membantu memediasi," ujar Kepala Unit Intelijen Keamanan (Intelkam) Polsek Pulogadung Iptu Imam Rohadi di lokasi.
Hasil sementara dari mediasi itu, Widya bersedia membongkar sebagian tembok.
"Kami buatkan (surat pernyataan), untuk menjaga komitmen kedua belah pihak, " kata Imam.
Namun, kabar terbaru, mediasi itu urung membuahkan hasil.
Usai meninggalkan lokasi, para wartawan masih terdengar suara keras bernada kekecewaan dari dalam rumah Anisa.
Tak berselang lama, seorang warga sekitar mengatakan bahwa mediasi dilanjutkan di Kantor Kecamatan Pulogadung, Rabu sore.
Hingga saat ini, belum diketahui kelanjutan dari mediasi itu.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/08/04/06153471/kekesalan-warga-pulogadung-sering-dicaci-maki-tetangga-berujung-bangun