Salin Artikel

Lemahnya Mitigasi Kebakaran Sebabkan Gudang JNE Ludes Dilalap Api

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyebab munculnya api dalam gudang barang milik perusahaan logistik PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE Express di Jalan Perkapuran, Keluruhan Curug, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (12/9/2022) dini hari, masih diselidiki kepolisian. 

Namun lemahnya mitigasi dalam mengatasi kebakaran dinilai menjadi penyebab gudang itu ludes terbakar. 

Dilansir dari Kompas.id, kebakaran itu sebarnya sudah diketahui oleh petugas keamanan saat api baru muncul di sebuah ruang seluas sekitar 400 meter.

Ruang itu berdekatan dengan ruang pengemasan produk perlengkapan kegiatan luar ruang Eiger.

Ia bersama karyawan lain berupaya memadamkan api dengan alat pemadam api ringan (APAR). Namun, delapan APAR yang digunakan tidak mampu menjinakkan kobaran api yang justru semakin membesar.

Baru setelah petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok datang ke lokasi dengan menerjunkan 12 mobil pemadam kebakaran, si jago merah bisa padam pada pukul 09.00 atau sekitar 6,5 jam sejak api menyala pukul 03.45.

Salah satu hambatan petugas lama meredakan kobaran api karena sumber air yang cukup jauh.

Selain itu, petugas damkar baru mendapatkan informasi laporan kebakaran sekitar satu jam atau pada pukul 04.30. Padahal, akses jalan menuju lokasi sangat mudah dan lebar untuk dilalui.

Kobaran api yang besar dan cukup lama itu pun tak hanya menghanguskan gudang JNE, tapi juga sejumlah rumah warga yang berada di sekitarnya. 

Dalam keterangan tertulis, JNE meminta maaf atas kebakaran yang ikut berdampak ke masyarakat sekitar.

Mereka juga memohon maaf kepada pelanggan dan berjanji akan mengganti rugi kerusakan barang kiriman yang ada di gudang mereka.

”JNE berkomitmen akan melakukan proses ganti rugi terhadap barang-barang kiriman pelanggan yang terdampak akibat musibah ini. Informasi terkait barang kiriman milik pelanggan dapat menghubungi JNE Customer Care,” kata mereka.

Pentingnya Mitigasi

Dosen Jurusan Teknik Planologi Universitas Trisaksti, Endrawati Fatimah, menjelaskan, mitigasi kebencanaan kebakaran perkotaan masih lemah sehingga tidak hanya menimbulkan korban luka dan jiwa, tetapi juga kerugian materiil yang besar.

Kasus kebakaran JNE menjadi pelajaran di kota-kota lainya bahwa mitigasi kebakaran sangat penting.

Melihat kronologi kejadian di gudang JNE, potensi kebakaran membesar bisa diminimalkan jika hidran atau sumber air tidak jauh dari lokasi.

Setiap perusahaan, perkantoran, pabrik, dan pergudangan dalam pengurusan izin usaha atau bangunan seharusnya sudah ada kelengkapan mitigasi kebakaran, seperti APAR, hidran, dan sensor pendeteksi asap atau api.

”Itu semua tidak hanya untuk keselamatan kerja, tetapi juga keamanan bangunan. Izin pendirian gedung atau usaha wajib ada unsur mitigasi kebencanaan,” kata Endrawati.

Lalu, lokasi pos damkar harus tersebar luas di setiap kelurahan atau tersedia 200 meter persegi untuk pos damkar di kelurahan. Keberadaan pos damkar ini belum banyak diterapkan di kota-kota Indonesia, terutama di kawasan padat penduduk.

Selain itu, dalam pelayanan ketika terjadi kebakaran petugas damkar sudah mengetahui pemetaan kawasan, termasuk keterjangkauan sumber air. Idealnya, jalur hidran ini sejalan dengan kebutuhan air bersih.

”Satu aliran pipa bisa untuk saluran air bersih dan hidran. Masalah ketiadaan hidran ini memperlihatkan bahwa saluran kebutuhan air bersih di kota Indonesia belum tersedia atau belum terfasilitasi dengan merata. Contoh, di Jakarta Utara jika terjadi kebakaran petugas akan susah mencari sumber air di luar aliran kali. Kalaupun ada hidran tidak ada airnya,” ujarnya.

Lemahnya mitigasi bencana juga terlihat dari ketidaktahuan atau minimnya informasi nomor-nomor penting jika terjadi bencana, seperti kebakaran, masalah listrik, dan bencana lainnya.

”Ke mana kita harus melaporkan atau menghubungi siapa, nomornya berapa. Artinya, ini masih kurang pengetahuan umum terkait nomor-nomor penting itu. Oleh karena itu, perlu sosialisasi masif. Bisa jadi saat kebakaran, di tengah kepanikan petugas dan karyawan JNE ini kebingungan dan tidak tahu untuk mencari nomor penting untuk segera dipanggil sehingga petugas damkar baru datang sejam kemudian,” ujar Endrawati.

Mitigasi lainya terkait pelatihan kepada petugas dan karyawan jika terjadi situasi darurat.

”Seperti antisipasi dasar terkait keselamatan dan keamanan kerja. Cara menggunakan hidran dan lainnya. Lalu, tak kalah penting, pengawasan atau pemeriksaan rutin instalasi listrik. Banyak kasus kebakaran diduga bermula dari masalah hubungan pendek arus listrik,” kata Endrawati.

Sementara itu, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Metro Depok Ajun Komisaris Besar Yogen Heroes menuturkan sudah berkoordinasi dengan Pusat Laboratorium Forensik Polri untuk mengungkap penyebab kebakaran gudang JNE.

Pihaknya pun sudah memeriksa empat saksi, seperti petugas keamanan dan karyawan, untuk menggali informasi lebih lanjut dari peristiwa kebakaran.

”Apakah penyebabnya hubungan pendek arus listrik atau ada penyebab lainnya, human error, masih kami dalami dan kita tunggu hasil olah TKP tim Puslabfor Polri. Kami juga meminta rancang bangunan gedung dan instalasi listrik untuk dipelajari,” ujar Yogen.

Berita ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Mitigasi Kebakaran Lemah Sebabkan Gudang JNE Ludes Terbakar"

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/09/17/12225681/lemahnya-mitigasi-kebakaran-sebabkan-gudang-jne-ludes-dilalap-api

Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke