Salin Artikel

Kisah Pengguna KRL Transit di Stasiun Manggarai: Sudah Lari Tetap Ketinggalan Kereta

JAKARTA, KOMPAS.com - Stasiun Manggarai acap kali mengalami penumpukan penumpang pada saat memasuki jam sibuk.

Tidak sedikit pengguna setia kereta rel listrik (KRL) yang berlarian di peron demi mengejar gerbong relasi pada saat transit.

Pantauan Kompas.com di lokasi, penumpukan penumpang mulai terasa pada pukul 16.00 WIB di stasiun yang terletak di Jakarta Selatan tersebut.

Mayoritas penumpang yang memadati stasiun ini berasal dari kereta dengan relasi Tanah Abang-Manggarai. Mereka transit untuk kemudian menumpang kereta dengan tujuan akhir Bogor maupun Cikarang.

Angga van Basten (27), seorang pegawai swasta yang bekerja di bilangan Sudirman mengaku selalu mengandalkan KRL sebagai transportasi utamanya untuk pergi dan pulang ke kediamannya di Kabupaten Bogor.

"Saya sebenarnya baru beberapa bulan ini aktif lagi sebagai anak kereta. Saya tidak kuat untuk mengendarai kendaraan roda dua setiap hari untuk bolak-balik ke kantor," ujar Angga kepada Kompas.com, Selasa (21/2/2023).

"Kalau boleh jujur, situasinya tidak jauh berbeda dengan dua tahun lalu. Stasiun Manggarai masih sangat padat, bahkan saya kira lebih bejubel saat ini kondisinya. Terutama saat berada di dalam gerbong," sambung dia.

Tidak hanya berdesak-desakkan, Angga mengaku bahwa dia sering kali melangkahkan kaki lebih cepat atau berlari-lari kecil demi mengejar kereta tujuan Bogor.

Namun, usahanya untuk berlari terkadang sia-sia.

Pasalnya, ketika berpindah ke peron 12-13, di mana kereta tujuan Bogor berada, sudah ada "tumpukan" manusia yang menunggu.

"Kalau sudah jam pulang kerja, sekitar jam 5-an, di sini pasti ramai banget. Entah di stasiunnya, entah di dalam keretanya, itu sama saja. Bahkan saya sering nggak dapet pegangan di dalam kereta karena menumpuk banget. Jadi saya hanya mengandalkan badan orang lain agar tidak terjatuh," ujar Angga.

Tak jauh berbeda dengan Angga, Raihan Alwi (23) justru memiliki sederet pengalaman buruk saat naik kereta dari Stasiun Manggarai.

Saat transit di stasiun ini, Raihan mengaku pernah mendapati penyejuk ruangan di dalam kereta dalam kondisi mati. Alhasil, suasana gerbong tidak kondusif, beragam bau memenuhi seisi gerbong.

"Saya pernah dua atau tiga kali dapat gerbong yang AC-nya mati. Sudah gitu pas jam pulang kerja. Jadi bau banget, jujur bau ketek, gitu," ungkap Alwi sedikit terkekeh.

Lebih lanjut, Raihan mengatakan bahwa pengguna KRL di jam sibuk layaknya kumpulan zombie. Sebab, mereka berlarian dan saling serobot seperti dikejar sesuatu.

"Sering banget lihat orang lari-lari, seperti kumpulan zombie kelaparan. Saya juga gitu sih terkadang, karena terbawa suasana dan takut ketinggalan kereta," kata Alwi.

"Walau gitu ujunganya sering banget enggak dapat tempat. Bahkan bisa nunggu dua kereta baru. Tapi mau gimana lagi, saya hanya mengandalkan ini untuk bolak-balik," pungkas Alwi yang saat ini bekerja paruh waktu di bilangan Senayan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/02/21/20020151/kisah-pengguna-krl-transit-di-stasiun-manggarai-sudah-lari-tetap

Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke