Mobil Mercedes-Benz yang dikendarai anak petinggi polri berinisial MM (18) itu menabrak pemotor berinisial SB (19) hingga tewas.
Dalam perkembangan kasusnya, polisi disebut tidak transparan dan menyalahkan korban. Kompas.com merangkum sejumlah fakta soal kasus tersebut di sini:
Pengemudi Mercy tak bersalah
Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Bayu Marfiando mengatakan bahwa anak sang petinggi polri yang mengemudikan mobil Mercy itu tak bersalah.
Pasalnya, korban dikatakan menerobos lampu merah hingga kecelakaan maut itu terjadi.
"Kalau mau bicara siapa yang menyebabkan kecelakaan, tentu yang menerobos lampu merah (pemotor). Seandainya kami harus mencari siapa yang salah, yang salah itu pihak pengemudi motor," ujar Bayu saat dikonfirmasi, Minggu (2/4/2023).
Hal itu diutarakan Bayu usai memeriksa sejumlah saksi mata yang ada di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).
Mobil yang dikemudikan MM terbukti tidak melanggar lalu lintas. MM berkendara sesuai jalurnya dan melewati perempatan tersebut saat lampu hijau.
Sementara SB yang berboncengan dengan MS (19) kedapatan menerobos perempatan tersebut meski lampu merah masih menyala.
"Betul (pemotor) menerobos lampu merah. Itu adalah keterangan saksi di lapangan," ungkap Bayu.
Akibat kecelakaan itu, SB hingga kini masih dirawat di rumah sakit. Sementara itu, MS meninggal di TKP.
Polisi tak mau ungkap identitas MM
Di sisi lain, Bayu menolak untuk membeberkan identitas MM. Ia juga tidak mengonfirmasi bahwa MM adalah anak petinggi polri.
"Saya enggak tahu batasan anak petinggi Polri. Yang jelas (pengemudi Mercedes-Benz) betul anak polisi," ujar Bayu.
Lebih lanjut, ia menilai kepolisian berhak untuk tidak menyebarluaskan identitas MM.
“Kalau identitas pelaku ini kami tutupi, pelaku ini pelaku siapa? kami enggak pernah ngomong apa-apa perasaan (soal siapa pelaku dan korban) dan tidak ada kewajiban untuk ngomong hal ini ke media juga," ungkap dia.
Kejanggalan kasus
Kuasa hukum korban MS, Andi Muttaqien, mengatakan bahwa penyelidikan kasus yang dilakukan polisi sangat tidak transparan.
Ia juga mengungkapkan sejumlah kejanggalan dalam kasus tersebut. Polisi menurutnya memutarbalikkan fakta peristiwa kecelakaan.
"Penyelidikan yang dilakukan Satlantas Polres Metro Jakarta Selatan terhadap kasus kecelakaan yang melibatkan klien kami sangat tidak transparan dan akuntabel, sehingga terkesan ada hal yang ditutup-tutupi," ujar Andi.
Menurut keterangan kakak korban, N, aparat kepolisian enggan memperlihatkan rekaman CCTV di lokasi kejadian secara lengkap.
"Kami enggak dikasih unjuk CCTV dari semua arah. Kami hanya diperlihatkan satu CCTV, itu pun enggak terlihat terjadinya benturan secara jelas. Di sana hanya terlihat bahwa telah terjadi peristiwa kecelakaan," ujar N.
N mengatakan, lokasi kejadian itu memiliki CCTV di berbagai sudut. N akhirnya berasumsi bahwa polisi berusaha menutupi fakta sebenarnya.
Oleh karena itu, N mengaku bakal melaporkan kejadian kurang mengenakan ini ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Mabes Polri.
N ingin Propam Mabes Polri memeriksa jajaran Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Metro Jakarta Selatan soal dugaan penyembunyian barang bukti CCTV.
"Kami mau ke Propam untuk mencari tahu itu, kenapa CCTV dari arah kanan dan kiri, sana-sini, itu enggak dikasih lihat ke kami," tegas N.
"Kalau dari keluarga itu, Senin kemungkinan kami akan mengadu ke Propam. Mungkin selanjutnya akan ke Kompolnas dan Komnas HAM," imbuh dia.
(Penulis : Dzaky Nurcahyo/ Editor : Ihsanuddin)
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/03/04543331/fakta-anak-petinggi-polri-diduga-tabrak-pemotor-hingga-tewas-polisi