Salin Artikel

Kelakuan Mario Dandy Terungkap di Sidang, Ancam Tembak Korban Pakai Brimob dan Bermesraan Usai Aniaya D

Total ada empat saksi yang dihadirkan jaksa penuntut umum (JPU).

Tiga saksi di antaranya merupakan satu keluarga yang menjadi saksi Mario menganiaya D. Ketiganya adalah Rudi Setiawan, Natalia Puspitasari, dan anak bungsu mereka berinisial R yang merupakan teman dekat korban.

Sementara itu, satu saksi lainnya adalah ayah kandung D, Jonathan Latumahina.

Dalam sidang kemarin, para saksi mengungkapkan sejumlah keterangan di persidangan. Berikut ini keterangan para saksi:

RS awalnya tolak asuransi D

Mario menganiaya D di Kompleks Green Permata, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada 20 Februari 2023.

Anak eks pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo itu menganiaya korban di sekitar rumah saksi Rudi dan Natalia.

Setelah dianiaya, D langsung dilarikan ke RS Medika Permata Hijau untuk mendapatkan perawatan.

Namun, ketika pihak keluarga ingin mengurus pembayaran menggunakan asuransi, pihak RS tak bisa memenuhi keinginan itu.

"Ketika mengurus asuransi, ditolak. Kemudian saya tanya, 'Kenapa ditolak?', karena setahu saya asuransi ini bisa meng-cover semua, kemudian saya tanya alasannya apa," ujar Jonathan dalam persidangan.

"Saya tanya, 'Siapa yang menulis?'. Kata pihak RS, 'Bukan dari kami, Pak'. Saya tanya siapa, kemudian dia (petugas RS) menyebut Polsek," ungkap Jo.

"Akhirnya kami urus itu, dibantu sama Mellissa Anggraini, lawyer-nya David, kemudian pihak rumah sakit bisa mengurus asuransi, akhirnya ter-cover," lanjut dia.

Rafael Alun disebut bakal bereskan masalah

Selain itu, Jo menyebutkan bahwa Mario sempat memberikan jaminan kepada dua terdakwa lainnya, Shane Lukas (19) dan anak AG (15).

Mario menjamin bahwa sang ayah, Rafael Alun, akan membereskan seluruh masalah yang ditimbulkan melalui "kuasanya".

"(Mario berkata ke Shane dan AG), 'Tenang saja. Kalian enggak akan kena (hukuman). Nanti diurusin sama papa. Aku saja paling cuma (dihukum) dua tahun delapan bulan'," ujar Jo menirukan pernyataan Mario.

Namun, Jo mengakui perkataan itu tidak didengar telinganya sendiri. Perkataan itu didengar saksi Rudi dan Natalia, lalu disampaikan kepada Jo.

"(Saya) ketemu langsung (dengan saksi). Kan mereka intens jenguk (D) ke rumah sakit," ujar Jonathan.

Namun, Mario membantah keterangan tersebut.

"Saya keberatan soal yang katanya saya mau nyelamatin Shane, ayah saya yang bakal selamatin Shane, itu tidak benar," tutur Mario.

Ancaman tembak korban

Tidak berhenti sampai di sana, Jo juga membeberkan adanya ancaman nyata yang dilontarkan Mario terhadap D melalui pesan WhatsApp.

Pesan itu ditemukan Jo saat melihat riwayat pesan WhatsApp antara sang anak dengan AG.

"Ancamannya cukup parah kalau saya bilang, karena di situ disebutkan akan melakukan penembakan kepada D, akan nelepon Brimob, akan 'menyelesaikan' D, persis seperti di minutasi sidang AG saat Dandy jadi saksi," tutur dia.

"WhatsApp-nya dengan nomornya AG, tetapi di WhatsApp tersebut beberapa kali pelaku menyebutkan 'gua Dandy'. Jadi, handphone-nya AG dipakai Dandy," imbuh Jo.

Jo mengatakan, Mario menebar ancaman penembakan lantaran D tak mau menemui dirinya beberapa saat sebelum penganiayaan terjadi.

"Di situlah kemudian ada ancaman mau nembak. 'Lu kalau batu (tidak mau menemui Mario), gue teleponin Brimob gue lu'. Ada nembak, ada mau manggil Brimob. Seperti itu," kata Jo.

Mario Dandy pecicilan seperti petinju

Sementara itu, saksi Rudi menceritakan gestur kurang pantas yang ditunjukkan Mario setelah menganiaya korban. Mario disebut tidak bisa diam ketika D sudah tersungkur di atas aspal.

"Waktu posisi saya ketemu dia (Mario), fisiknya bergerak terus, gerak terus," ungkap Rudi dalam persidangan.

Hakim yang bingung dengan pernyataan saksi kemudian bertanya maksud "gerak terus".

Rudi kemudian menjelaskan, gerak terus yang dimaksud layaknya seorang yang tidak bisa diam, bergerak ke sana ke mari.

"Si pelaku ini bergerak terus (setelah menganiaya), pecicilan gitu, masih energik," jawab Rudi.

"Seperti petinju itu ya? Kayak Muhammad Ali, loncat-loncat gitu gimana?" tanya hakim.

"Ya kurang lebih, masih emosi. Masih membara emosinya," timpal Rudi.

Mario bermesraan dengan AG

Selain Rudi, Natalia juga memberikan keterangan baru di persidangan.

Saat datang ke Mapolsek Pesanggrahan setelah penganiayaan D, saksi Natalia mengaku melihat Mario dan AG bermesraan.

Natalia bahkan menilai Mario dan AG tak memiliki rasa penyesalan. Sebab, keduanya masih sempat tertawa.

Momen itu dilihat dengan mata kepala Natalia bersama sang suami saat diperiksa di Mapolsek Pesanggrahan.

Ruang tempat pemeriksaan Natalia dan Rudi dengan ruangan tempat Mario, Shane, dan AG saat itu hanya dibatasi kaca. Oleh sebab itu, aktivitas mereka terlihat jelas.

"Yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri adalah anak pelaku (AG) dan pelaku (Mario Dandy) itu bisa-bisanya bermesra-mesraan dengan wajah semringah, bukan wajah penyesalan," ujar Natalia di hadapan majelis hakim.

"Lalu Shane 'genjrang-genjreng' (gitar), bukan memetik ya, tapi benar-benar 'genjrang-genjreng' dengan ekspresi tanpa ada perasaan (menyesal)," tambah dia.

Natalia juga tak habis pikir dengan kelakuan ketiga terdakwa. Natalia menilai, para terdakwa tidak menunjukkan rasa empati sedikit pun.

"Gini deh, dia kan tahu saya ini orangtua dari temannya yang mereka siksa, terus mereka enggak menunjukkan empati, 'Eh ada orangtua teman itu, lu jangan kelihatan happy dong jangan kelihatan nyanyi-nyanyi dong', kan harusnya begitu," ujar Natalia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/14/09203431/kelakuan-mario-dandy-terungkap-di-sidang-ancam-tembak-korban-pakai-brimob

Terkini Lainnya

Jalan Margonda Macet Parah Sabtu Malam, Pengendara Buka Pembatas Jalan dan Lawan Arah

Jalan Margonda Macet Parah Sabtu Malam, Pengendara Buka Pembatas Jalan dan Lawan Arah

Megapolitan
Polisi Tangkap Pencopet yang Beraksi di Kerumunan Acara Hari Jadi Bogor

Polisi Tangkap Pencopet yang Beraksi di Kerumunan Acara Hari Jadi Bogor

Megapolitan
'Horor' di Margonda Kemarin Sore: Saat Pohon Tumbang, Macet, dan Banjir Jadi Satu

"Horor" di Margonda Kemarin Sore: Saat Pohon Tumbang, Macet, dan Banjir Jadi Satu

Megapolitan
Antusias Warga Berebut Hasil Bumi di Dongdang pada Hari Jadi Bogor, Senang meski Kaki Terinjak

Antusias Warga Berebut Hasil Bumi di Dongdang pada Hari Jadi Bogor, Senang meski Kaki Terinjak

Megapolitan
Ketua DPRD Kota Bogor Mengaku Siap jika Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota

Ketua DPRD Kota Bogor Mengaku Siap jika Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota

Megapolitan
Polisi Jemput Paksa Pemilik Pajero Pelat Palsu yang Kabur di Jalan Tol

Polisi Jemput Paksa Pemilik Pajero Pelat Palsu yang Kabur di Jalan Tol

Megapolitan
Bisa Usung Calon Sendiri, PKS Belum Tentukan Jagoan untuk Pilkada Bogor 2024

Bisa Usung Calon Sendiri, PKS Belum Tentukan Jagoan untuk Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Sisa Banjir Sabtu Sore, Sampah Masih Berserakan di Jalan Margonda Depok

Sisa Banjir Sabtu Sore, Sampah Masih Berserakan di Jalan Margonda Depok

Megapolitan
Warga Ajak 'Selfie' Polisi Berkuda dan Polisi Satwa di CFD

Warga Ajak "Selfie" Polisi Berkuda dan Polisi Satwa di CFD

Megapolitan
Sambut HUT Ke-542 Bogor, Ratusan Orang Ikut Lomba Lari Lintasi Sawah dan Gunung

Sambut HUT Ke-542 Bogor, Ratusan Orang Ikut Lomba Lari Lintasi Sawah dan Gunung

Megapolitan
Penyalur Jadi Tersangka karena Palsukan Usia ART yang Lompat dari Rumah Majikan di Tangerang

Penyalur Jadi Tersangka karena Palsukan Usia ART yang Lompat dari Rumah Majikan di Tangerang

Megapolitan
Antusiasme Warga Berbondong-bondong Padati Balai Kota Menyambut Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542

Antusiasme Warga Berbondong-bondong Padati Balai Kota Menyambut Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542

Megapolitan
Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Megapolitan
Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Megapolitan
Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke