Salin Artikel

Melestarikan Budaya Anyaman Pandan Turun Menurun di Pantai Cermin Kanan Sumatera Utara...

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah wanita berusia remaja hingga paruh baya sibuk menganyam pandan di Menday Gallery and Souvenir, Desa Pantai Cermin Kanan Dusun III, Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Saat Kompas.com menilik lebih dekat, salah satu kelompok remaja yang duduk bersila sedang membuat kotak tisu.

Mereka melapisi kertas duplex yang telah dipotong sesuai ukuran dengan anyaman pandan, lalu dirangkai membentuk balok.

Di sudut ruangan, pendiri Kelompok Perempuan Kanan Kreatif (KPKK) yang menjadi pengelola Menday Gallery and Souvenir, Eva Harlia, sedang menatap rak yang memajang produk hasil anyaman.

Ketika dihampiri, Eva menjelaskan, rentang harga produk anyaman pandan buatan mereka berkisar Rp 2.500 hingga Rp 150.000. Tergantung jenis produknya.

“Yang termurah Rp 2.500 berupa gantungan kunci sampai Rp 50.000 untuk suvenir. Kalau untuk tas dari harga Rp 50.000 sampai Rp 150.000,” kata Eva saat berbincang dengan awak media, Rabu (14/6/2023).

Produk anyaman pandan itu beragam, mulai dari gantungan kunci, tas, dan totebag. Selain itu, mereka juga membuka pesanan untuk membuat pembungkus makanan pengganti kantong plastik.

Pembeli dapat meminta motif tertentu, misalnya motif kain ulos, atau gambar lainnya.

Jenis produk utama mereka berupa tikar duduk berwarna. Saking giatnya usaha ini digerakkan, Manday Gallery and Souvenir telah menjadi supplier tetap untuk konsumen di Malaysia.

“Kalau (tikar) original, pasar kami sampai Malaysia, kami jadi supplier tetap,” lanjut dia.

Mereka memanfaatkan banyaknya pandan yang tumbuh di kawasan Pantai Cermin Kanan. Selain itu, anyaman juga menjadi suatu kebudayaan yang turun-temurun di desa itu.

“Sumber daya alam (pandan) sangat melimpah, dan juga kebudayaaan menganyam ini turun menurun,” kata Eva.

Omzet puluhan juta

Eva berkata, modal yang digunakan hanya sekitar 15 persen dari keseluruhan harga jual. Hal yang ditonjolkan adalah skill pengrajin yang dinilai mumpuni.

“Mereka (pengrajin anyaman pandan) sudah punya skill yang mumpuni. Mereka kita hargai lebih besar karena memang target di depannya adalah menyejahterakan mereka. Para pengrajin kita, ekonomi keluarganya lebih terbantu dengan adanya kerajinan anyaman ini,” tutur dia.

Meski ada penurunan pendapatan saat pandemi, saat ini ada kenaikan hingga 50 persen. Sebab, mereka mendapatkan banyak pesanan untuk membuat anyaman kantong korban.

“Sekarang kita omzetnya di Rp 65 juta per bulan. Belakangan ini perannya (kantong pandan) naik karena peningkatan kebijakan pemerintah (mengurangi plastik),” imbuh Eva.

“Kita buat wadah kurban dari lembaran tikar. Kalau kena tanah jadi pupuk,” lanjut dia.

Saat ini, secara total ada 350 orang di empat desa tersebar yang tergabung dalam usaha produksi kreasi pandan ini.

Khusus di rumah produksi Desa Pantai Cermin Kanan, ada 75 pengrajin anyaman pandan yang berpartisipasi.

Saat ini, mereka menjajakan produk anyaman pandan melalui sosial media Instagram dan Facebook.

Untuk lebih meningkatkan kemampuan pemasaran secara digital, KPKK bekerjasama dengan pemerintah untuk belajar.

“Kebetulan malam ini ada pelatihan digital marketing dari Kementerian Pariwisata. Kami harap produk Kanan Kreatif bisa (lebih laku) lewat marketing. Kita bisa punya tenaga andal yang mengelola itu,” pungkas dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/16/10374351/melestarikan-budaya-anyaman-pandan-turun-menurun-di-pantai-cermin-kanan

Terkini Lainnya

Polisi Telusuri Kemungkinan Adanya Unsur Kelalaian dalam Kasus Keracunan Massal di Bogor

Polisi Telusuri Kemungkinan Adanya Unsur Kelalaian dalam Kasus Keracunan Massal di Bogor

Megapolitan
Trotoar di Pulogadung Jadi Tempat Parkir dan Jualan PKL, Pejalan Kaki Susah Lewat

Trotoar di Pulogadung Jadi Tempat Parkir dan Jualan PKL, Pejalan Kaki Susah Lewat

Megapolitan
Bahayanya Trotoar di Pulogadung, Banyak yang 'Berlubang' hingga Minim Penerangan

Bahayanya Trotoar di Pulogadung, Banyak yang "Berlubang" hingga Minim Penerangan

Megapolitan
Pencairan Kartu Lansia Jakarta Telat, Dinsos: Masih Tahap Administrasi

Pencairan Kartu Lansia Jakarta Telat, Dinsos: Masih Tahap Administrasi

Megapolitan
Polisi Koordinasi ke Kominfo untuk 'Takedown' Video Ibu Cabuli Anak yang Viral di Medsos

Polisi Koordinasi ke Kominfo untuk "Takedown" Video Ibu Cabuli Anak yang Viral di Medsos

Megapolitan
Polisi Periksa Ponsel Ibu yang Cabuli Anaknya, Cek Kebenaran Ada Perintah Bikin Video Asusila

Polisi Periksa Ponsel Ibu yang Cabuli Anaknya, Cek Kebenaran Ada Perintah Bikin Video Asusila

Megapolitan
Soal Spanduk Dukungan Anies Maju Pilkada Jakarta, Warga: Tak Etis, Belum Masa Kampanye

Soal Spanduk Dukungan Anies Maju Pilkada Jakarta, Warga: Tak Etis, Belum Masa Kampanye

Megapolitan
5 Saksi Turut Keracunan Massal di Bogor, Polisi Sempat Terkendala Gali Keterangan

5 Saksi Turut Keracunan Massal di Bogor, Polisi Sempat Terkendala Gali Keterangan

Megapolitan
Suami BCL Tiko Aryawardana Dilaporkan Gelapkan Dana, Kuasa Hukum Pertanyakan Pihak yang Mengaudit

Suami BCL Tiko Aryawardana Dilaporkan Gelapkan Dana, Kuasa Hukum Pertanyakan Pihak yang Mengaudit

Megapolitan
Ibu di Tangsel Cabuli Anak Kandung, Polisi Pastikan Suami Pelaku Tak Terlibat

Ibu di Tangsel Cabuli Anak Kandung, Polisi Pastikan Suami Pelaku Tak Terlibat

Megapolitan
Polisi Tangkap Sopir Angkot yang Mabuk hingga Tabrak 7 Kendaraan di Bogor

Polisi Tangkap Sopir Angkot yang Mabuk hingga Tabrak 7 Kendaraan di Bogor

Megapolitan
Ibu yang Cabuli Anaknya Tak Bekerja, Bikin Video Asusila karena Butuh Uang

Ibu yang Cabuli Anaknya Tak Bekerja, Bikin Video Asusila karena Butuh Uang

Megapolitan
Beredar Poster Dukungan untuk Anies Maju Pilkada 2024 di Jakarta Barat, Warga: Sekarang Sudah Dicopot

Beredar Poster Dukungan untuk Anies Maju Pilkada 2024 di Jakarta Barat, Warga: Sekarang Sudah Dicopot

Megapolitan
Ibu di Tangsel Cabuli Anak Kandung, Berawal dari Tawaran Kerja Lewat 'Broadcast' Facebook

Ibu di Tangsel Cabuli Anak Kandung, Berawal dari Tawaran Kerja Lewat "Broadcast" Facebook

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Dugaan Keracunan Masal di Bogor, 5 saksi Diperiksa

Polisi Selidiki Kasus Dugaan Keracunan Masal di Bogor, 5 saksi Diperiksa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke