Salin Artikel

Tidak Ada Kado Istimewa di HUT Ke-496 DKI Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini genap sudah DKI Jakarta menginjak usia ke-496 tahun. Kota yang bermula kawasan pelabuhan Sunda Kelapa ini masih menyimpan sejuta impian.

Namun, hal-hal krusial masih menjadi penghalang harapan-harapan itu terwujud, khususnya bagi orang-orang yang ada di dalamnya.

Pagi ini saja, Jakarta mendapat kado berupa kualitas udara yang buruk. IQAir mencatat, indeks kualitas udara hari ini sudah mencapai 161 pada pukul 05.00 WIB, yang artinya tidak sehat.

Selain itu, kemacetan masih mendera setiap pada hari kerja di Jakarta. Target memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum belum berhasil.

Menurut Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno, sejumlah kebijakan untuk mengurai kemacetan masih terus menghadapi kendala.

"Beberapa solusi yang diterapkan belum efektif. Kebijakan three in one, ganjil genap tidak memberikan solusi yang mujarab," ucap Djoko kepada Kompas.com, dikutip Kamis (22/6/2023).

"Kebijakan jalan berbayar (electronic road pricing/ERP) mendekati di tahun politik tertunda. Khawatir tidak terpilih karena kebijakan tidak memihak calon pemilihnya," ucap Djoko.

Di balik kemegahan Ibu Kota, tak semua warganya hidup layak dan nyaman. Meski tak nyaman, mereka bertahan di bawah kehidupan jalanan.

Salah satunya, seratusan warga memilih tinggal di kolong Jalan Tol Cawang-Tomang-Pluit Kilometer 17, Jelambar Baru, Jakarta Barat, akibat kesulitan ekonomi.

Sejumlah wilayah juga menjadi titik merah rawan tawuran. Mirisnya, pecahnya tawuran di sudut Ibu Kota tak sedikit dikaitkan dengan pengalihan transaksi narkoba yang berlangsung diam-diam.

Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rakhmat Hidayat, berujar ada hubungan yang tak dapat dipisahkan dari fenomena tawuran dengan transaksi narkoba. Di beberapa titik, kata dia, jaringan ini sudah mengakar di tengah masyarakat.

"Jaringan ini kuat dan sudah mengakar di level masyarakat akar rumput dan berkaitan dengan isu ekonomi. Mereka melihat narkoba sebagai satu area untuk memenuhi kebutuhan mereka," ucap dia, Jumat (2/6/2023).

Sosok pemimpin berani dan mengayomi

Masih kacaunya sederet masalah Jakarta yang belum terselesaikan, pakar kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menilai Jakarta membutuhkan pemimpin yang berkarakter dan punya keberanian untuk melakukan gebrakan.

Melihat situasi Jakarta saat ini, Trubus menilai Jakarta perlu dipimpin oleh sosok gubernur seperti Ali Sadikin yang berani. Saat itu, ia melegalkan perjudian dan prostitusi demi kebaikan bersama, yaitu dari sisi ekonomi.

Selain itu, kata dia, Jakarta juga perlu dipimpin oleh sosok seperti Sutiyoso. Menurut Trubus, Sutiyoso berani menginisiasi Transjakarta sebagai transportasi publik.

Di sisi lain, Trubus menilai sosok pemimpin seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok juga dibutuhkan karena keberaniannya untuk menyokong perubahan Jakarta.

"Jadi Jakarta butuh pemimpin yang berani, berkarakter, dan kuat dalam hal berprinsip. Itu yang dibutuhkan masyarakat," ucap Trubus kepada Kompas.com, Rabu (21/6/2023).

Di samping itu, Trubus berpandangan pemimpin Jakarta juga harus bisa mengayomi masyarakat bawah. Terlebih, kata dia, Jakarta memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang cukup tinggi.

Trubus menambahkan, pemimpin Jakarta juga harus mampu menangani soal urbanisasi yang masih terus terjadi. Seharusnya, kata dia, Jakarta bekerja sama dengan wilayah asal pendatang.

"Harusnya gubernur berani untuk begitu. Kan bisa didata orang lain datang ke Jakarta dari mana saja, misalnya. Itu kan butuh keberanian," ucap Trubus.

Mendambakan pemimpin visioner

Selain mampu menangani persoalan Jakarta, pengamat tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, menilai Jakarta perlu pemimpin visioner.

"Yang menjadikan Jakarta sebagai kota global, hub perdagangan jasa internasional," ucap Yayat kepada Kompas.com, Rabu.

Di sisi lain, kata Yayat, Jakarta membutuhkan pemimpin yang mampu menjadikan kota semakin manusiawi dengan standar pelayanan internasional, serta kota dengan banyak destinasi wisata dan budaya.

Kendati demikian, Yayat mengatakan, pemimpin Jakarta juga harus benar-benar memahami apa yang membuat warganya semakin sehat dan bahagia.

"Kualitas udara semakin bersih, polusi berkurang, macet berkurang, dan transportasi terintegrasi dengana permukiman," ucap Yayat.

Untuk itu, kata Yayat, Jakarta harus menjadi kota yang guyub, kompak, memiliki sinergi yang semakin kuat, dan bebas konflik sosial.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/22/06333931/tidak-ada-kado-istimewa-di-hut-ke-496-dki-jakarta

Terkini Lainnya

Kasus Dugaan Penggelapan Uang oleh Suami BCL Tiko Aryawardhana Naik ke Penyidikan

Kasus Dugaan Penggelapan Uang oleh Suami BCL Tiko Aryawardhana Naik ke Penyidikan

Megapolitan
Korban Diduga Keracunan Makanan di Cipaku Bogor Mengeluh Nyeri Lambung, Diare hingga Demam

Korban Diduga Keracunan Makanan di Cipaku Bogor Mengeluh Nyeri Lambung, Diare hingga Demam

Megapolitan
UPTD PPA Tangsel Periksa Kondisi Balita yang Dicabuli Ibu Kandungnya

UPTD PPA Tangsel Periksa Kondisi Balita yang Dicabuli Ibu Kandungnya

Megapolitan
Balita Korban Pencabulan Ibu Kandung di Tangsel Dibawa ke Rumah Aman UPTD PPA

Balita Korban Pencabulan Ibu Kandung di Tangsel Dibawa ke Rumah Aman UPTD PPA

Megapolitan
Tiga Periode di DPRD, Mujiyono Didorong Demokrat Maju Pilkada DKI Jakarta 2024

Tiga Periode di DPRD, Mujiyono Didorong Demokrat Maju Pilkada DKI Jakarta 2024

Megapolitan
Tetangga Sebut Ayah dari Ibu yang Cabuli Anaknya di Tangsel Ikut Menghilang

Tetangga Sebut Ayah dari Ibu yang Cabuli Anaknya di Tangsel Ikut Menghilang

Megapolitan
Semrawutnya Kabel di Jalan Raya Semplak Bogor Dikhawatirkan Memakan Korban

Semrawutnya Kabel di Jalan Raya Semplak Bogor Dikhawatirkan Memakan Korban

Megapolitan
Dinkes Bogor Ambil Sampel Makanan dan Feses untuk Cari Tahu Penyebab Warga Keracunan

Dinkes Bogor Ambil Sampel Makanan dan Feses untuk Cari Tahu Penyebab Warga Keracunan

Megapolitan
Hasto Klaim Pernyataannya Jadi Landasan Hakim MK Nyatakan 'Dissenting Opinion' Putusan Pilpres 2024

Hasto Klaim Pernyataannya Jadi Landasan Hakim MK Nyatakan "Dissenting Opinion" Putusan Pilpres 2024

Megapolitan
Warga Diduga Keracunan Makanan Haul di Bogor Bertambah Jadi 93 Orang, 24 Korban Masih Dirawat

Warga Diduga Keracunan Makanan Haul di Bogor Bertambah Jadi 93 Orang, 24 Korban Masih Dirawat

Megapolitan
Suami BCL Tiko Aryawardhana Dilaporkan Mantan Istri, Diduga Gelapkan Uang Rp 6,9 Miliar

Suami BCL Tiko Aryawardhana Dilaporkan Mantan Istri, Diduga Gelapkan Uang Rp 6,9 Miliar

Megapolitan
Dilaporkan Terkait Pernyataannya di Media, Hasto Akan Konsultasi dengan Dewan Pers

Dilaporkan Terkait Pernyataannya di Media, Hasto Akan Konsultasi dengan Dewan Pers

Megapolitan
Kasus Ibu di Tangsel Cabuli Anak, Keluarga Suami Sempat Adu Jotos dengan Kakak Pelaku

Kasus Ibu di Tangsel Cabuli Anak, Keluarga Suami Sempat Adu Jotos dengan Kakak Pelaku

Megapolitan
Kasus DBD di Jaktim Paling Banyak di Kecamatan Pasar Rebo

Kasus DBD di Jaktim Paling Banyak di Kecamatan Pasar Rebo

Megapolitan
Korban Dugaan Keracunan Massal di Bogor Terus Bertambah, Pemkot Tetapkan Status KLB

Korban Dugaan Keracunan Massal di Bogor Terus Bertambah, Pemkot Tetapkan Status KLB

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke