JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi penyandang disabilitas bukan alasan untuk menyerah. Semangat itu lah yang dipegang Achmad Budi Santoso (33).
Kehilangan satu kakinya pada usia tujuh tahun tak lantas membuat Budi kalah dengan kerasnya kehidupan.
Budi kecil menerima kenyataan bahwa ia harus hidup dengan satu kaki.
Kini, berkat buah perjuangannya, Budi bisa meraih mimpi jadi aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Setiap hari, ia berangkat dan pulang kerja dengan bersepeda dan menumpang kereta rel listrik (KRL).
Awal mula jadi penyandang disabilitas
Dalam wawancara dengan Kompas.com, pertengahan Agustus 2023 lalu, Budi menceritakan bagaimana kecelakaan semasa kecil telah mengubah hidupnya.
"Saya menjadi penyandang disabilitas dari umur tujuh tahun itu karena saya kecelakaan kereta lori pengangkut tebu di Sidoarjo," kata dia.
Kala itu, Budi kecil yang tinggal di Sidoarjo, Jawa Tengah, sedang bermain dengan teman-teman sebayanya.
Namun, justru celaka lah yang menghampiri. Kereta pengangkut yang lewat malah menggilas kaki Budi.
"Kondisinya habis hujan, licin sehingga saya terpeleset masuk ke roda atau relnya itu dan terlindas sama kereta lori itu," kenang dia.
Budi pun dibawa ke rumah sakit dan kaki kanannya harus diamputasi akibat peristiwa naas itu.
"Waktu itu masih ingat ya, kaki saya itu berdarah semua, kemudian saya melihat ada daging yang panjang dan saya udah pasrah memang 'kayaknya kaki saya enggak bisa diselamatkan'. Akhirnya waktu itu diamputasi kaki sebelah kanan saya," kata dia.
Usai kecelakaan itu, ia sempat terpuruk karena harus hidup dengan satu kaki. Namun, berkat dukungan orangtua dan lingkungan sekitar, ia akhirnya segera bangkit.
"Saya bersyukur meskipun saya kecelakaan, tapi masih bisa hidup, masih ada kaki sebelah yang bisa membantu saya," ucap Budi.
Jatuh bangun Budi sebelum jadi ASN
Meski hanya memiliki satu kaki, Budi tetap semangat menjalani kesehariannya.
Usai lulus kuliah, ia mencoba pekerjaan apa saja agar bisa mendapat penghasilan.
Bahkan, sebelum menjadi ASN, ia pernah bergabung sebagai atlet disabilitas untuk cabang olahraga atletik lari.
"Sebelum jadi ASN saya bekerja serabutan. Saya pernah meniti karir di atlet disabilitas profesional waktu itu di Surabaya. Tapi (berhenti) karena mungkin dukungan dan saya juga kurang menekuninya. Saya jadi atletik lomba lari. Tapi enggak sampai saya geluti jadi profesi saya," ujar Budi.
Tak hanya itu, Budi juga pernah kerja di sebuah perusahaan tabloid di Sidoarjo, hingga akhirnya keluar lantaran minimnya penghasilan.
"Saya juga pernah bekerja di perusahaan pembuat majalah tapi kecil-kecilan waktu itu di Sidoarjo. Mungkin karena hasil yang saya dapat menurut orangtua saya kurang akhirnya saya disuruh keluar," ujar dia lagi.
Sampai akhirnya jalan hidup menuntun Budi untuk melamar menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.
"Tiba-tiba ada info lowongan tes CPNS khusus penyandang disabilitas terus saya daftar dan akhirnya keterima," kata dia.
Masa tes CPNS pun tidak lepas dari dukungan sang istri yang setia menemani Budi.
Setelah lolos sebagai ASN di Kemenko PMK tahun 2015 silam, Budi pun menggeluti profesinya itu hingga kini.
Setiap hari, ia akan berangkat dari rumahnya di Kranji Bekasi, menuju kantor di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat dengan mengendarai sepedanya menuju stasiun.
"Saya bekerja naik sepeda ya dari rumah di Bekasi ke Stasiun Kranji. Kemudian sepeda saya, saya masukkan ke kereta, saya naik kereta ke Jakarta kemudian turun di Tanah Abang. Setelah turun di Tanah Abang saya naik sepeda lagi sampai ke kantor di Medan Merdeka Barat," tutur dia.
Sungguh, perjalanan panjang yang dilalui Budi adalah buah manis dari perjuangannya yang begitu menginspirasi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/09/08/11492161/kisah-achmad-budi-santoso-asn-disabilitas-berkaki-satu-yang-rajin