Itulah sebabnya, tak semua permintaan pelanggan untuk penambahan rute tertentu diwujudkan atau direalisasikan.
“Karena sebenarnya kami mendidik mereka untuk transit. Contohnya halte CSW, itu halte kami buat untuk membiasakan orang transit,” papar Daud saat diwawancarai, Minggu (10/9/2023).
Halte CSW yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu memang menjadi ‘pintu’ untuk berbagai daerah di Jakarta Selatan. David mengungkapkan, CSW menjadi tempat mendidik masyarakat untuk mau transit.
“Yang lewat Halte CSW kan banyak sekali. Ke Rempoa, ke Pesanggrahan, ke Ciputat, lalu ke Ciledug,” tutur dia.
Menurut David, ada tiga budaya transportasi internasional yang belum sepenuhnya melekat di masyarakat Indonesia. Yakni, budaya antre, berdiri, dan transit.
Dia berpendapat, budaya antre telah terbentuk di lingkup halte Transjakarta. Sebab, penumpang tak saling rebutan dan tertib menunggu bus datang.
Namun, tidak untuk budaya berdiri dan transit.
Daud mencontohkan antrean panjang di Halte Transit CSW, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Jumat (8/9/2023) sore.
Antrean penumpang cukup membludak sehingga koridor padat. Namun, saat masuk ke dalam bus, masih banyak ruang kosong bagi penumpang untuk berdiri.
“Setelah saya periksa, (antrean) membludak di CSW itu orang-orang yang ingin duduk. Coba saja lihat di CSW, orang-orang enggak naik (ke bus). Karena busnya penuh atau karena enggak ada tempat duduk?” tutur dia.
Meski begitu, Daud mengungkapkan, syarat agar masyarakat mau transit adalah kondisi halte yang nyaman.
“Memang, syaratnya harus ada tempat transit yang aman. CSW menurut saya sudah cukup aman,” imbuh Daud.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/09/10/19574381/enggan-tambah-rute-pt-transjakarta-mendidik-penumpang-untuk-transit