Menurut Effendi, hal tersebut disebabkan karena kemarau panjang yang tengah melanda Pulau Jawa. Akibatnya harga beras pun melambung.
"Bukan melambung tinggi lagi, orang enggak ada. Kalau barangnya ada dan stoknya banyak, pasti enggak melambung. Kenapa bisa naik barangnya?" tutur Effendi saat berbincang dengan Kompas.com di Pasar Koja Baru, Jakarta Utara, Rabu (18/10/2023).
"Sekarang begini, kalau di daerah langka, musim kemarau panjang, gagal panen, bagaimana bisa produksi? Penggiling juga tutup. Mau giling apa kalau padinya tidak ada?" lanjutnya.
Akibat kelangkaan ini, Effendi mengungkapkan bahwa harga beras di Pasar Koja Baru melonjak drastis.
Selisih harga terbilang fantastis, yakni mencapai ratusan ribu.
“Rp 675.000 (untuk sekarung beras seberat 50 kilogram, biasanya Rp 550.000,” ucap Effendi.
Berbicara dengan menggebu-gebu, Effendi memprediksi kenaikan harga beras ini masih akan berlangsung lama.
"Masih lambung, masih panjang. 6 bulan lagilah. Sekarang (petani) gagal panen, air enggak ada, lalu datang hujan. Memangnya langsung panen? Kan bibit dulu, itu harus satu bulan sampai dua bulan, baru menanam," imbuh dia.
"Nanti giliran mau nanam, banjir, habis lagi. Masih lama, produksinya masih lama," ucap Effendi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/10/18/21284461/akibat-kemarau-panjang-pedagang-di-pasar-koja-sebut-beras-langka-dan