Salin Artikel

Pengakuan Mahasiswa yang Bagikan Selebaran di Depan Kampus UIN: Tolak Politik Dinasti dan Punya Sejarah Kelam

JAKARTA, KOMPAS.com - Gabungan mahasiswa Jakarta mengajak masyarakat untuk tidak memilih calon yang terlibat dalam politik dinasti dalam Pemilihan Presiden 2024.

Hal itu mereka sampaikan dalam sebuah selebaran yang dibagikan di depan Gedung kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang, Kamis (11/1/2024).

"Kami menolak dan mengajak masyarakat pengguna jalan yang melintas untuk tidak memilih orang yang terlibat dalam politik dinasti," kata Glamora perwakilan salah satu mahasiswa kepada Kompas.com, Kamis.

Mereka juga menolak calon pemimpin yang memiliki sejarah masa lalu yang kelam, salah satunya yang berkaitan dengan penculikan aktivis.

Digelar juga di kampus lain

Glamora menyebutkan, aksi serupa juga dilakukan di banyak daerah dan kota. Sampai hari ini, dia mengeklaim lebih kurang ada 800 kampus di 35 provinsi di Indonesia.

“Teknisnya memang beda-beda, ada yang skalanya besar, ada yang skalanya kecil," kata dia.

"Tetapi, memang kami pusatkan di UIN Jakarta karena kami yang menginisiasi dan mengonsolidasikan teman-teman kampus, aktivis, dan mahasiswa di berbagai kampus,” ucap Glamora.

Dalam selebaran poster yang dibagikan itu, terdapat data-data dan fakta-fakta sejarah yang dikumpulkan dari beberapa media.

Mahasiswa juga meminta kepada Jokowi, Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI (Tentara Nasional Indonesia)- Kepolisian RI (Polri)untuk netral menjelang pemilu.

“Jangan sampai kami menemukan kecurangan dan ada keberpihakan aparat penggunaan insfastruktur negara untuk memenangkan paslon tersebut," ujar dia.

"Karena kami melihat hari ini pengerahan lembaga negara itu sangat nyata, sangat terlihat,” ungkap Glamora melanjutkan.

Tanpa sponsor

Glamora mengatakan, aksi ini tidak didanai pihak mana pun. Ia berujar, dana yang digunakan berasal dari patungan mahasiswa dan beberapa alumni di kampus.

“Tentu saja ini tidak mungkin dibiayai oleh satu pihak. Kami memang sejak satu bulan lalu melakukan konsolidasi dan alhamdulillah banyak yang patungan," kata Glamora, Kamis (11/1/2024).

"Pertama, senior-senior yang memang memiliki spirit yang sama, terutama yang dulu merasakan pahit getirnya dipimpin oleh Orde Baru dan mereka tidak ingin generasi berikutnya mengalami hal serupa," imbuh dia.

Selebaran tersebut dibagikan sejak pukul 09.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Selain membagikan selebaran, Glamora mengungkapkan, mahasiswa juga akan melakukan aksi yang lebih besar.

“Kami sedang menyiapkan, setelah ini lebih besar dari ini. Kami akan pusatkan di satu titik,” ungkap Glamora.

Diketahui, nantinya akan ada aksi serupa yang lebih besar dan akan dipusatkan di satu titik.

Aksi pembagian poster ini termasuk dari salah satu rangkaian penolakan adanya politik dinasti di Indonesia, yang sebelumnya pernah dilakukan pada aksi penolakan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) meloloskan batas minimum cawapres.

Kurang lebih ada 800 kampus yang dikonsuladasikan, di Jakarta sendiri ada 37 kampus yang bergerak untuk menggagalkan agenda politik dinasti di Indonesia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/11/14150131/pengakuan-mahasiswa-yang-bagikan-selebaran-di-depan-kampus-uin-tolak

Terkini Lainnya

Minta Bantuan Otto Hasibuan, Keluarga Terpidana Pembunuhan Vina Tuntut Keadilan

Minta Bantuan Otto Hasibuan, Keluarga Terpidana Pembunuhan Vina Tuntut Keadilan

Megapolitan
Kurir Narkoba di Depok Samarkan 73 Kg Ganja dengan Ikan Asin

Kurir Narkoba di Depok Samarkan 73 Kg Ganja dengan Ikan Asin

Megapolitan
Cerita Keluarga Korban Kebakaran Hotel di Alam Sutera, Terima Kabar Setelah Korban Meninggal

Cerita Keluarga Korban Kebakaran Hotel di Alam Sutera, Terima Kabar Setelah Korban Meninggal

Megapolitan
Ketua RT di Kemayoran Disebut Ketahuan Adik Korban Saat Cabuli 2 Remaja

Ketua RT di Kemayoran Disebut Ketahuan Adik Korban Saat Cabuli 2 Remaja

Megapolitan
Ketua RT yang Cabuli 2 Remaja di Kemayoran Tinggal Serumah dengan Korban

Ketua RT yang Cabuli 2 Remaja di Kemayoran Tinggal Serumah dengan Korban

Megapolitan
Hari Media Sosial, Fahira Idris: Medsos Bawa Peluang Besar bagi Pelaku Industri Kreatif

Hari Media Sosial, Fahira Idris: Medsos Bawa Peluang Besar bagi Pelaku Industri Kreatif

Megapolitan
Polisi: Pelaku Hipnotis di Lampu Merah Pancoran Mengaku Sebagai ‘Ustaz’ Sakti

Polisi: Pelaku Hipnotis di Lampu Merah Pancoran Mengaku Sebagai ‘Ustaz’ Sakti

Megapolitan
Paman dan Kakek yang Diduga Cabuli 2 Anak di Depok Sempat Ditangkap, tetapi Dilepas Lagi

Paman dan Kakek yang Diduga Cabuli 2 Anak di Depok Sempat Ditangkap, tetapi Dilepas Lagi

Megapolitan
Kondisi Hotel di Alam Sutera Usai Kebakaran yang Tewaskan 3 Orang

Kondisi Hotel di Alam Sutera Usai Kebakaran yang Tewaskan 3 Orang

Megapolitan
Seorang Perempuan Jadi Korban Hipnotis di Lampu Merah Pancoran

Seorang Perempuan Jadi Korban Hipnotis di Lampu Merah Pancoran

Megapolitan
Warung di Depok Bagikan Makan Siang Gratis, Jadi Tempat Kumpul Ojol hingga Orang Tua

Warung di Depok Bagikan Makan Siang Gratis, Jadi Tempat Kumpul Ojol hingga Orang Tua

Megapolitan
Sopir Kurang Konsentrasi, Truk Trailer Bermuatan Peti Kemas Terbalik di Pluit

Sopir Kurang Konsentrasi, Truk Trailer Bermuatan Peti Kemas Terbalik di Pluit

Megapolitan
Sudah Hilang 6 Hari, Remaja Putri di Bogor Terakhir Pamit ke Kebun Raya

Sudah Hilang 6 Hari, Remaja Putri di Bogor Terakhir Pamit ke Kebun Raya

Megapolitan
2 Anaknya Dicabuli, Ibu di Depok Laporkan Adik dan Ayah

2 Anaknya Dicabuli, Ibu di Depok Laporkan Adik dan Ayah

Megapolitan
Disdik DKI Nonaktifkan Sementara Kepsek SMAN 65

Disdik DKI Nonaktifkan Sementara Kepsek SMAN 65

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke