Salin Artikel

17 Tahun Aksi Kamisan, Berjuang Menuntut Keadilan sampai Akhir Hayat...

Aksi Kamisan menjadi wadah bagi korban dan keluarga korban kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lalu untuk menuntut keadilan dari negara. Sebab, selama puluhan tahun, kasus ini dibiarkan tanpa penyelesaian secara yudisial.

Gagasan soal Aksi Kamisan dicetuskan oleh ibunda Bernardinus Realino Norma Irmawan alias Wawan, Maria Katarina Sumarsih (71), dan istri pejuang HAM Munir Said Thalib, Suciwati (55).

Untuk diketahui, Wawan yang merupakan mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya menjadi salah satu korban penembakan dalam Tragedi Semanggi I pada 11-13 November 1998.

Sementara itu, Munir meninggal setelah diracun di udara dalam perjalanan menuju Belanda pada September 2004.

Dalam rapat JSKK, Sumarsih mengusulkan payung sebagai simbol yang digunakan saat aksi.

Kemudian, Suciwati memberikan ide pakaian peserta aksi serba hitam, sebagai lambang keteguhan dalam mencintai manusia.

Aksi Kamisan terinspirasi dari ibu-ibu Plaza de Mayo yang melakukan aksi damai untuk memprotes penghilangan dan pembunuhan anak-anak mereka oleh Junta Militer Argentina.

Seperti halnya ibu-ibu Plaza de Mayo, Sumarsih dan JSKK menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, yang dianggap sebagai simbol kekuasaan.

Diam dan tutup mata

Korban dan keluarga korban serta pegiat HAM berkumpul di seberang Istana Negara pada hari peringatan 17 tahun Aksi Kamisan, Kamis (18/1/2024).

Mereka berdiri dan berbaris secara teratur menghadap tempat kerja orang nomor satu di Indonesia, yakni Presiden Joko Widodo.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, mereka mengenakan pakaian serba hitam serta dilengkapi payung warna serupa. Di payung tersebut tertulis sejumlah pelanggaran HAM berat yang sampai saat ini “dicuekkan” negara.

Di depan mereka terdapat sejumlah foto korban berwarna hitam putih yang ditempelkan di atas kain hitam.

Beberapa di antaranya adalah korban penculikan di Aceh Zainal Abidin, korban peristiwa Talangsari Azwar Kaili, korban peristiwa Jamboe Keupok Mukminin, korban peristiwa 65/66 Supradi.

Sama seperti Aksi Kamisan yang sudah-sudah, mereka hanya diam tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Mereka juga menutup mata memakai kain berwarna hitam.

Itu merupakan aksi simbolik bahwa negara bungkam dan seolah-olah tutup mata dengan kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang belum terselesaikan hingga sekarang.

Merasa dikhianati

Setiap lima tahun sekali, korban dan keluarga korban selalu dijanjikan soal penegakan kasus HAM berat.

Namun, mereka dikhianati dan dijadikan sebagai “kendaraan” untuk mengumpulkan suara dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres).

“Kami tetap ada (di Aksi Kamisan), (kami) selalu dikhianati, kami hanya "dipakai" (untuk mendulang suara), selalu. Itu yang dilakukan oleh siapa pun capresnya, kemudian jadi presiden, kemudian mengkhianati janji-janji mereka sendiri,” ujar Suciwati.

Rasa kecewa terhadap Presiden Joko Widodo alias Jokowi juga diutarakan Nurhayati (58), anak Bachtiar Johan yang merupakan korban Tragedi Tanjung Priok 1984.

“Saya juga menuntut untuk Bapak Presiden Jokowi yang kemarin mengatakan akan menyelesaikan semua kasus, ternyata tidak sama sekali,” kata Nurhayati.

Tak pernah bosan karena cinta

Meski belum membuahkan hasil, mereka tidak pernah bosan untuk datang ke seberang Istana Negara setiap Kamis dan menggelar Aksi Kamisan.

Sebab, ada rasa cinta begitu dalam untuk menguatkan satu sama lain.

“Karena cinta. Saya cinta Wawan, dan ketika saya mencintai Wawan, Wawan juga cinta saya. Tetapi, dukacita saya sekarang telah bertransformasi pada cinta terhadap sesama,” kata Sumarsih.

“Artinya, yang saya perjuangkan tidak hanya menuntut pertanggungjawaban bagi Wawan dan kawan-kawan, tetapi juga memperjuangkan untuk kasus-kasus pelanggaran HAM berat lainnya,” lanjut dia.

Sumarsih juga senang karena anak muda silih berganti mengikuti Aksi Kamisan, bahkan jumlahnya berlipat ganda.

Ia juga senang, gerakan ini menginspirasi berbagai generasi di berbagai daerah untuk kritis terhadap pemerintah.

“Kalau saya sudah meninggal, perjuangan ini akan banyak yang meneruskan,” tutur Sumarsih.

Berjuang sampai akhir hayat

Sumarsih tidak mengetahui pasti sampai kapan Aksi Kamisan akan terus digelar.

Hanya saja, ia memastikan, selama keadilan terhadap korban belum ditegakkan dan Sumarsih masih diberi kesehatan di usianya yang sudah senja, Aksi Kamisan akan tetap ada.

“Sepanjang Tuhan masih menganugerahi nyawa dan kesehatan, saya akan terus melakukan sesuatu, entah berupa apa saja, termasuk Aksi Kamisan untuk melanjutkan perjuangan Wawan dan kawan-kawan yang belum selesai. Iya (sampai akhir hayat),” ujar Sumarsih.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/19/06551511/17-tahun-aksi-kamisan-berjuang-menuntut-keadilan-sampai-akhir-hayat

Terkini Lainnya

Soal Isu Kaesang Maju Pilkada DKI, Pengamat : Modal Politiknya Campur Tangan Kekuasaan

Soal Isu Kaesang Maju Pilkada DKI, Pengamat : Modal Politiknya Campur Tangan Kekuasaan

Megapolitan
KASN Sebut Supian Suri Sudah Lakukan Pendekatan Politik Sebelum Masa Cuti Berlaku

KASN Sebut Supian Suri Sudah Lakukan Pendekatan Politik Sebelum Masa Cuti Berlaku

Megapolitan
Amarah Pria di Jakbar, Pukul Ayah Tiri yang Memaki Istrinya Berujung Ditangkap Polisi

Amarah Pria di Jakbar, Pukul Ayah Tiri yang Memaki Istrinya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
PAM Jaya Langsung Cek Rumah Warga Koja yang Keluhkan Airnya Asin dan Berminyak

PAM Jaya Langsung Cek Rumah Warga Koja yang Keluhkan Airnya Asin dan Berminyak

Megapolitan
Air di Koja Asin dan Berminyak, Dirut PAM Jaya Duga Ada Kebocoran Pipa

Air di Koja Asin dan Berminyak, Dirut PAM Jaya Duga Ada Kebocoran Pipa

Megapolitan
Soal Pilkada Jakarta, PSI Masih Tunggu Keputusan Kaesang dan Sikap Politik KIM

Soal Pilkada Jakarta, PSI Masih Tunggu Keputusan Kaesang dan Sikap Politik KIM

Megapolitan
Soal Isu Maju Pilkada DKI, PSI: Kaesang Sibuk Urus Persiapan Pemilihan di Berbagai Daerah

Soal Isu Maju Pilkada DKI, PSI: Kaesang Sibuk Urus Persiapan Pemilihan di Berbagai Daerah

Megapolitan
Beredar Poster Budi Djiwandono-Kaesang, PSI: Masyarakat Berharap Lahir Pemimpin Muda

Beredar Poster Budi Djiwandono-Kaesang, PSI: Masyarakat Berharap Lahir Pemimpin Muda

Megapolitan
Warga Keluhkan Minimnya Trotoar di Jaktim, Singgung Kawasan Cikini

Warga Keluhkan Minimnya Trotoar di Jaktim, Singgung Kawasan Cikini

Megapolitan
Istrinya Dimaki, Pemuda di Kebon Jeruk Pukuli Ayah Tiri

Istrinya Dimaki, Pemuda di Kebon Jeruk Pukuli Ayah Tiri

Megapolitan
Dilema Warga Koja Kesulitan Air Bersih, PAM Masih Bermasalah

Dilema Warga Koja Kesulitan Air Bersih, PAM Masih Bermasalah

Megapolitan
Jalan Terjal Supian Suri Maju Pilkada Depok Saat Berstatus ASN, Dua Kali Dilaporkan ke KASN

Jalan Terjal Supian Suri Maju Pilkada Depok Saat Berstatus ASN, Dua Kali Dilaporkan ke KASN

Megapolitan
Detik-detik Menegangkan Jatuhnya Besi Ribar di Lintasan MRT: Muncul Percikan Api, Penumpang Panik

Detik-detik Menegangkan Jatuhnya Besi Ribar di Lintasan MRT: Muncul Percikan Api, Penumpang Panik

Megapolitan
Warganya Terganggu, Ketua RW di Cilincing Usir Paksa 'Debt Collector' yang Mangkal di Wilayahnya

Warganya Terganggu, Ketua RW di Cilincing Usir Paksa "Debt Collector" yang Mangkal di Wilayahnya

Megapolitan
Jatuhnya Besi Ribar di Jalur MRT, Timbulkan Dentuman Keras dan Percikan Api Berujung Penghentian Operasional MRT

Jatuhnya Besi Ribar di Jalur MRT, Timbulkan Dentuman Keras dan Percikan Api Berujung Penghentian Operasional MRT

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke