Selain hobi motret, dia merasa pekerjaannya adalah bagian dari tuntutannya sebagai seorang kepala rumah tangga.
"Mau enggak mau mungkin ini jalan hidupnya. Sebelum senang (motret) juga latar pendidikan gitu-gitu enggak ada," ujar Faisal saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (11/4/2024).
Faisal menceritakan, dia memulai pekerjaannya sebagai tukang motret saat umurnya 30-an.
Saat itu, dia membeli kamera second yang menjadi andalannya hingga sekarang, yakni Nikon D3000.
"Kamera buat kami (tukang jasa foto) enggak penting harganya. Semuanya tergantung yang pakai," ujar ayah dari dua anak itu.
Sayangnya, tak sekali dua kali Faisal malah diremehkan oleh pengunjung saat menawarkan jasanya.
"Mereka bilang, lihat nih, iPhone 15," ujar Faisal mencontohkan salah satu perkataan pengunjung padanya.
"Ada juga yang ditawarkan foto, malah bilang, 'ini kamera saya Rp 20 juta'. (Saya) Serendah-rendah direndahkannya," katanya lagi.
"Disamping saya kebal, saya menyadari, oh, dia orang kaya baru. Enggak punya etika atau attitude," ujarnya.
Faisal lantas mengatakan, dia akan menawarkan jasanya kepada pengunjung Monas dari buka sampai tutup.
Biasanya, Faisal bisa membawa pulang Rp 200.000-300.000 per hari.
"Menurut saya, pekerjaan ini lahan ibadah. Menyenangkan orang (lewat hasil foto) kan ibadah," katanya sambil tersenyum.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/04/11/21390641/cerita-faisal-jadi-tukang-foto-di-monas-kewajiban-sekaligus-hobi