Keputusannya membawa bekal ini hitung-hitung manghabiskan sisa makanan saat Hari Raya Idul Fitri.
“Paling, ya kita bawa bekal dari rumah, yang ada di rumah saja kita bawa. Biasanya enggak pernah bawa. Nah, ini sekarang pada tutup, ya bawa saja,” ungkap Ismail saat berbincang dengan Kompas.com di pinggir Jalan Salemba Tengah, Paseban, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4/2024).
Namun, setelah bekalnya habis dan kembali merasakan lapar karena bekerja sampai malam, Ismail mau tidak mau harus tetap membeli nasi bungkus.
“Sebenarnya ada saja yang buka (warung nasi), tapi ya jaraknya agak jauh. Paling dua atau tiga kilometer. Atau saat selesai antar, di jalan, ya seketemunya saja,” ucap Ismail.
Pengalaman serupa juga dirasakan oleh warga Paseban yang akrab disapa Tohir (34).
Setelah banyak warteg di dekat kontrakannya tutup, dia terkadang harus mengeluarkan uang lebih untuk memesan makanan melalui ojol.
“Ya, namanya orang kan kadang ada magernya juga. Sesekali pesan dari Gojek. Kalau mau cari sebenarnya ada, naik motor, ke Simpang Lima Senen, di sana banyak makanan Minang,” ujar Tohir.
Namun, Tohir lebih memilih memesan makanan melalui ojol dibandingkan harus berkendara dengan jarak yang cukup jauh.
“Kalau malam lapar, ya paling beli mi instan di warung Madura,” kata Tohir.
Kompas.com menyusuri jalan-jalan yang ada di wilayah Paseban, Senen, Jakarta Pusat,
Ada lima warung nasi tutup yang didominasi warteg. Meski begitu, ada dua warteg yang masih buka di dekat Stasiun Kramat, Jakarta Pusat.
Sabtu sore, memang jalan di kawasan Paseban sepi pengguna jalan.
Pemandangan ini sangat berbeda dari hari biasa karena Paseban termasuk kawasan yang padat aktivitas, apalagi saat sore hari.
Bukan hanya warteg, sejumlah pedagang makanan kaki lima juga tampak tidak buka.
Kebanyakan, warung nasi padang yang masih buka di saat momen Lebaran ini. Namun, tentu saja harganya jauh lebih mahal.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/04/13/22315301/nasib-warga-jakarta-tak-pulang-kampung-saat-lebaran-sulit-cari-warung