Putu tewas usai dirinya diduga dianiaya oleh seniornya pada Jumat (3/5/2024) pagi.
"Ada dugaan akibat kekerasan yang dilakukan oleh oknum senior tingkat dua dalam kegiatan tadi pagi," kata Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jakarta Utara, Komisaris Besar (Kombes) Gidion Arif Setyawan, saat dikonfirmasi Jumat (3/5/2024).
Kronologi
Kejadian nahas itu berawal saat korban mengajak empat orang temannya memeriksa ruang kelas untuk membubarkan kegiatan jalan santai.
Setelah itu, Putu bersama keempat temannya turun ke lantai 2.
"Kemudian, mereka dipanggil sama senior tingkat dua yang bernama T (21) dan teman temannya. Kemudian, T bertanya siapa yang menyuruh mereka pakai baju olahraga ke gedung pendidikan lantai 3 masuk ke kelas-kelas?" kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, Ipda Suprobo, Jumat.
Setelah itu, T mengajak Putu bersama keempat temannya ke kamar mandi koridor kelas KALK C yang berada di lantai 2.
"Kemudian, mereka berlima disuruh baris paling pertama korban (Putu), kedua Angga ketiga Dicky, keempat Jeremy, kelima Reski," sambung Suprobo.
Karena Putu berada di paling depan barisan, ia paling dulu kena pukul T.
Setelah itu, keempat teman Putu yang menyaksikan kejadian tersebut disuruh meninggalkan kamar mandi.
Usai kejadian itu, Putu langsung dibawa ke klinik yang ada di sekolahnya.
Namun, saat dibawa dan dilakukan pemeriksaan, nadi Putu sudah tidak lagi berdetak. Ia dinyatakan meninggal pukul 15.00 WIB.
"Karena pada saat diperiksa di klinik setempat, sudah dalam kondisi tidak ada nadinya. Ini sebagai tanda hilangnya nyawa," ujar Gidion.
Polisi pun membawa jenazah Putu ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk melakukan visum guna penyelidikan lebih lanjut.
Dipukul 5 kali di ulu hati
Suprobo mengungkapkan, ulu hati Putu dipukul sebanyak lima kali oleh T sebelum ia tewas.
"Korban dipukul dengan tangan mengepal oleh pelaku berinisial T sebanyak lima kali ke arah ulu hati," ujar Suprobo.
Usai dipukul, Putu langsung lemas dan terkapar, berujung meninggal dunia sesaat sebelum dibawa ke klinik.
Ada luka lebam di ulu hati
Gidion mengungkapkan, terdapat luka lebam di sekitar ulu hati jenazah P.
"Ada luka lebam bekas kekerasan di bagian sekitar ulu hati. Bukan benda tumpul tapi luka tumpul," ungkap Gidion.
Meski terlihat ada bekas luka lebam pada ulu hati korban, Gidion belum bisa memastikan penyebab kematian Putu secara gamblang.
Pasalnya proses visum terhadap jasad korban belum dilakukan.
"Kami masih menunggu surat permintaan visum (SPV) tertulis dari penyidik, sebagai prosedur baku pemeriksaan kami," kata Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri Kramatjati Brigjen Hariyanto saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat.
Jika tidak ada SPV dari pihak penyidik kepolisian, Hariyanto dan tim belum bisa memeriksa jenazah Putu.
"Semoga SPV cepat diterima," harapnya.
10 saksi diperiksa
Gidion menyampaikan, Satreskrim Polres Jakarta Utara memeriksa 10 saksi dalam kasus dugaan penganiayaan terhadap Putu hingga membuat korban tewas.
"Sambil berjalan (penyelidikan), hari ini kita bisa meriksa 10 orang lebih untuk menceritakan peristiwa yang terjadi," kata Gidion.
Pemeriksaan terhadap 10 saksi dilakukan untuk mencari titik terang peristiwa nahas yang menimpa Putu.
Dengan bermodalkan rekaman CCTV yang ada, Gidion meyakini bisa mengungkap kejadian yang dialami Putu.
"Saya rasa CCTV cukup clear untuk menceritakan peristiwa itu," sambungnya.
Gidion juga akan menyamakan hasil keterangan para saksi dengan rekaman CCTV yang ada.
(Penulis: Shinta Dwi Ayu | Editor: Irfan Maullana, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Diamanty Meiliana)
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/05/04/11485631/tewasnya-mahasiswa-stip-di-tangan-senior-korban-dipukul-5-kali-di-bagian